“ Muhammad Rosyid Al Anshori rohimahullohu Ta’ala “
Awal kenal di bangku kuliah LIPIA
Aneh memang, bukan lulusan pesantren, melainkan SMA
Bisa lolos pendaftaran mahasiswa
Di universitas milik Saudi Arabia
(insyaAlloh karena penguasaannya terhadap bahasa Arab di atas rata-rat)
Dengan nada canda
Karena badannya gemuk, dulu aku memanggilnya
Ustadz berbobot yang tidak punya karisma
Maklum motornya supra X merek Honda
Dia orang Solo, lembut tutur kata
Memulai senyuman sebelum bicara
Tapi tunggu dulu …
Bila disebut alwala’ walbaro’
Sikapnya tegas, lugas, terkesan keras
Kepada orang beriman ia cintai
Kepada orang kafir ia benci
Menurutnya, perbuatan syirik saat ini
Adalah demokrasi
Memperjuangkan islam dengannya hanya ilusi
Tak pernah ada bukti
Yang ia pahami
Hanya dakwah dan jihad sebagai solusi
Metode dakwahnya digemari
Anak-anak SDIT Ulul Albab begitu mudah memahami
Pelajaran rumit, sulit, menjadi mudah sekali
Tak jarang, suasana kelas yang suntuk diselingi
Dengan cerita jenaka yang membuat mereka tertawa tak henti-henti
Demikianlah, tak jauh berbeda
Ketika berada di pengajian
Sedikit ayat, sedikit hadits dijabarkan
Dengan banyak contoh, mudah kita kita dapatkan
Di sekitar kehidupan
Tak disangka
Alloh memberi cobaan
Penyakit berat yang akhirnya mengantarkannya kepada kematian
Beliau meninggal …
Setelah mengidap penyakit yang menyebabkan beliau tidak bersua dengan umat di majlis ta’lim, tidak bersama di dalam barisan sholat berjamaah.
Demikianlah …
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam wafat, diawali dengan sakit, tidak bisa menemui para sahabat, imam jamaahpun diamanahkan kepada Abu Bakar.
Beliau meninggal …
Dalam keadaan dicintai oleh istri, anak dan kerabat. Dihormati masyarakat yang merasa telah mendapat bimbingan pengetahuan agamanya sebagai bekal akhirat.
Demikianlah …
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam wafat, tidak ada dalam hati para sahabat selain cinta melebihi kecintaan dari manusia yang ada di dunia ini.
Betapa mirip kematian seorang nabi dan umatnya seorang Muhammad Rosyid Al Anshori.
Beliau meninggal …
Setelah berwasiat “ amar ma’ruf, idzharul haq, dakwah harus jahriyyah (terang-terangan), jangan ditutup-tutupi.
Beliau meninggal …
Setelah sebelumnya umat datang berduyun-duyun semenjak sakit hingga wafatnya. Meminjam bahasa ustadz Faridl Ukhbah “ itu bukti akan keikhlasannya selama ini dalam berda’wah. Demikianlah kecintaan umat terhadapnya tidak bisa disembunyikan.
Beliau meninggal …
Setelah sebelumnya sang istri begitu setia menemaninya di kala sakit. Memandikan, menyuapi hingga membersihkannya di saat istinja’.
Betapa tulus kecintaan sang istri … kepada suami … kelak Alloh akan memberi … sebaik-baik pembalasan, di akhirat nanti.
مَوَدَّةُ الصَّدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضَّيِّقِ
Kesetiaan seorang teman terlihat di saat kesempitan
Beliau meninggal …
Setelah sebelumnya disholati oleh jamaah, tak berbilang jumlahnya. Padahal rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ, فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا, لَا يُشْرِكُونَ بِاَللَّهِ شَيْئًا, إِلَّا شَفَّعَهُمْ اَللَّهُ فِيهِ
Jika ada seorang muslim meninggal, lalu ada empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah sholat atas jenazahnya niscaya Allah akan menerima permohonan ampunan mereka untuknya. [HR Muslim]
Ya Alloh …
Kuatkan kesabaran kepada keluarga yang ditinggal
Bimbinglah putra-putrinya
Luluskan cita-citanya, Shofiyyah putrinya menjadi hafidloh (penghafal alquran), pun dengan adik-adiknya.
Jadikan semua ujian dan penyakit yang ia derita sebagai cara meninggikan derajatnya.
Ya Alloh …
Beliau seorang ustadz, yang kini telah pergi
Gantikan untuk kami
Seorang ustadz sesoleh, sebaik Muhammad Rosyid Al Anshori
اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya
Trias, selasa 20 shofar 1432 H – 25 januari 2011
Ungkapan cinta karena Alloh
Ungkapan cinta karena Alloh
Ungkapan cinta dari seorang ibu kepada anaknya atau seorang lelaki kepada kekasihnya adalah hal yang dianggap biasa yang sering terdengar di telinga kita. Akan tetapi ungkapan cinta seorang mu’min kepada mu’min lain yang didasari karena Alloh jarang terdengar atau bahkan dinilai asing bagi kebanyakan umat islam padahal ia adalah ibadah yang agung yang diperintahkan oleh rosululoh shollallohu alaihi wasallam sebagaimana tersebut dalam hadits-hadits di bawah ini :
وعن أبي كريمة المقداد بن معد يكرب رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال إذا أحب
الرجل أخاه فليخبره أنه يحبه رواه أبو داود والترمذي
Dari Abu Karimah Almiqdad bin Ma’d Yakrib rodliyallohu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : apabila seorang mencitai saudara sesama muslim maka sampaikan bahwa dirinya mencintainya [HR Tirmidzi]
عن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أن رجلاً كان عند النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فمر رجل فقال يا رَسُول اللَّهِ إني لأحب هذا فقال له النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أأعلمته ؟ قال لا قال أعلمه فلحقه فقال إني أحبك في اللَّه فقال أحبك الذي أحببتني له رواه أبو داود
Dari Anas rodliyallohu anhu bahwa ada seseorang berada di sisi nabi shollallohu alaihi wasallam lalu seorang lelaki lewat maka ia berkata : ya rosulalloh, sesungguhnya aku mencintai orang itu maka nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda kepadanya : apakah engkau telah menyampaikannya ? ia menjawab : belum. Beliau bersabda : sampaikanlah kepadanya ! Akhirnya ia menjumpai orang itu seraya berkata : aku mencintaimu karena Alloh. Maka orang itu berkata : semoga Alloh mencintaimu yang telah menjadikanmu mencintaiku [HR Abu Daud]
وعن أبي إدريس الخولاني رحمه اللَّه قال دخلت مسجد دمشق فإذا فتىً براق الثنايا وإذا الناس معه فإذا اختلفوا في شيء أسندوه إليه وصدروا عن رأيه فسألت عنه فقيل: هذا معاذ بن جبل، فلما كان من الغد هجرت فوجدته قد سبقني بالتهجير ووجدته يصلي فانتظرته حتى قضى صلاته ثم جئته من قبل وجهه فسلمت عليه ثم قلت والله إني لأحبك لله فقال آلله؟ فقلت ألله. فقال آلله؟ فقلت ألله فأخذ بخبوة ردائي فجبذني إليه فقال أبشر فإني سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يقول قال اللَّه تبارك وتعالى وجبت محبتي للمتحابين في، والمتجالسين في، والمتزاورين في، والمتباذلين في رواه مالك في الموطأ
Dari Abu Idris Alkhoulani rohimahulloh berkata : aku memasuki sebuah masjid di Damaskus ternyata di dalamnya ada seorang pemuda yang mengkilat giginya, ia dikelilingi manusia, bila mereka berselisih dalam sebuah masalah maka mereka menanyakan kepadanya dan menyandarkan diri pada pendapatnya. Lalu aku menanyakan tentang dia maka dikatakan : ini adalah Muadz bin Jabal. Keesokan harinya aku berpagi-pagi pergi ke masjid ternyata aku sudah mendapatinya dia sudah datang lebih awal dalam keadaan sedang menunaikan sholat. Selesai sholat ditunaikan aku menghampirinya dari arah depan. Aku menyampaikan salam kepadanya. Aku berkata kepadanya : demi Alloh aku cinta kepadamu karena Alloh. Ia berkata : karena Alloh ? Aku berkata : karena Alloh. Ia berkata : karena Alloh ? Aku berkata : karena Alloh. Lalu ia menarik ujung kainku seraya berkata : bergembiralah karena aku pernah mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Alloh Ta’ala berfirman : kecintaanku pasti aku berikan kepada siapa saja yang saling mencintaiku karena Aku, saling bermajlis karena Aku, saling mengunjungi karena Aku dan saling bantu karena Aku [HR Imam Malik dalam Muwatho’]
Ungkapan cinta dari seorang ibu kepada anaknya atau seorang lelaki kepada kekasihnya adalah hal yang dianggap biasa yang sering terdengar di telinga kita. Akan tetapi ungkapan cinta seorang mu’min kepada mu’min lain yang didasari karena Alloh jarang terdengar atau bahkan dinilai asing bagi kebanyakan umat islam padahal ia adalah ibadah yang agung yang diperintahkan oleh rosululoh shollallohu alaihi wasallam sebagaimana tersebut dalam hadits-hadits di bawah ini :
وعن أبي كريمة المقداد بن معد يكرب رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال إذا أحب
الرجل أخاه فليخبره أنه يحبه رواه أبو داود والترمذي
Dari Abu Karimah Almiqdad bin Ma’d Yakrib rodliyallohu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : apabila seorang mencitai saudara sesama muslim maka sampaikan bahwa dirinya mencintainya [HR Tirmidzi]
عن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أن رجلاً كان عند النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فمر رجل فقال يا رَسُول اللَّهِ إني لأحب هذا فقال له النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أأعلمته ؟ قال لا قال أعلمه فلحقه فقال إني أحبك في اللَّه فقال أحبك الذي أحببتني له رواه أبو داود
