Tayamum (14)
Seorang akan menunaikan sholat ashar,
sementara saat itu matahari hampir tenggelam. Ia tengah berada di tanah tandus.
Dua kilo meter dari tempat itu ada sumber mata air, akan tetapi bila dirinya
pergi ke pusat air, dipastikan waktu sholat maghrib sudah masuk. Apa yang harus
dia dilakukan ? Apakah ia bertayammum, karena tidak ingin kehilangan waktu
ashar ? Atau memilih berwudlu meski ia harus menunaikan sholat ashar pada waktu
maghrib ?
Ibnu Taimiyyah memilih pendapat pertama. Hal
ini berdasar sebuah riwayat :
عَنْ أَبِى جُهَيْمِ بْنِ الْحَارِثِ
بْنِ الصِّمَّةِ الأَنْصَارِىِّ فَقَالَ أَبُو الْجُهَيْمِ أَقْبَلَ النَّبِىُّ
صلى الله عليه وسلم مِنْ نَحْوِ بِئْرِ جَمَلٍ ، فَلَقِيَهُ رَجُلٌ فَسَلَّمَ
عَلَيْهِ ، فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى
أَقْبَلَ عَلَى الْجِدَارِ ، فَمَسَحَ بِوَجْهِهِ وَيَدَيْهِ ، ثُمَّ رَدَّ
عَلَيْهِ السَّلاَمَ
Dari Abu Juhaim berkata : Rosululloh
shollallohu aaihi wasallam datang dari arah sumur Jamal. Seorang laki-laki
menemuinya lalu mengucapkan salam kepada beliau. Rosululloh shollallohu alaihi
wasallam tidak menjawab salam hingga beliau mendatangi sebuah dinding lalu
mengusap wajah dan tangannya
Maroji’ :
Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyyah 21/439