Shoum Hari Asyuro
Syariat Bani Isroil Yang Dimansukh
Oleh Islam (4)
Shoum asyuro memiliki periode tahapan pensyariatan :
Pertama : Diperintah di Mekah
Shoum ini bertepatan dengan penggantian kiswah (kain) yang
menutupi ka’bah. Hal ini berdasarkan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ كَانُوا
يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ ، وَكَانَ يَوْمًا
تُسْتَرُ فِيهِ الْكَعْبَةُ ، فَلَمَّا فَرَضَ اللَّهُ رَمَضَانَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ ، وَمَنْ
شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : Mereka menunaikan
shoum asyuro sebelum diwajibkan shoum romadlon. Asyuro adalah hari ditutupnya
(penggantian kiswah) ka’bah. Ketika Alloh mewajibkan shoum romadlon, rosululloh
shollallohu alaihi wasallam bersabda : Siapa yang berkehendak shoum maka
tunaikan shoum itu dan siapa yang berkehendak meninggalkannya maka
tinggalkanlah [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]
Kedua : Ketika tiba di kota Madinah
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberikan tambahan
motivasi para sahabat untuk terus menghidupkan shoum asyuro sebagai sikap
meniru syariat nabi Musa :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما قَالَ قَدِمَ
النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم الْمَدِينَةَ ، فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ
عَاشُورَاءَ ، فَقَالَ مَا هَذَا. قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ ، هَذَا يَوْمٌ
نَجَّى اللَّهُ بَنِى إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ ، فَصَامَهُ مُوسَى . قَالَ
فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Dari Ibnu Abbas rodliyallohu anhuma berkata : Nabi
shollallohu alaihi wasallam tiba di Madinah. Beliau melihat kaum yahudi
menunaikan shoum asyuro. Beliau bersabda : Apakah ini ? Mereka berkata : Ini
adalah hari baik. Ini adalah hari dimana Alloh selamatkan nabi Isroil dari musuh
mereka. Maka musapun menunaikan shoum pada hari ini. Beliau bersabda : Aku
lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian. Beliaupun menunaikan shoum itu dan memerintahkan untuk menunaikannya [HR
Bukhori dan Ahmad]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما أَنَّ النَّبِىَّ
صلى الله عليه وسلم لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا ،
يَعْنِى عَاشُورَاءَ ، فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ ، وَهْوَ يَوْمٌ نَجَّى
اللَّهُ فِيهِ مُوسَى ، وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ ، فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا
لِلَّهِ . فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ
بِصِيَامِهِ
Dari Ibnu Abbas rodliyallohu anhuma : Bahwa nabi shollallohu
alaihi wasallam ketika tiba di Madinah, beliau mendapati mereka (yahudi)
menunaikan shoum di suatu hari (asyuro). Mereka berkata : Ini adalah hari
agung, hari dimana Alloh menyelamatkan Musa dan meneggelamkan Firaun. Musa
menunaikan shoum sebagai sikap syukur kepada Alloh. Beliau bersabda : Aku lebih
berhak mengikuti Musa daripada kalian. Beliau tunaikan shoum itu dan
memerintahkan untuk menunaikannya [HR Bukhori dan Ibnu Hibban]
Tidak itu saja, rosululloh shollallohu alaihi wasallam
memberi intruksi agar shoum tetap dijalankan meski niat shoum baru ditetapkan
di siang hari. Hal ini ditujukan kepada yang sudah terlanjur makan di siang hari
:
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ رضى الله عنه أَنَّ
النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم بَعَثَ رَجُلاً يُنَادِى فِى النَّاسِ ، يَوْمَ
عَاشُورَاءَ أَنْ مَنْ أَكَلَ فَلْيُتِمَّ أَوْ فَلْيَصُمْ ، وَمَنْ لَمْ يَأْكُلْ
فَلاَ يَأْكُلْ
Dari Salamah Bin Al Akwa’
rodliyallohu anhu : Bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam mengutus
seorang laki-laki untuk mengumumkan kepada manusia pada hari asyuro “
Barangsiapa yang sudah terlanjur makan maka sempurnakan atau tunaikan shoum dan
barangsiapa yang belum makan maka janganlah makan “ [HR Bukhori]
Begitu antusiasnya para sahabat hingga mereka mengajak
anak-anak mereka untuk menunaikan shoum :
عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ قَالَتْ
أَرْسَلَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى
الأَنْصَارِ مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ ، وَمَنْ
أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ. قَالَتْ فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ ، وَنُصَوِّمُ
صِبْيَانَنَا ، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ ، فَإِذَا بَكَى
أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ ، حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ
الإِفْطَارِ
Dari Arrubai’ Binti Mu’awadz berkata : Pada pagi hari ayuro’
nabi shollallohu alaihi wasallam mengutus utusan ke perkampungan-perkampungan
anshor untuk menyampaikan “ Siapa yang di pagi hari sudah makan, maka sempurnakan
sisa harinya dan siapa yang sudah menetapkan shoum maka lanjutkan shoumnya “.