Dari Anas rodliyallohu anhu bahwa ada seseorang berada di sisi nabi shollallohu alaihi wasallam lalu seorang lelaki lewat maka ia berkata : ya rosulalloh, sesungguhnya aku mencintai orang itu maka nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda kepadanya : apakah engkau telah menyampaikannya ? ia menjawab : belum. Beliau bersabda : sampaikanlah kepadanya ! Akhirnya ia menjumpai orang itu seraya berkata : aku mencintaimu karena Alloh. Maka orang itu berkata : semoga Alloh mencintaimu yang telah menjadikanmu mencintaiku [HR Abu Daud]
وعن أبي إدريس الخولاني رحمه اللَّه قال دخلت مسجد دمشق فإذا فتىً براق الثنايا وإذا الناس معه فإذا اختلفوا في شيء أسندوه إليه وصدروا عن رأيه فسألت عنه فقيل: هذا معاذ بن جبل، فلما كان من الغد هجرت فوجدته قد سبقني بالتهجير ووجدته يصلي فانتظرته حتى قضى صلاته ثم جئته من قبل وجهه فسلمت عليه ثم قلت والله إني لأحبك لله فقال آلله؟ فقلت ألله. فقال آلله؟ فقلت ألله فأخذ بخبوة ردائي فجبذني إليه فقال أبشر فإني سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يقول قال اللَّه تبارك وتعالى وجبت محبتي للمتحابين في، والمتجالسين في، والمتزاورين في، والمتباذلين في رواه مالك في الموطأ
Dari Abu Idris Alkhoulani rohimahulloh berkata : aku memasuki sebuah masjid di Damaskus ternyata di dalamnya ada seorang pemuda yang mengkilat giginya, ia dikelilingi manusia, bila mereka berselisih dalam sebuah masalah maka mereka menanyakan kepadanya dan menyandarkan diri pada pendapatnya. Lalu aku menanyakan tentang dia maka dikatakan : ini adalah Muadz bin Jabal. Keesokan harinya aku berpagi-pagi pergi ke masjid ternyata aku sudah mendapatinya dia sudah datang lebih awal dalam keadaan sedang menunaikan sholat. Selesai sholat ditunaikan aku menghampirinya dari arah depan. Aku menyampaikan salam kepadanya. Aku berkata kepadanya : demi Alloh aku cinta kepadamu karena Alloh. Ia berkata : karena Alloh ? Aku berkata : karena Alloh. Ia berkata : karena Alloh ? Aku berkata : karena Alloh. Lalu ia menarik ujung kainku seraya berkata : bergembiralah karena aku pernah mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Alloh Ta’ala berfirman : kecintaanku pasti aku berikan kepada siapa saja yang saling mencintaiku karena Aku, saling bermajlis karena Aku, saling mengunjungi karena Aku dan saling bantu karena Aku [HR Imam Malik dalam Muwatho’]
Sholat fardlu bisa dikerjakan dua kali
Sholat fardlu bisa dikerjakan dua kali
Terasa aneh terdengar, barangkali ada yang beranggapan itu perbuatan bid’ah akan tetapi demikianlah sunnah rosululloh shollallohu alaihi wasallam ini bisa dikerjakan dalam dua kondisi :
Menemani orang yang masbuq (orang yang terlambat sholat berjamaah) dengan cara sholat bersamanya
Hal ini sebagaimana dalam sebuah riwayat ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam melihat seseorang masuk masjid setelah sholat usai ditunaikan :
عن أبى سعيد الخذرىّ رضى الله عنه أنَّ رَجُلاً جَاءَ وَقَدْ صَلَّى النّبيّ صلى الله عليه وسلم فقال مَنْ يَتَصَدَّقُ عَلَى هذَا فَقَامَ رَجُلٌ فَصَلَّى مَعَهُ رواه أبو داود
Dari Abu Said Alkhudzriy rodliyallohu anhu bahwa seorang lelaki tiba sementara beliau sudah selesai mengerjakan sholat, beliau bersabda : siapa yang hendak bersedekah buat orang ini ? berdirilah seseorang lalu sholat bersamanya [HR Abu Daud]
Ketika melihat imam di masjid belum memulai sholat berjamaah
Hal ini bisa terjadi ketika sholat fardlu selesai kita tunaikan di rumah atau di sebuah masjid lalu mendapati masjid lain yang kita dapati terdengar iqomat maka tidaklah mengapa bahkan di anjurkan sholat untuk masuk ke dalamnya sehingga bisa mengikuti sholatnya sebagai ibadah tambahan sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat :
وَعَنْ يَزِيدَ بْنِ اَلْأَسْوَدِ رضي الله عنه ( أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلَاةَ اَلصُّبْحِ, فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ لَمْ يُصَلِّيَا, فَدَعَا بِهِمَا, فَجِيءَ بِهِمَا تَرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا, فَقَالَ لَهُمَا: "مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا?" قَالَا: قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا. قَالَ: "فَلَا تَفْعَلَا, إِذَا صَلَّيْتُمَا فِي رِحَالِكُمْ, ثُمَّ أَدْرَكْتُمْ اَلْإِمَامَ وَلَمْ يُصَلِّ, فَصَلِّيَا مَعَهُ, فَإِنَّهَا لَكُمْ نَافِلَةٌ" ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَاللَّفْظُ لَهُ, وَالثَّلَاثَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَابْنُ حِبَّان
َ
Dari Yazid Ibnu al-Aswad bahwa dia pernah sholat Shubuh bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah usai sholat beliau bertemu dengan dua orang laki-laki yang tidak ikut sholat. Beliau memanggil kedua orang itu, lalu keduanya dihadapkan dengan tubuh gemetaran. Beliau bertanya pada mereka: "Apa yang menghalangimu sehingga tidak ikut sholat bersama kami?" Mereka menjawab: Kami telah sholat di rumah kami. Beliau bersabda: "Jangan berbuat demikian, bila kamu berdua telah sholat di rumahmu kemudian kamu melihat imam belum sholat, maka sholatlah kamu berdua bersamanya karena hal itu menjadi sunat bagimu." Riwayat Imam Tiga dan Ahmad dengan lafadz menurut riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Tirmidzi.
Demikian juga apa yang dialami oleh Muadz bin Jabal di saat menyelesaikan sholat isya bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam lalu pulang ke kaumnya ternyata mereka belum melaksanakan sholat hingga akhirnya Muadz bin jabal sholat untuk kedua kalinya untuk mengimami mereka.
Maroji’ :
Tuhfatul Akhwan, Syaikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baz hal 109
Taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/93
Terasa aneh terdengar, barangkali ada yang beranggapan itu perbuatan bid’ah akan tetapi demikianlah sunnah rosululloh shollallohu alaihi wasallam ini bisa dikerjakan dalam dua kondisi :
Menemani orang yang masbuq (orang yang terlambat sholat berjamaah) dengan cara sholat bersamanya
Hal ini sebagaimana dalam sebuah riwayat ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam melihat seseorang masuk masjid setelah sholat usai ditunaikan :
عن أبى سعيد الخذرىّ رضى الله عنه أنَّ رَجُلاً جَاءَ وَقَدْ صَلَّى النّبيّ صلى الله عليه وسلم فقال مَنْ يَتَصَدَّقُ عَلَى هذَا فَقَامَ رَجُلٌ فَصَلَّى مَعَهُ رواه أبو داود
Dari Abu Said Alkhudzriy rodliyallohu anhu bahwa seorang lelaki tiba sementara beliau sudah selesai mengerjakan sholat, beliau bersabda : siapa yang hendak bersedekah buat orang ini ? berdirilah seseorang lalu sholat bersamanya [HR Abu Daud]
Ketika melihat imam di masjid belum memulai sholat berjamaah
Hal ini bisa terjadi ketika sholat fardlu selesai kita tunaikan di rumah atau di sebuah masjid lalu mendapati masjid lain yang kita dapati terdengar iqomat maka tidaklah mengapa bahkan di anjurkan sholat untuk masuk ke dalamnya sehingga bisa mengikuti sholatnya sebagai ibadah tambahan sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat :
وَعَنْ يَزِيدَ بْنِ اَلْأَسْوَدِ رضي الله عنه ( أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلَاةَ اَلصُّبْحِ, فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ لَمْ يُصَلِّيَا, فَدَعَا بِهِمَا, فَجِيءَ بِهِمَا تَرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا, فَقَالَ لَهُمَا: "مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا?" قَالَا: قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا. قَالَ: "فَلَا تَفْعَلَا, إِذَا صَلَّيْتُمَا فِي رِحَالِكُمْ, ثُمَّ أَدْرَكْتُمْ اَلْإِمَامَ وَلَمْ يُصَلِّ, فَصَلِّيَا مَعَهُ, فَإِنَّهَا لَكُمْ نَافِلَةٌ" ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَاللَّفْظُ لَهُ, وَالثَّلَاثَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَابْنُ حِبَّان
َ
Dari Yazid Ibnu al-Aswad bahwa dia pernah sholat Shubuh bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah usai sholat beliau bertemu dengan dua orang laki-laki yang tidak ikut sholat. Beliau memanggil kedua orang itu, lalu keduanya dihadapkan dengan tubuh gemetaran. Beliau bertanya pada mereka: "Apa yang menghalangimu sehingga tidak ikut sholat bersama kami?" Mereka menjawab: Kami telah sholat di rumah kami. Beliau bersabda: "Jangan berbuat demikian, bila kamu berdua telah sholat di rumahmu kemudian kamu melihat imam belum sholat, maka sholatlah kamu berdua bersamanya karena hal itu menjadi sunat bagimu." Riwayat Imam Tiga dan Ahmad dengan lafadz menurut riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Tirmidzi.
Demikian juga apa yang dialami oleh Muadz bin Jabal di saat menyelesaikan sholat isya bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam lalu pulang ke kaumnya ternyata mereka belum melaksanakan sholat hingga akhirnya Muadz bin jabal sholat untuk kedua kalinya untuk mengimami mereka.
