(aljaza’ min jinsil ‘amal, bukan hukum karma)
Sholat sunnah yang paling Alloh sukai adalah qiyamullail. Ia dilakukan saat manusia tertidur pulas. Mereka tidak akan tahu dengan orang yang sedang menyendiri dengan Alloh.
Shodaqoh paling afdhol adalah tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tahu. Hanya Alloh dan malaikat pencatat amal yang tahu apa yang telah ia lakukan.
Shoum adalah ibadah yang sangat Alloh muliakan. Ibadah yang satu ini tidak bisa dilihat oleh pandangan mata. Berbeda dengan sholat, haji dan jihad. Kesemuanya dengan mudah diketahui oleh penglihatan.
Salah satu kelompok yang mendapat naungan pada hari kiamat adalah seorang yang berdzikir dengan menyendiri lalu bercucuranlah air mata.
Demikianlah, Alloh menyukai ibadah yang sembunyi-sembunyi karena ia tidak akan dilakukan kecuali orang yang memiliki keikhlasan yang baik kepada Alloh. Manusia yang gila oleh popularitas, dijamin tidak akan mampu mengerjakannya.
Ada satu lagi ibadah tersembunyi yang sangat dianjurkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ia disebut dengan addu’a bidzohril ghoib, yaitu mendoakan saudara sesama muslim tanpa diketahui oleh orang yang sedang kita doakan.
Di pagi hari, ketika seorang wanita sedang bersiap menunaikan sholat dluha, ia melihat tetangganya lewat dengan memikul barang dagangannya. Diam-diam setelah selesai sholat dluhanya, ia bermunajat “ Ya Alloh, aku memohon kepadaMu, lancarkanlah dagangannya, berikan dia rezki yang halalal thoyyiban yang penuh dengan keberkahan sehingga bisa menghidupi anak istrinya “ Saat ia panjatkan doa itu si pedagang tidak mengetahui kalau dirinya sedang didoakan, maka malaikat akan berkata “ aamiin (Ya, Alloh kabulkanlah doanya) walaka bimitslin (dan engkau juga seperti itu, yaitu mendapat rizki yang halalan thoyyiban dan penuh keberkahan)
Melihat seorang wanita yang tengah hamil, kita bermunajat “ Ya Alloh, aku memohon kepadaMu, lancarkanlah persalinannya, jadikan anak yang dilahirkan sebagai anak sholeh, qurrotu a’yun (penyejuk pandangan) bagi orang tuanya “ Malaikat yang ada di samping kita akan berkata aamiin walaka bimitslin ( Ya Alloh kabulkan doanya dan semoga engkau juga demikian, mendapat anak sholih dan qurrotu a’yun sebagaimana yang engkau panjatkan buat saudarimu). Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda tentang doa ini :
عن أبي الدرداء رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أنه سمع رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يقول ما من عبد مسلم يدعو لأخيه بظهر الغيب إلا قال الملَك ولك بمثل
Dari Abu Darda rodliyallohu anhu : Bahwa dirinya mendengar rosululloh shollallohuj alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang muslim yang berdoa bagi saudaranya dengan tanpa diketahui oleh orang yang didoakan kecuali malaikat akan berkata “ Aaminn walaka bimistlin [HR Muslim dan Abu Daud]
عن أبي الدرداء رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم كان يقول دعوة المرء المسلم لأخيه بظهر الغيب مستجابة عند رأسه ملَك موَكّل كلما دعا لأخيه بخير قال الملَك الموكل به آمين ولك بمثل
Dari Abu Darda rodliyallohu anhu : bahwa rosululloh shollallohu nalaihi wasallam bersabda : Doa seorang muslim bidzohril ghoib (tanpa diketahui oleh orang yang sedang didoakan), pasti dikabulkan. Setiap dia berdoa bagi kebaikan saudaranya maka malaikat yang ada di samping kepalanya berkata “ Aaminn walaka bimitslin “ [HR Muslim]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin mengatakan : Aaddu’a Bi Dzhohril Ghoib adalah bukti terang yang menunjukkan akan jujurnya iman seseorang karena nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه
Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri [HR Bukhori Muslim]
Adapun Imam Nawawi menyebut Aaddu’a Bi Dzhohril Ghoib sebagai keikhlasan yang paling dalam. Beliau juga menyebut bahwa sebagian salaf bila hendak berdoa kebaikan untuk dirinya maka ia juga mendokan kebaikan itu buat saudaranya sesama muslim karena doanya pasti terkabul sehingga akan menimpa kebaikan itu kepada dirinya.
Maroji’ :
Syarh Riyadlush Sholihin, Syaikh Muhammad Sholih utsaimin 2/1563
Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 17/53