Api Dalam Timbangan Aqidah (4)
Ketika Musa
menyelesaikan tugasnya menggembala kambing selama sepuluh tahun, akhirnya oleh
nabi Syuaib dirinya dinikahkan dengan salah satu dari kedua puterinya. Setelah
itu kedua pasangan ini meninggalkan negeri Madyan untuk melakukan safar.
Dalam suasana malam
yang gelap, Musa melihat api dari kejauhan. Iapun meminta istrinya untuk berada
di tempat, sementara Musa pergi ke pusat titik api. Kisah ini dua kali
disebutkan oleh Alloh dalam alquran :
فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ
بِأَهْلِهِ آَنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا
إِنِّي آَنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آَتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ
النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ
الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا
مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Maka tatkala Musa
telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya,
dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya : Tunggulah di
sini, sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu
berita kepadamu dari tempat api itu atau membawa sesuluh api, agar kamu dapat
menghangatkan badan.Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia
dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu :
Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Rob semesta alam [alqoshosh : 29-30]
إِذْ رَأَى نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا
إِنِّي آَنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آَتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى
النَّارِ هُدًى فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا رَبُّكَ
فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى وَأَنَا
اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ
الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Ketika ia melihat api,
lalu berkatalah ia kepada keluarganya : Tinggallah kamu di sini, sesungguhnya
aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu
atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika ia
datang ke tempat api itu ia dipanggil : Hai Musa. Sesungguhnya
Aku inilah Robmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada
di lembah yang suci, Thuwa Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa
yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
ilah (yang hak) selain Aku, maka ibadahilah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku. [thoha : 10-14]
Dari beberapa ayat di
atas, ada beberapa masalah yang perlu kita ketahui :
Pertama : Api
Ketika Musa melihat
api dari jauh, lalu didekatinya ternyata disitulah dirinya diajak oleh Alloh
untuk berbicara. Kendati terjadi percakapan, ternyata Musa tidak melihat dzat
Alloh sama sekali. Kenapa ? Jawabannya adalah api. Api inilah yang menjadi
hijab antara Alloh dengan Musa. Oleh karena itu, nabi shollallohu alaihi
wasallam bersabda :
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم حِجَابُهُ النُّورُ وَفِى رِوَايَةِ أَبِى بَكْرٍ النَّارُ
لَوْ كَشَفَهُ لأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ
مِنْ خَلْقِهِ
Dari Abu Musa :
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Hijab Alloh adalah cahaya,
pada riwayat Abu Bakar (api). Seandainya Alloh menyingkapnya, sungguh akan
terbakar makhluqNya sejauh pandangan wajah Alloh [HR Muslim, Ahmad, Ibnu Majah
dan Ibnu Hibban]
Kedua : Melepas sendal
Ibnu Mas’ud menyebut
perintah melepas alas kaki disebabkan sendal Musa terbuat dari keledai. Tetapi
pendapat lain menyebutkan bahwa ini bagian dari perbedaan syariat Musa dengan
rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Memakai alas kaki saat sholat dan
memasuki tempat ibadah adalah sesuatu terlarang bagi kaum bani isroil, adapun
bagi umat Muhammad shollallohu alaihi wasallam justru sangat dianjurkan.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ يَعْلَى بْنِ شَدَّادِ بْنِ
أَوْسٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَالِفُوا الْيَهُودَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُصَلُّونَ
فِى نِعَالِهِمْ وَلاَ خِفَافِهِمْ
Dari Ya’la bin Syadad bin Aus dari bapaknya, berkata :
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Berbedalah dengan orang
yahudi ! Karena mereka tidak menunaikan sholat dengan sendal-sendal dan
sepatu-sepatu mereka [HR Abu Daud]
Kendati demikian, ketika tanah suci di dunia ada dua, yaitu
Mekah dan lembah Dzu Thuwa, ternyata para nabi terdahulu memperlakukan sama
keduanya dalam hal alas kaki. Mereka sama-sama melepas sendal dan sepatu saat
memasuki keduanya :
وأخرج ابن أبي شيبة والأزرقي عن عبد
الله بن الزبير قال : إن كانت الأمة من بني إسرائيل لتقدم مكة فإذا بلغت ذا طوى
خلعت نعليها تعظيما للحرم
Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Al Azruqi dari Abdullah
bin Zubair berkata : Sungguh umat dari kalangan Bani Isroil bila memasuki Mekah
dan saat tiba di Thuwa (tanah suci bagi Musa) mereka pasti melepaslan sendalnya
sebagai pengagungan bagi tanah harom
وأخرج أبو نعيم في الحلية عن مجاهد قال : كان
يحج من بني إسرائيل مائة ألف فإذا بلغوا أنصاب الحرم خلعوا نعالهم ثم دخلوا الحرم
حفاة
Dikeluarkan oleh Abu Nuaim dalam alhilyah dari Mujahid,
berkata : Sejumlah 100.000 dari Bani Israil bila memasuki tanda batas tanah
haram, mereka melepaskan sendal, lalu memasuki tanah haram dalam keadaan tidak
beralas kaki
وأخرج ابن أبي شيبة عن مجاهد قال : كانت
الأنبياء إذا أتت علم الحرم نزعوا نعالهم
Dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah dari Mujahid, berkata : Para
nabi bila mendatangi tanda batas tanah haram, mereka segera melepas
sendal-sendal mereka
Ketiga : Wahyu pertama
Yaitu kalimat tauhid laa ilaaha illalloh dan perintah sholat.
Inilah salah satu kesamaan antara syariat Muhammad shollallohu alaihi wasallam
dan Musa alaihissalam sebagaimana sebuah hadits menyebutkan :
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ
بَعَثَنِى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّكَ تَأْتِى قَوْمًا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ. فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ
اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
Dari Muad Bin Jabal
berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengutusku seraya bersabda : Sungguh
kamu akan mendatangi orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), maka
hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah
syahadat La Ilaha Illallah dalam riwayat yang lain disebutkan supaya mereka
mentauhidkan Allah, jika mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka
sampaikan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sholat
lima waktu dalam sehari semalam [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ :
Addar Mantsur (maktabah syamilah) 1/300
Taisir Kalim Arrohman Fitafsir Kalamil Mannan, Syaikh
Abdurrohan Nashir Assa’di (maktabah syamilah) hal 312