Rubai’ berkata : Setelah itu kami tunaikan shoum itu dan mengajari anak-anak
kami untuk shoum dan membuatkan mainan dari kapas. Bila seorang diantara mereka
menangis karena ingin makan, kami memberikan mainan itu hingga datang waktu
berbuka [HR Bukhori]
Ketiga : Setelah turunnya perintah shoum romadlon
Pada tahun kedua di Madinah, turun surat albaqoroh ayat 183
yang mewajibkan kaum muslimin untuk menunaikan shoum romadlon. Di sinilah
rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi pilihan kepada kaum muslimin
antara tetap menjalankan shoum asyuro atau meninggakannya :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضى الله عنهما قَالَ صَامَ
النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم عَاشُورَاءَ ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ . فَلَمَّا
فُرِضَ رَمَضَانُ تُرِكَ . وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَصُومُهُ ، إِلاَّ أَنْ
يُوَافِقَ صَوْمَهُ
Dari Ibnu Umar rodliyallohu anhuma berkata : Nabi shollallohu
alaihi wasallam menunaikan shoum asyuro dan beliau memerintahkannya. Ketika
shoum romadlon diwajibkan, shoum asyuro ditinggalkan. Abdulloh juga tidak
menunaikannya kecuali bila bertepatan dengan shoum sunnah yang biasa ia
kerjakan [HR Bukhori]
Keempat : Di akhir hidup rosululloh shollallohu alaihi
wasallam
Di satu sisi, rosululloh shollallohu alaihi wasallam ingin
tetap menghidupkan shoum asyuro, di sisi lain beliau tidak ingin ada kesamaan
dengan shoum yang ditunaikan kaum yahudi. Oleh karena itu, beliau berpesan :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ
لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
Dari Abdulloh Bin Abbas rodliyallohu anhuma berkata :
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Bila aku masih hidup di tahun
depan, benar-benar aku akan shoum pada hari kesembilan [HR Muslim dan Ahmad]
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم صُومُوا
يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ
بَعْدَهُ يَوْماً
Dari Ibnu Abbas berkata : Rosululloh shollallohu alaihi
wasallam bersabda : Shoumlah pada hari asyuro dan berbedalah dengan orang
yahudi. Shoumlah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya [HR Ahmad dan Ibnu
Khuzaimah]
Akhirnya shoum asyuro bisa ditunaikan dengan tiga cara :
Cara pertama : Di hari kesembilan saja
Hal ini berdasarkan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam
لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ
لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
Bila aku masih hidup di tahun depan,
benar-benar aku akan shoum pada hari kesembilan
Sebagian ulama memahami hadits di atas bahwa rosululloh
shollallohu alaihi wasallam memindahkan hari kesepuluh kepada hari kesembilan
agar berbeda dengan yahudi. Hal ini diperkuat dengan keterangan dari Ibnu Abbas
:
عَنِ الْحَكَمِ بْنِ الأَعْرَجِ قَالَ
انْتَهَيْتُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ رِدَاءَهُ
فِى زَمْزَمَ فَقُلْتُ لَهُ أَخْبِرْنِى عَنْ صَوْمِ عَاشُورَاءَ. فَقَالَ إِذَا
رَأَيْتَ هِلاَلَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ وَأَصْبِحْ يَوْمَ التَّاسِعِ صَائِمًا.
قُلْتُ هَكَذَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَصُومُهُ
قَالَ نَعَمْ
Dari Hakam Bin A’roj berkata : Aku sampai kepada Ibnu Abbas
rodliyallohu anhuma dimana dia sedang berbantalkan dengan sobannya di sumur
zam-zam. Aku berkata kepadanya : Terangkan kepadaku tentang shoum hari asyuro.
Ia berkata : Bila engkau melihat hilal bulan muharrom maka hitunglah dan
beradalah dalam kondisi shoum di hari ke sembilan. Aku berkata : Apakah
demikian rosululloh shollallohu alaihi wasallam menunaikan shoumnya ? Ia berkata
: Benar [HR Muslim dan Abu Daud]
Cara ketiga dan keempat adalah shoum pada tanggal 9 dan 10
atau 10 dan 11.