Maroji’ :
Tuhfatul Akhwan, Syaikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baz hal 109
Taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/93
Penimbunan
Penimbunan
Kelangkaan minyak tanah dan barang konsumtif lainnya sering terjadi dan itu bukan disebabkan oleh sedikitnya produksi melainkan oleh oknum yang melakukan penimbunan dengan harapan di saat minyak langka maka dengan segera ia akan melemparkannya ke pasaran dengan harga tinggi untuk inilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
مَنِ احْتَكَرَ فَهُوَ خَاطِئٌ رواه مسلم
Barangsiapa melakukan penimbunan berarti ia telah melakukan dosa [HR Muslim]
Imam Nawawi mengatakan : hikmah dilarangnya melakukan penimbunan adalah untuk mengatisipasi timbulnya madlorot yang menimpa manusia. Para ulama berijma’ bila makanan ada pada diri seseorang sementara kondisi yang ada bahwa manusia saat itu sangat membutuhkannya dan tidak didapati makanan kecuali pada orang tersebut maka yang bersangkutan bisa dipaksa untuk menjualnya supaya menghindari madlorot yang diderita manusia
Maroji’ : syarh shohih Muslim, Imam Nawawi 11/43
Kelangkaan minyak tanah dan barang konsumtif lainnya sering terjadi dan itu bukan disebabkan oleh sedikitnya produksi melainkan oleh oknum yang melakukan penimbunan dengan harapan di saat minyak langka maka dengan segera ia akan melemparkannya ke pasaran dengan harga tinggi untuk inilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
مَنِ احْتَكَرَ فَهُوَ خَاطِئٌ رواه مسلم
Barangsiapa melakukan penimbunan berarti ia telah melakukan dosa [HR Muslim]
Imam Nawawi mengatakan : hikmah dilarangnya melakukan penimbunan adalah untuk mengatisipasi timbulnya madlorot yang menimpa manusia. Para ulama berijma’ bila makanan ada pada diri seseorang sementara kondisi yang ada bahwa manusia saat itu sangat membutuhkannya dan tidak didapati makanan kecuali pada orang tersebut maka yang bersangkutan bisa dipaksa untuk menjualnya supaya menghindari madlorot yang diderita manusia
Maroji’ : syarh shohih Muslim, Imam Nawawi 11/43
Nasi tumpeng
Nasi tumpeng
Nasi tumpeng adalah nasi yang sangat dikenal bagi masyarakat Jawa. Ia sering dijadikan hidangan saat acara bancaan, selametan dan tak jarang ulang tahunpun nasi ini sering tersaji. Nasi tumpeng yang berbentuk lancip yang kemudian cara pengambilannya adalah dengan mengambil nasi bagian tengah ini jelas bertentangan dengan apa yang apa yang pernah diajarkan oleh rosululoh shollallohu alaihi wasallam apalagi bila diiringi dengan satu keyakinan bahwa ia memiliki rahasia-rahasia keberkahan yang tersembunyi. Ada baiknya kalau anda menyimak hadits di bawah ini :
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال البركة تنزل وسط الطعام فكلوا من حافتيه ولا تأكلوا من وسطه رواه أبو داود والترمذي
Dari ibnu Abbas rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : keberkahan ada pada makanan bagian tengah maka ambillah makanan dari pinggirnya dan janganlah makan dari bagian tengahnya [HR Abu Daud dan Tirmidzi]
وعن عبد اللَّه بن بسر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال كان للنبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قصعة يقال لها الغراء يحملها أربعة رجال، فلما أضحوا وسجدوا الضحى أتي بتلك القصعة يعني وقد ثرد فيها فالتفوا عليها. فلما كثروا جثا رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم فقال أعرابي ما هذه الجلسة فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إن اللَّه جعلني عبداً كريماً ولم يجعلني جباراً عنيداً ثم قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم كلوا من حواليها ودعوا ذروتها يبارك فيها رواه أبو داود
Dari Abdullah bin Busr ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memiliki nampan yang disebut Gharra`, dan hanya bisa diangkat oleh empat orang laki-laki. Di pagi hari saat mereka telah melaksanakan shalat dluha, nampan tersebut dihadirkan dan telah penuh dengan bubur. Orang-orang pun mengerumuninya, ketika jumlah mereka telah banyak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk di atas lututnya. Seorang Arab badui lalu berkata, "Duduk apakah ini?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Sesungguhnya Allah telah menjadikan aku seorang hamba yang mulia, bukan seorang yang otoriter dan pembangkang." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda lagi: "Makanlah dari sekitarnya dan biarkan bagian atasnya maka akan diberkahi padanya." [HR Abu Daud]
Walhasil nasi tumpeng tidak selaras dengan syariat ditinjau dari cara pengambilannya di saat akan dipindah ke piring.
Bagaimana kalau mengambilnya dari pinggir ? jawabnya ….. nasi pasti akan ambruk
Nasi tumpeng adalah nasi yang sangat dikenal bagi masyarakat Jawa. Ia sering dijadikan hidangan saat acara bancaan, selametan dan tak jarang ulang tahunpun nasi ini sering tersaji. Nasi tumpeng yang berbentuk lancip yang kemudian cara pengambilannya adalah dengan mengambil nasi bagian tengah ini jelas bertentangan dengan apa yang apa yang pernah diajarkan oleh rosululoh shollallohu alaihi wasallam apalagi bila diiringi dengan satu keyakinan bahwa ia memiliki rahasia-rahasia keberkahan yang tersembunyi. Ada baiknya kalau anda menyimak hadits di bawah ini :
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال البركة تنزل وسط الطعام فكلوا من حافتيه ولا تأكلوا من وسطه رواه أبو داود والترمذي
Dari ibnu Abbas rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : keberkahan ada pada makanan bagian tengah maka ambillah makanan dari pinggirnya dan janganlah makan dari bagian tengahnya [HR Abu Daud dan Tirmidzi]
وعن عبد اللَّه بن بسر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال كان للنبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قصعة يقال لها الغراء يحملها أربعة رجال، فلما أضحوا وسجدوا الضحى أتي بتلك القصعة يعني وقد ثرد فيها فالتفوا عليها. فلما كثروا جثا رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم فقال أعرابي ما هذه الجلسة فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إن اللَّه جعلني عبداً كريماً ولم يجعلني جباراً عنيداً ثم قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم كلوا من حواليها ودعوا ذروتها يبارك فيها رواه أبو داود
Dari Abdullah bin Busr ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memiliki nampan yang disebut Gharra`, dan hanya bisa diangkat oleh empat orang laki-laki. Di pagi hari saat mereka telah melaksanakan shalat dluha, nampan tersebut dihadirkan dan telah penuh dengan bubur. Orang-orang pun mengerumuninya, ketika jumlah mereka telah banyak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk di atas lututnya. Seorang Arab badui lalu berkata, "Duduk apakah ini?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Sesungguhnya Allah telah menjadikan aku seorang hamba yang mulia, bukan seorang yang otoriter dan pembangkang." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda lagi: "Makanlah dari sekitarnya dan biarkan bagian atasnya maka akan diberkahi padanya." [HR Abu Daud]
Walhasil nasi tumpeng tidak selaras dengan syariat ditinjau dari cara pengambilannya di saat akan dipindah ke piring.
Bagaimana kalau mengambilnya dari pinggir ? jawabnya ….. nasi pasti akan ambruk
Kapan kita menyembelih kambing
Kapan kita menyembelih kambing
Menyembelih kambing akan bernilai ibadah manakala kita melakukannya sesuai aturan syar’i. Sedikitnya ada 4 peristiwa dimana kita disyariatkan untuk menyembelihnya di antaranya :
1. Hari raya korban
َعَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ, وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه وَفِي لَفْظِ: ( سَمِينَيْنِ ) وَلِأَبِي عَوَانَةَ فِي صَحِيحِهِ : ( ثَمِينَيْنِ ) بِالْمُثَلَّثَةِ بَدَلَ اَلسِّين ِ وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ, وَيَقُولُ: ( بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ )
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz: Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri. Dalam suatu lafadz: Dua ekor kambing gemuk. Menurut riwayat Abu Awanah dalam kitab Shahihnya: Dua ekor kambing mahal -dengan menggunakan huruf tsa' bukan sin- Dalam suatu lafadz riwayat Muslim: Beliau membaca bismillahi wallaahu akbar.
2. Aqiqoh
َعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم عَقَّ عَنْ اَلْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ كَبْشًا كَبْشًا ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ, وَابْنُ اَلْجَارُودِ, وَعَبْدُ اَلْحَقّ ِ لَكِنْ رَجَّحَ أَبُو حَاتِمٍ
إِرْسَالَه
ُ
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beraqiqah untuk Hasan dan Husein masing-masing seekor kambing kibas. Riwayat Abu Dawud. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu al-Jarud, dan Abdul Haq, namun Abu Hatim lebih menilainya hadits mursal.
3. Walimah nikah
َعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَأَى عَلَى عَبْدِ اَلرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَثَرَ صُفْرَةٍ , قَالَ : مَا هَذَا ? , قَالَ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! إِنِّي تَزَوَّجْتُ اِمْرَأَةً عَلَى وَزْنِ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ. فَقَالَ : فَبَارَكَ اَللَّهُ لَكَ , أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah melihat bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf. Lalu beliau bersabda: "Apa ini?". Ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang perempuan dengan maskawin senilai satu biji emas. Beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.
4. Ibadah haji
Dan ini dilakukan setelah jamaah haji melempar jumroh tanggal 10 dzulhijjah
Menyembelih kambing akan bernilai ibadah manakala kita melakukannya sesuai aturan syar’i. Sedikitnya ada 4 peristiwa dimana kita disyariatkan untuk menyembelihnya di antaranya :
1. Hari raya korban
َعَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُضَحِّي بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ, أَقْرَنَيْنِ, وَيُسَمِّي, وَيُكَبِّرُ, وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا. وَفِي لَفْظٍ: ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه وَفِي لَفْظِ: ( سَمِينَيْنِ ) وَلِأَبِي عَوَانَةَ فِي صَحِيحِهِ : ( ثَمِينَيْنِ ) بِالْمُثَلَّثَةِ بَدَلَ اَلسِّين ِ وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ, وَيَقُولُ: ( بِسْمِ اَللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ )
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz: Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri. Dalam suatu lafadz: Dua ekor kambing gemuk. Menurut riwayat Abu Awanah dalam kitab Shahihnya: Dua ekor kambing mahal -dengan menggunakan huruf tsa' bukan sin- Dalam suatu lafadz riwayat Muslim: Beliau membaca bismillahi wallaahu akbar.
2. Aqiqoh
َعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم عَقَّ عَنْ اَلْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ كَبْشًا كَبْشًا ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ, وَابْنُ اَلْجَارُودِ, وَعَبْدُ اَلْحَقّ ِ لَكِنْ رَجَّحَ أَبُو حَاتِمٍ
إِرْسَالَه
ُ
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beraqiqah untuk Hasan dan Husein masing-masing seekor kambing kibas. Riwayat Abu Dawud. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu al-Jarud, dan Abdul Haq, namun Abu Hatim lebih menilainya hadits mursal.
