Antara Thoun Dan Corona (23)
Keduanya memiliki kesamaan. Diantaranya bisa menular dan
mematikan. Kendati demikian, ada sisi-sisi perbedaan antara keduanya :
Pertama : Dari sisi asal muasal
Thoun adalah wabah yang murni Alloh turunkan kepada manusia
sebagai adzab (bagi orang kafir) dan rahmat (bagi orang beriman). Sementara
corona adalah virus yang dibuat oleh manusia (orang kafir) lalu disebarkan
sebagai alat propaganda dan sarana untuk mengeruk keuntungan. Corona tidak bisa
dipisahkan dengan konspirasi jahat dari sebagian negeri-negeri kafir.
Kedua : Dari sisi sifat penyakit
Gejala keduanya memang demam, akan tetapi khusus thoun ada
bercak-bercak (bisul) di kulit dan pembengkakan yang ini tidak didapati pada
wabah corona
Ketiga : Dari sisi daerah yang terkena wabah
Corona adalah wabah mendunia. Benua Asia, Eropa, Afrika dan
Amerika terkena imbas dari wabah ini. Tercatat oleh WHO, ada sekitar lebih 190
negara yang menjadi korban. Sementara thoun hanya menjangkit daerah terbatas.
Pada masa Fira’aun, daerah Mesir saja yang ditimpa penyakit ini. Thoun Amawas
pada masa Umar hanya menjangkiti negeri Syam. Demikian juga dengan peristiwa
thoun-thoun yang terjadi setelah itu.
Keempat : Dari sisi korban
Dengan daerah terjangkit wabah terbatas dan penduduk yang
masih sedikit, thoun di masa lalu memakan korban yang luar biasa banyaknya.
Pada masa nabi Daud tercatat dalam riwayat, seratus ribu mati karena penyakit
ini. Bangsa Mesir di masa Firaun,ada tujuh puluh ribu yang tewas. Thoun amawas
di Palestina, di masa Umar Bin Khothob menjabat kholifah ada dua puluh lima ribu
yang syahid. Sementara thoun jarif jatuh korban sebanyak tujuh puluh ribu.
Karena penyakit thoun, Anas Bin Malik harus kehilangan
delapan puluh tiga anak dan Abdurrohman Bin Abu Bakar ditinggal mati oleh empat
puluh keturunannya.
Bandingkan dengan corona yang terjadi akhir-akhir ini. Memang
korban tidak sedikit, akan tetapi bila dihadapkan dengan kematian akibat thoun,
tentu terlalu kecil jumlahnya apalagi jumlah populasi manusia saat ini yang
lebih dari lima milyar. Atau dengan kalimat yang lebih mudah “ Dulu jumlah
manusia masih sedikit, jatuh korban akibat thoun begitu banyak. Sekarang
bermilyar manusia hidup di dunia, meski kematian merenggut manusia karena
corona, tidak terlalu terasa mengurangi jumlah manusia yang ada “
Kelima : Jaminan syahid
Ini diperuntukkan bagi orang yang bersabar saat menyebar
wabah thoun, mengikuti petunjuk rosululloh shollallohu alaihi wasallam dengan
tidak keluar dari negerinya lalu thoun merenggut nyawanya. Karena corona bukan
thoun maka kesyahidan tidak bisa disematkan bagi korban corona. Lalu bagaimana
dengan hadits :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ مَاتَ مَرِيضًا مَاتَ شَهِيدًا وَوُقِيَ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَغُدِيَ وَرِيحَ
عَلَيْهِ بِرِزْقِهِ مِنْ الْجَنَّةِ
Dari
Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa mati dalam kondisi sakit, maka ia mati syahid, dilindungi dari
siksa kubur dan akan diperlihatkan rizkinya di dalam aljannah pada pagi dan
petang [HR Ibnu Majah]
Sakit
yang ada pada hadits di atas bukan semua penyakit. Dalam kitab faidlul qodir
dan hasyiyah assindi ‘ala ibni Majah disebutkan bahwa penyakit yang dimaksud
adalah sakit perut.
Kendati demikian, karena corona bagian dari penyakit maka siapa saja yang mati
karena penyakit maka dia mendapat fadhilah sebagaimana yang disebut rosululloh
shollallohu alaihi wasallam berupa dihapus dosa dan diangkat derajat.
Maroji’
:
Faidlul
Qodir 4/236
Hasyiyah
Assindi 3/388