Berlindung Kepada Alloh Dari Jabatan

 

Kapan Kita Membaca A’udzu (30)

Dalam era demokrasi, jabatan adalah sebuah idaman. Terlalu banyak politikus rela mengeluarkan biaya besar demi jabatan yang ia dambakan. Menipu, saling jegal dan khianat adalah sesuatu yang lumrah terjadi di dunia lumpur demokrasi.

Ini berbeda dengan kehidupan para sahabat. Mereka tidak tergiur sedikitpun dengan jabatan. Bahkan betapa banyak riwayat yang menyebutkan mereka berusaha agar dirinya terhindar dari jabatan itu. Salah satunya adalah Abdullah Bin Umar. Pada suatu hari Utsman Bin Affan berkata kepada Abdulloh Bin Umar :

اقْضِ بَيْنَ النَّاسِ

Jadilah qodli di tengah-tengah manusia

Mendengar tawaran jabatan ini, Abdulloh Bin Umar menolaknya dan berkata :

لاَ أَقْضِى بَيْنَ اثْنَيْنِ وَلاَ أَؤُمُّ رَجُلَيْنِ أَمَا سَمِعْتَ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ مَنْ عَاذَ بِاللَّهِ فَقَدْ عاَذَ بِمُعَاذٍ

Aku tidak akan mau memimpin sidang untuk menyelesaikan masalah antara dua orang dan aku tidak akan mau menjadi imam sholat (meski) untuk dua orang. Tidakkah engkau mendengar nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda “ Barangsiapa yang memohon perlidungan kepada Alloh maka sungguh ia telah berlindung kepada Yang Maha Pemberi Perlindungan “

Utsman membenarkannya. Abdulloh Bin Umar selanjutnya berkata :

فَإِنِّى أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تَسْتَعْمِلَنِى

Sesungguhnya aku berlindung kepada Alloh agar engkau tidak memberi jabatan kepadaku [HR Ahmad]

Demikianlah, akhirnya Utsman tidak memberi jabatan kepada Utsman karena ia telah berlindung kepada Alloh agar dihindarkan dari jabatan