3. Walimah nikah
َعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَأَى عَلَى عَبْدِ اَلرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَثَرَ صُفْرَةٍ , قَالَ : مَا هَذَا ? , قَالَ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! إِنِّي تَزَوَّجْتُ اِمْرَأَةً عَلَى وَزْنِ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ. فَقَالَ : فَبَارَكَ اَللَّهُ لَكَ , أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah melihat bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf. Lalu beliau bersabda: "Apa ini?". Ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang perempuan dengan maskawin senilai satu biji emas. Beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.
4. Ibadah haji
Dan ini dilakukan setelah jamaah haji melempar jumroh tanggal 10 dzulhijjah
13-1 : 0
13-1 : 0
Menurut ilmu matematika bila angka tiga belas dikurangi satu maka akan berjumlah dua belas. Kaedah ini tidak berlaku terhadap kisah Yusuf alaihissalam ketika ia berada di Mesir. Di saat parasnya yang begitu mempesona membuat Zulaikha menginginkan dirinya.
Di saat hasrat Zulaikha memuncak, ternyata pada awalnya Yusuf memiliki hasrat pula untuk melayani keinginannya. Hal ini diterangkan oleh Alloh dalam alquran :
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِى هُوَ فِي بِيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قاَلَ مَعاَذَا الله إنَّهُ رَبِّي أحْسَنَ مَثْوَاي إنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُوْنَ وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلاَ أنْ رءَا بُرْهاَنَ رَبِّهِ كَذَالِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ
23. Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
24. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. [yusuf : 23-24]
Syaikh Muhammad Sholih Almunajjid menyebut 13 pendukung terjadinya perzinahan antara Yusuf dan Zulaikha :
1. Zulaikha yang menggoda Yusuf. Yang menggoda bukan Yusuf akan tetapi Zulaikha. Jika seorang perempuan mengajak pada lelaki untuk melakukan perbuatan maksiat, pengaruhnya tidak seperti jika seorang lelaki yang mengajak seorang perempuan untuk melakukan perbuatan maksiat. Beban psikologi akan hilang karena jika yang mengajak adalah lelaki maka akan terjadi kekhawatiran si wanita akan berontak, berteriak dan minta tolong.
2. Yusuf tinggal di rumah Zulaikha, ia tidak akan dicurigai bila ia berada di ruang manapun di rumah itu.
3. Pintu sudah tertutup sehingga perbuatan itu tidak akan diketahui oleh siapapun
4. Zulaikha membuat pancingan dengan mengatakan haita laka (kemarilah)
5. Yusuf berusia muda sehingga hasrat nafsu sedang bergelora
6. Zulaikha adalah tuan dari yusuf sehingga ia mempunyai otoritas untuk menyuruh dan melarang
7. Yusuf adalah hamba sahaya, karena orang yang bukan hamba sahaya mempunyai ketakutan namanya tercemar, berbeda dengan hamba sahaya.
8. Yusuf adalah pendatang yang negerinya jauh jaraknya dari Mesir sehingga rasa takut namanya tercemar akan hilang berbeda dengan penduduk pribumi
9. Zulaikha berparas cantik
10. Zulaikha memiliki kekuasaan di Mesir
11. Suami Zulaikha tidak ada di tempat
12. Zulaikha menggoda Yusuf dengan daya pikat wanita
13. Zulaikha mengintimidasi Yusuf dengan penjara
Ternyata ketiga belas peluang itu sirna manakala muncul satu faktor saja yaitu :
لَوْلاَ أنْ رءَا بُرْهاَنَ رَبِّهِ
andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya
karena bimbuingan Allohlah yang menyebabkan perbuatan keji itu tidak terjadi. Demikianlah sifat terpuji Yusuf ini diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam ketika beliau menyebut tujuh kelompok yang akan mendapat naungan pada hari kiamat :
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita bangsawan lagi cantik untuk berbuat mesum lalu ia menolak seraya berkata, 'Aku takut kepada Allah.' [HR Bukhori Muslim]
demikianlah seseorang bila senantiasa ingat Alloh akan selamat dari jerat maksiat
semoga kita bisa meneladani nabi Yusuf alaihissalam
maroji’ : seratus faedah dari surat Yusuf, Syaikh Muhammad Sholih Munajjid hal 45
Menurut ilmu matematika bila angka tiga belas dikurangi satu maka akan berjumlah dua belas. Kaedah ini tidak berlaku terhadap kisah Yusuf alaihissalam ketika ia berada di Mesir. Di saat parasnya yang begitu mempesona membuat Zulaikha menginginkan dirinya.
Di saat hasrat Zulaikha memuncak, ternyata pada awalnya Yusuf memiliki hasrat pula untuk melayani keinginannya. Hal ini diterangkan oleh Alloh dalam alquran :
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِى هُوَ فِي بِيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قاَلَ مَعاَذَا الله إنَّهُ رَبِّي أحْسَنَ مَثْوَاي إنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُوْنَ وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلاَ أنْ رءَا بُرْهاَنَ رَبِّهِ كَذَالِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ
23. Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
24. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. [yusuf : 23-24]
Syaikh Muhammad Sholih Almunajjid menyebut 13 pendukung terjadinya perzinahan antara Yusuf dan Zulaikha :
1. Zulaikha yang menggoda Yusuf. Yang menggoda bukan Yusuf akan tetapi Zulaikha. Jika seorang perempuan mengajak pada lelaki untuk melakukan perbuatan maksiat, pengaruhnya tidak seperti jika seorang lelaki yang mengajak seorang perempuan untuk melakukan perbuatan maksiat. Beban psikologi akan hilang karena jika yang mengajak adalah lelaki maka akan terjadi kekhawatiran si wanita akan berontak, berteriak dan minta tolong.
2. Yusuf tinggal di rumah Zulaikha, ia tidak akan dicurigai bila ia berada di ruang manapun di rumah itu.
3. Pintu sudah tertutup sehingga perbuatan itu tidak akan diketahui oleh siapapun
4. Zulaikha membuat pancingan dengan mengatakan haita laka (kemarilah)
5. Yusuf berusia muda sehingga hasrat nafsu sedang bergelora
6. Zulaikha adalah tuan dari yusuf sehingga ia mempunyai otoritas untuk menyuruh dan melarang
7. Yusuf adalah hamba sahaya, karena orang yang bukan hamba sahaya mempunyai ketakutan namanya tercemar, berbeda dengan hamba sahaya.
8. Yusuf adalah pendatang yang negerinya jauh jaraknya dari Mesir sehingga rasa takut namanya tercemar akan hilang berbeda dengan penduduk pribumi
9. Zulaikha berparas cantik
10. Zulaikha memiliki kekuasaan di Mesir
11. Suami Zulaikha tidak ada di tempat
12. Zulaikha menggoda Yusuf dengan daya pikat wanita
13. Zulaikha mengintimidasi Yusuf dengan penjara
Ternyata ketiga belas peluang itu sirna manakala muncul satu faktor saja yaitu :
لَوْلاَ أنْ رءَا بُرْهاَنَ رَبِّهِ
andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya
karena bimbuingan Allohlah yang menyebabkan perbuatan keji itu tidak terjadi. Demikianlah sifat terpuji Yusuf ini diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam ketika beliau menyebut tujuh kelompok yang akan mendapat naungan pada hari kiamat :
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita bangsawan lagi cantik untuk berbuat mesum lalu ia menolak seraya berkata, 'Aku takut kepada Allah.' [HR Bukhori Muslim]
demikianlah seseorang bila senantiasa ingat Alloh akan selamat dari jerat maksiat
semoga kita bisa meneladani nabi Yusuf alaihissalam
maroji’ : seratus faedah dari surat Yusuf, Syaikh Muhammad Sholih Munajjid hal 45
Jangan pipis sembarangan
Jangan pipis sembarangan
وَالََّّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا كْتَسَبُوْا فَقَدِ احْتَمَلُوْا بُهْتَانًا وَّإثْماً مُّبِيْناً
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [al ahzab : 58]
Anda pasti risih terhadap orang kencing di toilet tanpa di siram sesudahnya sehingga bau tak sedap menusuk hidung anda.
Anda kembali terganggu manakala di tempat duduk yang berada di fasilitas umum semacam taman perkotaan, halte dan lainnya, bau tak sedap kembali anda dapati dari kencing manusia yang tidak bertanggung jawab.
Sungguh benar, tulisan yang ada di toilet “ habis kencing, disiram “ Betapa bagusnya di pintu toilet KA tertulis “ hanya dipakai di saat kereta berjalan “
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengancam dengan sabdanya :
مَنْ أذَى الْمُسْلِمِيْنَ فِي طُرُقِهِمْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ لَعْنَتُهُمْ
Barangsiapa membuat tidak nyaman umat islam di jalan mereka maka wajib atasnya mendapat laknat [HR Thobroni]
َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اِتَّقُوا اَللَّاعِنِينَ: اَلَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ اَلنَّاسِ أَوْ فِي ظِلِّهِمْ ) رَوَاهُ مُسْلِم
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhkanlah dirimu dari dua perbuatan terkutuk yaitu suka buang air di jalan umum atau suka buang air di tempat orang berteduh." [HR Muslim]
َزَادَ أَبُو دَاوُدَ عَنْ مُعَاذٍ ( وَالْمَوَارِدَ )
Abu Dawud menambahkan dari Muadz r.a: "Dan tempat-tempat sumber air." Lafadznya ialah: "Jauhkanlah dirimu dari tiga perbuatan terkutuk yaitu buang air besar di tempat-tempat sumber air di tengah jalan raya dan di tempat perteduhan."
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : hadits ini menunjukkan sempurnanya islam dan keagungannya ditinjau dari sisi kebersihan dan jauhnya dari kotoran. Hadits ini juga merupakan tahdzir (peringatan) terhadap tindakan yang menimbulkan madlorot bagi manusia baik pada badannya, agamanya dan akhlaqnya.
Maroji’ : taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/247
وَالََّّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا كْتَسَبُوْا فَقَدِ احْتَمَلُوْا بُهْتَانًا وَّإثْماً مُّبِيْناً
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [al ahzab : 58]
Anda pasti risih terhadap orang kencing di toilet tanpa di siram sesudahnya sehingga bau tak sedap menusuk hidung anda.
Anda kembali terganggu manakala di tempat duduk yang berada di fasilitas umum semacam taman perkotaan, halte dan lainnya, bau tak sedap kembali anda dapati dari kencing manusia yang tidak bertanggung jawab.
