Diangkat Saat Takbir



Kedudukan Tangan Dalam Sholat (1)

Berkenaan dengan takbir, ada empat macam pelaksanaannya, yaitu pertama dan yang kedua adalah takbirotul ihrom (takbir pembuka sholat) dan takbirotul intiqol (saat berpindah dari satu posisi ke posisi selanjutnya :

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ ، وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. وَكَانَ لاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السُّجُودِ  

Dari Salim Bin Abdulloh Bin Umar dari bapaknya : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya sejajar dengan pundak apabila memulai sholat, bertakbir untuk ruku’ dan mengangkat kepalanya dari ruku’ demikian juga dan beliau membaca “ Sami’allohu liman hamidah robbanaa walakal hamdu. Beliau tidak melakukan hal itu saat sujud [HR Bukhori dan Nasa’i]

عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَنَّهُ رَأَى نَبِىَّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِى صَلاَتِهِ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ رُكُوعَهِ وَإِذَا سَجَدَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ سُجُودَهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ.  

Dari Malik Bin Huwairits : Bahwa dia pernah melihat nabi shollallohu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dalam sholatnya bila mengangkat kepalanya dari ruku, saat bersujud dan mengangkat kepalanya dari sujud hingga sejajar dengan kedua daun telinganya [HR Ahmad dan Nasa’i]

Yang ketiga adalah takbir zawaid, yaitu takbir tambahan pada sholat ied :

عَنْ عَمْرِوِ بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  اَلتَّكْبِيرُ فِي اَلْفِطْرِ سَبْعٌ فِي اَلْأُولَى وَخَمْسٌ فِي اَلْآخِرَةِ, وَالْقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا   

Dari Amru Bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Takbir dalam sholat hari raya Fithri adalah tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua, dan bacalah al-fatihah dan surat adalah setelah kedua-duanya  [HR Abu Dawud] 

Yang keempat, tangan diangkat kembali saat takbir pada sholat jenazah. Tentang mengangkat tangan saat takbir jenazah, pengarang aunul ma’bud berkata :

وَاخْتَلَفَ أَهْل الْعِلْم فِي هَذَا ، فَرَأَى أَكْثَر أَهْل الْعِلْم مِنْ أَصْحَاب النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرهمْ أَنْ يَرْفَع الرَّجُل يَدَيْهِ فِي كُلّ تَكْبِيرَة عَلَى الْجَنَازَة ، وَهُوَ قَوْل اِبْن الْمُبَارَك وَالشَّافِعِيّ وَأَحْمَد وَإِسْحَاق . وَقَالَ بَعْض أَهْل الْعِلْم : لَا يَرْفَع يَدَيْهِ إِلَّا فِي أَوَّل مَرَّة ، وَهُوَ قَوْل الثَّوْرِيِّ وَأَهْل الْكُوفَة  

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Kebanyakan ulama dari sahabat nabi shollallohu alaihi wasallam dan selain mereka menilai bahwa disyariatkan mengangkat kedua tangan di tiap kali takbir pada sholat jenazah. Ini adalah pendapat dari Ibnul Mubarok, Asy Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak disyariatkan mengangkat kedua tangan kecuali di awal sholat. Ini adalah pendapat Ats Tsauri dan Ahlul Kufah

Maroji’ :

Aunul Ma’bud 7/186