Sungguh benar, tulisan yang ada di toilet “ habis kencing, disiram “ Betapa bagusnya di pintu toilet KA tertulis “ hanya dipakai di saat kereta berjalan “
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengancam dengan sabdanya :
مَنْ أذَى الْمُسْلِمِيْنَ فِي طُرُقِهِمْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ لَعْنَتُهُمْ
Barangsiapa membuat tidak nyaman umat islam di jalan mereka maka wajib atasnya mendapat laknat [HR Thobroni]
َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اِتَّقُوا اَللَّاعِنِينَ: اَلَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ اَلنَّاسِ أَوْ فِي ظِلِّهِمْ ) رَوَاهُ مُسْلِم
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhkanlah dirimu dari dua perbuatan terkutuk yaitu suka buang air di jalan umum atau suka buang air di tempat orang berteduh." [HR Muslim]
َزَادَ أَبُو دَاوُدَ عَنْ مُعَاذٍ ( وَالْمَوَارِدَ )
Abu Dawud menambahkan dari Muadz r.a: "Dan tempat-tempat sumber air." Lafadznya ialah: "Jauhkanlah dirimu dari tiga perbuatan terkutuk yaitu buang air besar di tempat-tempat sumber air di tengah jalan raya dan di tempat perteduhan."
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : hadits ini menunjukkan sempurnanya islam dan keagungannya ditinjau dari sisi kebersihan dan jauhnya dari kotoran. Hadits ini juga merupakan tahdzir (peringatan) terhadap tindakan yang menimbulkan madlorot bagi manusia baik pada badannya, agamanya dan akhlaqnya.
Maroji’ : taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/247
Siapa mencuri manggaku ?!
Siapa mencuri manggaku ?!
Memiliki sifat pedit, pelit, koret, keked mengkene meregehese (pelit yang di luar ambang batas) sungguh menyiksa diri. Di saat pohon mangganya berbuah, tidak terlintas sedikitpun pada dirinya untuk membagikan sebagiannya kepada tetangganya. Hari-harinya dilalui dengan penuh kecemasan.
Setiap sore menjelang malam ia sibuk menghitung buah mangganya yang ada di pohon demikian pula di saat matahari menyingsing, yang dilakukan pertama kali adalah mengecek jumlah buah mangga, apakah jumlahnya tetap seperti kemarin ataukah berkurang ?
Bila berkurang, ia sibuk membidik daftar orang yang perlu dicurigai. Sungguh kalau hal ini tidak segera disadari, maka ia akan tersiksa seumur hidup dengan sikapnya yang buruk ini.
Berbeda dengan sikap Urwah bin Zubair seorang tabi’in. Ia memiliki kebun korma. Di saat berbuah, ia memasuki kebunnya seraya mengucapkan maa syaa Alloh laaquwwata illaa billah sebagai ungkapan syukur kepada Alloh. Rupanya ia mengamalkan firman Alloh :
وَلَوْلاَ إذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ ماَ شَاءَ الله إلاَّ بِاللهِ
Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). [alkahfi : 39]
Selanjutnya ia segera mengundang orang-orang untuk memasuki kebunnya sehingga bisa memakan buahnya dan membawanya ke rumah
Bagaimana bila tiba-tiba buah mangga kita berkurang karena kelelawar atau tangan-tangan usil dari pencuri tak diundang ? kalau anda membaca hadits di bawah ini, insyaAlloh anda tidak akan resah :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Dari Jabir dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya, melainkah ia menjadi sedekah baginya." [HR Muslim]
Memiliki sifat pedit, pelit, koret, keked mengkene meregehese (pelit yang di luar ambang batas) sungguh menyiksa diri. Di saat pohon mangganya berbuah, tidak terlintas sedikitpun pada dirinya untuk membagikan sebagiannya kepada tetangganya. Hari-harinya dilalui dengan penuh kecemasan.
Setiap sore menjelang malam ia sibuk menghitung buah mangganya yang ada di pohon demikian pula di saat matahari menyingsing, yang dilakukan pertama kali adalah mengecek jumlah buah mangga, apakah jumlahnya tetap seperti kemarin ataukah berkurang ?
Bila berkurang, ia sibuk membidik daftar orang yang perlu dicurigai. Sungguh kalau hal ini tidak segera disadari, maka ia akan tersiksa seumur hidup dengan sikapnya yang buruk ini.
Berbeda dengan sikap Urwah bin Zubair seorang tabi’in. Ia memiliki kebun korma. Di saat berbuah, ia memasuki kebunnya seraya mengucapkan maa syaa Alloh laaquwwata illaa billah sebagai ungkapan syukur kepada Alloh. Rupanya ia mengamalkan firman Alloh :
وَلَوْلاَ إذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ ماَ شَاءَ الله إلاَّ بِاللهِ
Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). [alkahfi : 39]
Selanjutnya ia segera mengundang orang-orang untuk memasuki kebunnya sehingga bisa memakan buahnya dan membawanya ke rumah
Bagaimana bila tiba-tiba buah mangga kita berkurang karena kelelawar atau tangan-tangan usil dari pencuri tak diundang ? kalau anda membaca hadits di bawah ini, insyaAlloh anda tidak akan resah :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Dari Jabir dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya, melainkah ia menjadi sedekah baginya." [HR Muslim]
Mati lalu hidup lagi
Mati lalu hidup lagi
Berdasarkan ayat-ayat alquran ada enam peristiwa di dunia ini dimana yang sudah mati dapat hidup kembali meskipun akhirnya kembali mati seperti sebelumnya :
1. Peristiwa permintaan bani isroil agar dapat melihat Alloh
وَإذْ قُلْتُمْ ياَمُوْسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى الله جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأنْتُْمْ تَنْظُرُوْنَ ثُمَّ بَعَثْناَكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya
56. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.[albaqoroh : 55-56]
Robi’ bin Anas berkata kematian yang menimpa mereka sebagai hukuman atas kelancangan mereka hingga akhirnya dikembalikan hidup untuk menyempurnakan umur yang sudah Alloh tetapkan atas mereka.
2. Peristiwa hidup kembali korban pembunuhan untuk menyingkap pembunuhnya
وَإذْ قَتَلْتُمْ نَفْساً فاَدَّارَأْتُمْ فِيْهاَ وَالله مُخْرِجٌ مَّا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ فَقُلْناَ اضْرِبُوْهُ بِبَعْضِهاَ كَذَالِكَ يُحْيِى الله الْمَوْتَى وَيُرِيْكُمْ ءَاياَتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.
73. Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti [albaqoroh : 72-73]
Ubaidah Assalmaani berkata : seorang bani isroil tidak punya anak sementara ia adalah orang yang kaya raya. Kemenakannya menginginkan hartanya dengan cara mewarisinya hingga akhirnya ia membunuhnya pamannya. Untuk menutupi perbuatannya ia membawa mayatnya dan diletakkan di depan pintu seseorang. Tuduhanpun dialamatkan kepada pemilik rumah. Seorang cendekiawan di antara mereka menyarankan agar bertanya kepada Musa untuk menyelesaikan masalah itu.
Menurut jumhur mufassirin ayat ini ada hubungannya dengan Peristiwa yang dilakukan oleh seorang dari Bani Israil. masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. setelah mereka membawa persoalan itu kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu.
3. Peristiwa kematian ribuan bani isroil yang lari menghindari penyakit thoun
ألَمْ تَرَ إلَى الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِياَرِهِمْ وَهُمْ ألُوْفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقاَلَ لَهُمُ الله مُوْتُوْا ثُمَّ أحْياَهُمْ إن
الله لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلكِنَّ أكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُوْنَ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.[albaqoroh : 243]
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa kaum bani isroil yang berjumlah empat ribu orang keluar dari negerinya untuk menghindari penyakit thoun hingga ketika mereka tiba di suatu tempat Alloh mematikan mereka semuanya. Seorang nabi datang mendapati mayat-mayat mereka lalu ia berdoa agar Alloh menghidupkan mereka kembali. Allohpun mengabulkannya.
4. Peristiwa hidup kembali setelah mengalami kematian selama seratus tahun
أوْ كاَلّّذِى مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوْشِهاَ قاَلَ أنَّى يُحْيِ هذِهِ الله بَعْدَ مَوْتِهاَ فَأَمَاتَهُ الله مِائَةَ عاَمٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قاَلَ كَمْ لَبِثْتَ قاَلَ يَبِثْتُ يَوْماً أوْ بَعْضَ يَوْمٍ قاَلَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إلَى طَعاَمِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إلَى حِماَرِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ايَةً وَانْظُرْ إلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهاَ ثُمَّ نَكْسُوْهاَ لَحْماً فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قاَلَ أعْلَمُ أنَّ الله عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
Atau Apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." [albaqoroh : 259]
5. Peristiwa hidupnya burung setelah disembelih
وَإِذْقاَلَ إبْرَاهِيْمُ رَبِّ أرِنِي كَيْفَ تُحْيِى الْمَوْتَى قاَلَ أوَلَمْ تُؤْمِنْ قاَلَ بَلَى وَلكِنْ لِيَطْمَبِنَّ قَلْبِى قاَلَ فَخُذْ أرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْياً وَاعْلَمْ أنَّ الله عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [albaqoroh : 260]
Permintaan Ibrohim tidak menunjukkan akan keraguannya terhadap Alloh akan tetapi itu didasari atas keinginannya agar dengannya bertambah imannya. Karena melihat bukti secara langsung lebih membekas dan mampu menenangkan iman daripada melihat sesuatu dari sudut teori.
6. Peristiwa tentang kemampuan nabi Isa alaihissalam untuk menghidupkan kembali orang mati
وَرَسُوْلاً إلَى بَنِي إسْرَائِيْلَ أنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِأيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أنِّي أخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّيْنِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأنْفُخُ فِيْهِ فَيَكُوْنُ طَيْرًا بِإِذْنِ الله وَأبْرِئُ الأكْمَهَ والأَبْرَصَ وَ أحْيِى الْمَوْتَى بِإِذْنِِ الله وَأنَبِّئُكُمْ بِماَ تَأْكُلُوْنَ وَماَ تَدَّخِرُوْنَ فِي بُيُوْتِكُمْ إنَّ فِي ذَالِكَ لأيَةً لَكُمْ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu Makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. [ali imron : 49]
Ibnu Katsir berkata : setiap nabi di utus diberi bekal sesuai dengan kondisi jamannya. Nbai Musa yang hidup pada masa dimana sihir menguasai masyarakat maka Alloh memberinya bekal mu’jizat sehingga mampu mengalahkan tukang sihir, sementara nabi Isa diutus di saat para tabib dan ilmuwan sedang berkuasa maka Alloh berikan tanda-tanda kekuasaannya untuk membela syariat yang diemban olehnya
Maroji’ : tafsir ibnu Katsir
Berdasarkan ayat-ayat alquran ada enam peristiwa di dunia ini dimana yang sudah mati dapat hidup kembali meskipun akhirnya kembali mati seperti sebelumnya :
1. Peristiwa permintaan bani isroil agar dapat melihat Alloh
وَإذْ قُلْتُمْ ياَمُوْسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى الله جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأنْتُْمْ تَنْظُرُوْنَ ثُمَّ بَعَثْناَكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya
56. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.[albaqoroh : 55-56]
Robi’ bin Anas berkata kematian yang menimpa mereka sebagai hukuman atas kelancangan mereka hingga akhirnya dikembalikan hidup untuk menyempurnakan umur yang sudah Alloh tetapkan atas mereka.
2. Peristiwa hidup kembali korban pembunuhan untuk menyingkap pembunuhnya
وَإذْ قَتَلْتُمْ نَفْساً فاَدَّارَأْتُمْ فِيْهاَ وَالله مُخْرِجٌ مَّا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ فَقُلْناَ اضْرِبُوْهُ بِبَعْضِهاَ كَذَالِكَ يُحْيِى الله الْمَوْتَى وَيُرِيْكُمْ ءَاياَتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.
73. Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti [albaqoroh : 72-73]
Ubaidah Assalmaani berkata : seorang bani isroil tidak punya anak sementara ia adalah orang yang kaya raya. Kemenakannya menginginkan hartanya dengan cara mewarisinya hingga akhirnya ia membunuhnya pamannya. Untuk menutupi perbuatannya ia membawa mayatnya dan diletakkan di depan pintu seseorang. Tuduhanpun dialamatkan kepada pemilik rumah. Seorang cendekiawan di antara mereka menyarankan agar bertanya kepada Musa untuk menyelesaikan masalah itu.
Menurut jumhur mufassirin ayat ini ada hubungannya dengan Peristiwa yang dilakukan oleh seorang dari Bani Israil. masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. setelah mereka membawa persoalan itu kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu.
3. Peristiwa kematian ribuan bani isroil yang lari menghindari penyakit thoun
ألَمْ تَرَ إلَى الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِياَرِهِمْ وَهُمْ ألُوْفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقاَلَ لَهُمُ الله مُوْتُوْا ثُمَّ أحْياَهُمْ إن
الله لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلكِنَّ أكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُوْنَ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.[albaqoroh : 243]
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa kaum bani isroil yang berjumlah empat ribu orang keluar dari negerinya untuk menghindari penyakit thoun hingga ketika mereka tiba di suatu tempat Alloh mematikan mereka semuanya. Seorang nabi datang mendapati mayat-mayat mereka lalu ia berdoa agar Alloh menghidupkan mereka kembali. Allohpun mengabulkannya.
4. Peristiwa hidup kembali setelah mengalami kematian selama seratus tahun
أوْ كاَلّّذِى مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوْشِهاَ قاَلَ أنَّى يُحْيِ هذِهِ الله بَعْدَ مَوْتِهاَ فَأَمَاتَهُ الله مِائَةَ عاَمٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قاَلَ كَمْ لَبِثْتَ قاَلَ يَبِثْتُ يَوْماً أوْ بَعْضَ يَوْمٍ قاَلَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إلَى طَعاَمِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إلَى حِماَرِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ايَةً وَانْظُرْ إلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهاَ ثُمَّ نَكْسُوْهاَ لَحْماً فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قاَلَ أعْلَمُ أنَّ الله عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
Atau Apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." [albaqoroh : 259]
5. Peristiwa hidupnya burung setelah disembelih
وَإِذْقاَلَ إبْرَاهِيْمُ رَبِّ أرِنِي كَيْفَ تُحْيِى الْمَوْتَى قاَلَ أوَلَمْ تُؤْمِنْ قاَلَ بَلَى وَلكِنْ لِيَطْمَبِنَّ قَلْبِى قاَلَ فَخُذْ أرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْياً وَاعْلَمْ أنَّ الله عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [albaqoroh : 260]
Permintaan Ibrohim tidak menunjukkan akan keraguannya terhadap Alloh akan tetapi itu didasari atas keinginannya agar dengannya bertambah imannya. Karena melihat bukti secara langsung lebih membekas dan mampu menenangkan iman daripada melihat sesuatu dari sudut teori.
6. Peristiwa tentang kemampuan nabi Isa alaihissalam untuk menghidupkan kembali orang mati
وَرَسُوْلاً إلَى بَنِي إسْرَائِيْلَ أنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِأيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أنِّي أخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّيْنِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأنْفُخُ فِيْهِ فَيَكُوْنُ طَيْرًا بِإِذْنِ الله وَأبْرِئُ الأكْمَهَ والأَبْرَصَ وَ أحْيِى الْمَوْتَى بِإِذْنِِ الله وَأنَبِّئُكُمْ بِماَ تَأْكُلُوْنَ وَماَ تَدَّخِرُوْنَ فِي بُيُوْتِكُمْ إنَّ فِي ذَالِكَ لأيَةً لَكُمْ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu Makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. [ali imron : 49]
Ibnu Katsir berkata : setiap nabi di utus diberi bekal sesuai dengan kondisi jamannya. Nbai Musa yang hidup pada masa dimana sihir menguasai masyarakat maka Alloh memberinya bekal mu’jizat sehingga mampu mengalahkan tukang sihir, sementara nabi Isa diutus di saat para tabib dan ilmuwan sedang berkuasa maka Alloh berikan tanda-tanda kekuasaannya untuk membela syariat yang diemban olehnya
Maroji’ : tafsir ibnu Katsir
Hadits-hadits tentang thoun
Hadits-hadits tentang thoun
Hadits-hadits tentang thoun cukup banyak, akan tetapi secara sederhana kurang lebih ada 3 hal yang dapat kita simpulkan :
Penyakit yang mengantarkan penderitanya mencapai derajat syahid
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
Dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang mati karena penyakit thoun adalah syahid bagi setiap muslim". [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ ابْنُ مِقْسَمٍ أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ
Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apa yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian?" para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, orang yang meninggal karena berjuang di jalan Allah itulah orang yang mati syahid." Beliau bersabda: "Kalau begitu, sedikit sekali jumlah ummatku yang mati syahid." Para sahabat berkata, "Lantas siapakah mereka ya Rasulullah?" beliau bersabda: "Barangsiapa terbunuh di jalan Allah maka dialah syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena penyakit kolera juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid." Ibnu Miqsam berkata, "Saya bersaksi atas bapakmu mengenai hadits ini, bahwa beliau juga berkata, "Orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid." Dan telah menceritakan kepadaku Abdul Hamid bin Bayan Al Wasithi telah menceritakan kepada kami Khalid dari Suhail dengan sanad seperti ini, namun dalam haditsnya disebutkan; Suhail berkata; Ubaidullah bin Miqsam berkata, "Saya bersaksi atas saudara laki-lakimu bahwa dalam hadits ini dia menambahkan, "Barangsiapa meninggal karena tenggelam, maka ia syahid." [HR Muslim dan Ibnu Majah]
Penyakit yang tidak akan menyerang penduduk Madinah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلَائِكَةٌ لَا يَدْخُلُهَا الطَّاعُونُ وَلَا الدَّجَّالُ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada pintu gerbang kota Madinah ada para malaikat (yang menjaganya) sehingga wabah penyakit dan Al Masihud-Dajjal tidak akan dapat memasukinya".[HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Malik]
Perintah bersabar dan tetap berada di tempat tinggal di saat thoun menjalar
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَسْأَلُ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ مَاذَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الطَّاعُونِ فَقَالَ أُسَامَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ رِجْسٌ أُرْسِلَ عَلَى طَائِفَةٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَوْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ قَالَ أَبُو النَّضْرِ لَا يُخْرِجْكُمْ إِلَّا فِرَارًا مِنْهُ
Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya bahwa dia ('Amir) mendengar bapaknya bertanya kepada Usamah binZaid; "Apa yag pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah tha'un (wabah penyakit sampar, pes, lepra)?". Maka Usamah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tha'un adalah sejenis kotoran (siksa) yang dikirim kepada satu golongan dari Bani Isra'il atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya". Abu an-Nadlar berkata; "Janganlah kalian mengungsi darinya kecuali untuk menyelematkan diri". [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Malik]
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ
Dari 'Aisyah radliallahu 'anhu, berkata; "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah tha'un lalu beliau mengabarkan aku bahwa tha'un (penyakit sampar, pes, lepra) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun yang menderita tha'un lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentaqdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid" [HR Bukhori dan Ahmad]
Hadits-hadits tentang thoun cukup banyak, akan tetapi secara sederhana kurang lebih ada 3 hal yang dapat kita simpulkan :
Penyakit yang mengantarkan penderitanya mencapai derajat syahid
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
Dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang mati karena penyakit thoun adalah syahid bagi setiap muslim". [HR Bukhori, Muslim dan Ahmad]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ ابْنُ مِقْسَمٍ أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ
Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apa yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian?" para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, orang yang meninggal karena berjuang di jalan Allah itulah orang yang mati syahid." Beliau bersabda: "Kalau begitu, sedikit sekali jumlah ummatku yang mati syahid." Para sahabat berkata, "Lantas siapakah mereka ya Rasulullah?" beliau bersabda: "Barangsiapa terbunuh di jalan Allah maka dialah syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena penyakit kolera juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid." Ibnu Miqsam berkata, "Saya bersaksi atas bapakmu mengenai hadits ini, bahwa beliau juga berkata, "Orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid." Dan telah menceritakan kepadaku Abdul Hamid bin Bayan Al Wasithi telah menceritakan kepada kami Khalid dari Suhail dengan sanad seperti ini, namun dalam haditsnya disebutkan; Suhail berkata; Ubaidullah bin Miqsam berkata, "Saya bersaksi atas saudara laki-lakimu bahwa dalam hadits ini dia menambahkan, "Barangsiapa meninggal karena tenggelam, maka ia syahid." [HR Muslim dan Ibnu Majah]
Penyakit yang tidak akan menyerang penduduk Madinah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلَائِكَةٌ لَا يَدْخُلُهَا الطَّاعُونُ وَلَا الدَّجَّالُ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada pintu gerbang kota Madinah ada para malaikat (yang menjaganya) sehingga wabah penyakit dan Al Masihud-Dajjal tidak akan dapat memasukinya".[HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Malik]
Perintah bersabar dan tetap berada di tempat tinggal di saat thoun menjalar
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَسْأَلُ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ مَاذَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الطَّاعُونِ فَقَالَ أُسَامَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ رِجْسٌ أُرْسِلَ عَلَى طَائِفَةٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَوْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ قَالَ أَبُو النَّضْرِ لَا يُخْرِجْكُمْ إِلَّا فِرَارًا مِنْهُ
Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya bahwa dia ('Amir) mendengar bapaknya bertanya kepada Usamah binZaid; "Apa yag pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah tha'un (wabah penyakit sampar, pes, lepra)?". Maka Usamah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tha'un adalah sejenis kotoran (siksa) yang dikirim kepada satu golongan dari Bani Isra'il atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya". Abu an-Nadlar berkata; "Janganlah kalian mengungsi darinya kecuali untuk menyelematkan diri". [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Malik]
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ
Dari 'Aisyah radliallahu 'anhu, berkata; "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah tha'un lalu beliau mengabarkan aku bahwa tha'un (penyakit sampar, pes, lepra) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun yang menderita tha'un lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentaqdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid" [HR Bukhori dan Ahmad]
Penyakit thoun
Penyakit thoun
Thoun adalah penyakit ganas, menular dan mematikan. Imam Nawawi memberi definisi terhadap penyakit ini dengan mengatakan : pembengkakan di badan yang menyebabkan suhu badan tinggi, kehitaman dan kehijauan serta kemerahan di kulit diiringi dengan detak jantung yang cepat yang akhirnya yang bersangkutan muntah-muntah.
Sementara Syaikh Mushthofa Albugho menambahkan bahwa pembengkakan terasa sakit terutama di ketiak.
Syaikh Utsaimin mengatakan bahwa penduduk negeri yang diserang penyakit ini dilarang untuk keluar dari tempat tinggalnya di sisi lain orang luar daerah dilarang memasukinya karena sifat penyakit yang bisa menular dengan cepat. Penyakit ini disamakan oleh beliau dengan kolera.
Thoun memiliki sejarah panjang yang menyerang umat islam sehingga tidak sedikit korban berjatuhan. Secara ringkas Syaikh Abu Hasan Almadaini menerangkan 5 periode perjalanan thoun :
1. Thoun syarwiyah (6H)
Terjadi di Madain dimana rosululloh shollallohu alaihi wasallam masih hidup.
2. Thoun anwas (18H)
Anwas adalah daerah yang ada di negeri Syam tepatnya antara Ramalah dan Baitul Maqdis. Ini terjadi semasa Umar bin Khothob menjabat sebagai kholifah. Korban berjumlah 2500, di antara mereka adalah Abu Ubaidah ibnu Jarroh, Muadz bin Jabal dan istrinya.
3. Thoun jarif (syawal 69H)
Penyakit ini hanya berlangsung 3 hari dimana setiap harinya tidak kurang 30 ribu orang tewas. Di antara mereka adalah Anas bin Malik dan 83 anak. Abdurrohman bin Abi Bakroh kehilangan 40 anak.
4. Thoun fatayat (87H)
Penyakit ini hanya menyerang para gadis sehingga dinamakan fatayat (gadis-gadis). Ini terjadi di Basroh, Wasith, Syam dan Kufah.
5. Thoun yang menyerang pada bulan romadlon dan mengendur di bulan syawal tahun 131H
Maroji’ :
Syarh shohih Muslim, Imam Nawawi 1/149
Syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/94
Nuzhatul muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/56
Thoun adalah penyakit ganas, menular dan mematikan. Imam Nawawi memberi definisi terhadap penyakit ini dengan mengatakan : pembengkakan di badan yang menyebabkan suhu badan tinggi, kehitaman dan kehijauan serta kemerahan di kulit diiringi dengan detak jantung yang cepat yang akhirnya yang bersangkutan muntah-muntah.
Sementara Syaikh Mushthofa Albugho menambahkan bahwa pembengkakan terasa sakit terutama di ketiak.
Syaikh Utsaimin mengatakan bahwa penduduk negeri yang diserang penyakit ini dilarang untuk keluar dari tempat tinggalnya di sisi lain orang luar daerah dilarang memasukinya karena sifat penyakit yang bisa menular dengan cepat. Penyakit ini disamakan oleh beliau dengan kolera.
Thoun memiliki sejarah panjang yang menyerang umat islam sehingga tidak sedikit korban berjatuhan. Secara ringkas Syaikh Abu Hasan Almadaini menerangkan 5 periode perjalanan thoun :
1. Thoun syarwiyah (6H)
Terjadi di Madain dimana rosululloh shollallohu alaihi wasallam masih hidup.
2. Thoun anwas (18H)
Anwas adalah daerah yang ada di negeri Syam tepatnya antara Ramalah dan Baitul Maqdis. Ini terjadi semasa Umar bin Khothob menjabat sebagai kholifah. Korban berjumlah 2500, di antara mereka adalah Abu Ubaidah ibnu Jarroh, Muadz bin Jabal dan istrinya.
3. Thoun jarif (syawal 69H)
Penyakit ini hanya berlangsung 3 hari dimana setiap harinya tidak kurang 30 ribu orang tewas. Di antara mereka adalah Anas bin Malik dan 83 anak. Abdurrohman bin Abi Bakroh kehilangan 40 anak.
4. Thoun fatayat (87H)
Penyakit ini hanya menyerang para gadis sehingga dinamakan fatayat (gadis-gadis). Ini terjadi di Basroh, Wasith, Syam dan Kufah.
5. Thoun yang menyerang pada bulan romadlon dan mengendur di bulan syawal tahun 131H
Maroji’ :
Syarh shohih Muslim, Imam Nawawi 1/149
Syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/94
Nuzhatul muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/56
Wanita lebih bahaya dari setan ?
Wanita lebih bahaya dari setan ?
Seolah judul di atas terlalu mengada-ada, memojokkan kaum wanita dan menjatuhkan martabatnya. Akan tetapi demikianlah Alloh memperbandingkan antara keduanya. Ketika Alloh berbicara tentang tipu daya setan Alloh berfirman :
إنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كاَنَ ضَعِيْفاً
Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah [annisa’ : 76]
Sementara ketika membicarakan tipu daya wanita, Alloh berkomentar :
إنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ
Sesungguhnya tipu daya kalian (kaum wanita) adalah besar [yusuf : 28]
Dua hadits di bawah ini semakin memperkuat aksioma di atas :
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ
Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita [HR Bukhori Muslim]
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Karena itu takutilah dunia dan takutilah wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani Isarail adalah wanita." [HR Muslim]
Akan tetapi bergembiralah wahai kaum wanita, semua gambaran di atas tidak akan terjadi manakala anda adalah Asiyah istri Firaun dalam ketabahan, Aisyah istri rosululloh shollallohu alaihi wasallam dalam kedalaman ilmu agama, Khodijah dalam kedermawanan, Maryam dalam menjaga kehormatan, Fatimah dalam keluhuran budi pekerti dan Hajar istri Ibrohim dalam kesetiaan kepada suami, kasih sayang kepada anak serta ketaatan kepada Alloh.
Seolah judul di atas terlalu mengada-ada, memojokkan kaum wanita dan menjatuhkan martabatnya. Akan tetapi demikianlah Alloh memperbandingkan antara keduanya. Ketika Alloh berbicara tentang tipu daya setan Alloh berfirman :
إنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كاَنَ ضَعِيْفاً
Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah [annisa’ : 76]
Sementara ketika membicarakan tipu daya wanita, Alloh berkomentar :
إنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ
Sesungguhnya tipu daya kalian (kaum wanita) adalah besar [yusuf : 28]
Dua hadits di bawah ini semakin memperkuat aksioma di atas :
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ
Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita [HR Bukhori Muslim]
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Karena itu takutilah dunia dan takutilah wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani Isarail adalah wanita." [HR Muslim]
Akan tetapi bergembiralah wahai kaum wanita, semua gambaran di atas tidak akan terjadi manakala anda adalah Asiyah istri Firaun dalam ketabahan, Aisyah istri rosululloh shollallohu alaihi wasallam dalam kedalaman ilmu agama, Khodijah dalam kedermawanan, Maryam dalam menjaga kehormatan, Fatimah dalam keluhuran budi pekerti dan Hajar istri Ibrohim dalam kesetiaan kepada suami, kasih sayang kepada anak serta ketaatan kepada Alloh.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bicara tentang kebutuhan primer
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bicara tentang kebutuhan primer
Pada pelajaran IPS ekonomi yang diajarkan di bangku SMP (semoga anda masih mengingatnya) disebutkan bahwa kebutuhan primer mencakup tiga hal yaitu : makan, sandang dan papan.
Jauh sebelum pelajaran ini ditemukan oleh ilmuwan, rupanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam telah menerangkannya kepada para sahabat, dalam hal ini diwakili oleh Utsman bin Affan rodliyallohu anhu :
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ لِابْنِ آدَمَ حَقٌّ فِي سِوَى هَذِهِ الْخِصَالِ بَيْتٌ يَسْكُنُهُ وَثَوْبٌ يُوَارِي عَوْرَتَهُ وَجِلْفُ الْخُبْزِ وَالْمَاءِ
Dari 'Utsman bin 'Affan, nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Anak Adam tidak memiliki hak selain dalam hal-hal berikut; rumah yang ia tinggali, pakaian yang menutupi auratnya, roti keras dan air." [HR Tirmidzi dan Ibnu Majah]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : hadits ini mendidik kita untuk merasa cukup (bersyukur) dengan kebutuhan primer di dunia berupa rumah sebagai tempat tinggal, pakaian yang mampu menutupi aurot dan makanan (air dan roti), meskipun kebutuhan sekunder tidak terpenuhi.
Subhaanalloh, rosululloh telah berbicara IPS ekonomi jauh sebelum ini diajarkan di sekolah.
Maroji’ : nuzhatul muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/362
Pada pelajaran IPS ekonomi yang diajarkan di bangku SMP (semoga anda masih mengingatnya) disebutkan bahwa kebutuhan primer mencakup tiga hal yaitu : makan, sandang dan papan.
Jauh sebelum pelajaran ini ditemukan oleh ilmuwan, rupanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam telah menerangkannya kepada para sahabat, dalam hal ini diwakili oleh Utsman bin Affan rodliyallohu anhu :
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ لِابْنِ آدَمَ حَقٌّ فِي سِوَى هَذِهِ الْخِصَالِ بَيْتٌ يَسْكُنُهُ وَثَوْبٌ يُوَارِي عَوْرَتَهُ وَجِلْفُ الْخُبْزِ وَالْمَاءِ
Dari 'Utsman bin 'Affan, nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Anak Adam tidak memiliki hak selain dalam hal-hal berikut; rumah yang ia tinggali, pakaian yang menutupi auratnya, roti keras dan air." [HR Tirmidzi dan Ibnu Majah]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : hadits ini mendidik kita untuk merasa cukup (bersyukur) dengan kebutuhan primer di dunia berupa rumah sebagai tempat tinggal, pakaian yang mampu menutupi aurot dan makanan (air dan roti), meskipun kebutuhan sekunder tidak terpenuhi.
Subhaanalloh, rosululloh telah berbicara IPS ekonomi jauh sebelum ini diajarkan di sekolah.
Maroji’ : nuzhatul muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/362
Air begitu krusial
Air begitu krusial
Pada perang badar, rosululloh shollallohu alaihi wasallam menempatkan pasukan di suatu tempat, oleh Khobab bin Mundzir dianalisa bahwa tempat itu kurang strategis. Tatkala ia mnusulkan agar pasukan dipidahkan ke dekat mata air maka usulan ini disetujui oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Akhirnya terbukti betapa pasukan kafir Quraisy mendapatkan kesulitan di saat tidak mendapatkan persediaan air yang cukup dan itu berbanding terbalik pada diri pasukan umat islam yang sedari awal sudah menguasai sumber mata air badar.
Demikianlah betapa urgennya air bagi umat islam sehingga pada perang tabuk di saat umat islam kehabisan stok air muncul usulan agar sebagian onta disembelih agar bisa mengambil air yang terdapat di kantong onta meskipun akhirnya usulan itu ditolak oleh Umar rodliyallohu anhu sehingga mu’jizat rosululloh shollallohu alaihi wasallamlah yang akhirnya menjadi solusi dimana beliau mampu mengalirkan air dari jemari beliau.
Dalam lintas sejarah perjalanan dakwah para nabi kita mendapatkan betapa mereka mendapatkan pertolongan Alloh dalam mengalahkan musuh-musuhnya lewat air.
Kaum nabi Nuh alaihissalam yang ditenggelamkan oleh Alloh dalam banjir besar dan Firaun yang mati ditelan laut merah adalah permisalan yang menunjukkan betapa pentingnya keberadaan air.
Dalam banyak hadits kita mendapatkan banyak orang yang masuk aljannah lewat air. Utsman bin Affan dan seorang pelacur dari kalangan bani Isroil sebagai contoh yang bisa kita jadikan pelajaran :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang sangat sehingga dia turun ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika dia keluar didapatkannya seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata: "Anjing ini sedang kehausan seperti yang aku alami tadi". Maka dia (turun kembali ke dalam sumur) dan diisinya sepatunya dengan air dan sambil menggigit sepatunya dengan mulutnya dia naik keatas lalu memberi anjing itu minum. Kemudian dia bersyukur kepada Allah maka Allah mengampuninya". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah kita akan dapat pahala dengan berbuat baik kepada hewan?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Terhadap setiap makhluq bernyawa diberi pahala". [HR Bukhori Muslim]
عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمَّ سَعْدٍ مَاتَتْ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ الْمَاءُ قَالَ فَحَفَرَ بِئْرًا وَقَالَ هَذِهِ لِأُمِّ سَعْدٍ
Dari Sa'd bin 'Ubadah, bahwa ia berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku yaitu Ummu Sa'd telah meninggal, maka sedekah apakah yang paling utama? Beliau bersabda: "Air." Orang tersebut mengatakan; kemudian Sa'd menggali sebuah sumur dan mengatakan; ini adalah untuk Ummu Sa'd. [HR Abu Daud]
عن جابر بن عبد الله رضى الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ مَن حَفَرَ مَاءً لَمْ يَشْرَبْ مِنْهُ كَبِدٌ حَرِّى مِنْ جِنٍّ وَلاَ إنْسٍ وَلاَ طَائِرٍ إلاَّ اجَرَ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ رواه إبن خزيمة
Dari Jabir bin Abdulloh rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa menggali sumur, tidaklah diminum oleh makhluq yang memiliki limpa yang baik dari kalangan jin, manusia dan burung kecuali Alloh haramkan baginya neraka [HR Ibnu Khuzaimah]
Tak lupa dalam kondisi sakit nabi shollallohu alaihi wasallam meminta agar disediakan air
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاشْتَدَّ بِهِ وَجَعُهُ اسْتَأْذَنَ أَزْوَاجَهُ فِي أَنْ يُمَرَّضَ فِي بَيْتِي فَأَذِنَّ لَهُ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ رَجُلَيْنِ تَخُطُّ رِجْلَاهُ فِي الْأَرْضِ بَيْنَ عَبَّاسٍ وَرَجُلٍ آخَرَ قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ فَأَخْبَرْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ أَتَدْرِي مَنْ الرَّجُلُ الْآخَرُ قُلْتُ لَا قَالَ هُوَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَكَانَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تُحَدِّثُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَعْدَمَا دَخَلَ بَيْتَهُ وَاشْتَدَّ وَجَعُهُ هَرِيقُوا عَلَيَّ مِنْ سَبْعِ قِرَبٍ لَمْ تُحْلَلْ أَوْكِيَتُهُنَّ لَعَلِّي أَعْهَدُ إِلَى النَّاسِ وَأُجْلِسَ فِي مِخْضَبٍ لِحَفْصَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ طَفِقْنَا نَصُبُّ عَلَيْهِ تِلْكَ حَتَّى طَفِقَ يُشِيرُ إِلَيْنَا أَنْ قَدْ فَعَلْتُنَّ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى النَّاسِ
Dari 'Aisyah berkata, "Tatkala sakit Nabi shallallahu 'alaihi wasallam semakin berat, beliau minta izin kepada isteri-isterinya agar beliau dirawat di rumahku, lalu mereka pun mengizinkannya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu keluar berjalan dengan dipapah oleh dua orang; 'Abbas dan seorang lagi." 'Ubaidullah berkata, "Aku lalu kabarkan hal itu kepada 'Abdullah bin 'Abbas, lalu dia berkata, "Tahukah kamu, siapakah lelaki yang lain itu?" Aku jawab, "Tidak". Dia lantas berkata, "Orang itu adalah 'Ali bin Abu Thalib? radliallahu 'anhu." 'Aisyah menceritakan bahwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sudah berada di rumahnya dan sakitnya makin berat, beliau mengatakan: "Siramkan air kepadaku dari tujuh geriba yang belun dilepas ikatannya, sehingga aku dapat memberi pesan kepada orang-orang." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam didudukkan untuk mandi dengan ember milik Hafshah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka kami segera menyiram beliau hingga beliau memberi isyarat sudah cukup. Setelah itu beliau keluar menemui orang-orang." [HR Bukhori]
Bagi yang merasa sulit untuk membangunkan orang tidur maka air bisa dijadikan solusi sebagaimana yang dicontohkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
عن أبى هريرة رضى الله عنه أنّ النّبيّ صلى الله عليه وسلم قَالَ رَحِمَ الله امْرَأً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأتَهُ فَإِنْ أبَتْ نَضَحَ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ الله امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أبَى نَضَحَتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ رواه أبوداود
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bahwasanya nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Alloh merahmati seorang lelaki yang bangun untuk sholat malam setelah selesai ia bangunkan istrinya. Bila enggan maka ia perciki wajahnya dengan air. Allohpun merahmati seorang istri yang bangun malam untuk sholat, setelah selesai ia bangunkan suaminya, bila enggan ia perciki wajahnya dengan air [HR Abu Daud]
Betapa kita tidak bisa dipisahkan dengan air hingga di saat kemarau panjang, sementara sumber mata air sudah mulai kekeringan, maka sholat istisqo’ adalah solusi terakhir bagi orang beriman
Walhasil, kalau ada iklan yang mengatakan dunia air tidak cocok bagi orang-orang tertentu, sungguh itu adalah sesesat-sesat perkataan
Pada perang badar, rosululloh shollallohu alaihi wasallam menempatkan pasukan di suatu tempat, oleh Khobab bin Mundzir dianalisa bahwa tempat itu kurang strategis. Tatkala ia mnusulkan agar pasukan dipidahkan ke dekat mata air maka usulan ini disetujui oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Akhirnya terbukti betapa pasukan kafir Quraisy mendapatkan kesulitan di saat tidak mendapatkan persediaan air yang cukup dan itu berbanding terbalik pada diri pasukan umat islam yang sedari awal sudah menguasai sumber mata air badar.
Demikianlah betapa urgennya air bagi umat islam sehingga pada perang tabuk di saat umat islam kehabisan stok air muncul usulan agar sebagian onta disembelih agar bisa mengambil air yang terdapat di kantong onta meskipun akhirnya usulan itu ditolak oleh Umar rodliyallohu anhu sehingga mu’jizat rosululloh shollallohu alaihi wasallamlah yang akhirnya menjadi solusi dimana beliau mampu mengalirkan air dari jemari beliau.
Dalam lintas sejarah perjalanan dakwah para nabi kita mendapatkan betapa mereka mendapatkan pertolongan Alloh dalam mengalahkan musuh-musuhnya lewat air.
Kaum nabi Nuh alaihissalam yang ditenggelamkan oleh Alloh dalam banjir besar dan Firaun yang mati ditelan laut merah adalah permisalan yang menunjukkan betapa pentingnya keberadaan air.
Dalam banyak hadits kita mendapatkan banyak orang yang masuk aljannah lewat air. Utsman bin Affan dan seorang pelacur dari kalangan bani Isroil sebagai contoh yang bisa kita jadikan pelajaran :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang sangat sehingga dia turun ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika dia keluar didapatkannya seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata: "Anjing ini sedang kehausan seperti yang aku alami tadi". Maka dia (turun kembali ke dalam sumur) dan diisinya sepatunya dengan air dan sambil menggigit sepatunya dengan mulutnya dia naik keatas lalu memberi anjing itu minum. Kemudian dia bersyukur kepada Allah maka Allah mengampuninya". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah kita akan dapat pahala dengan berbuat baik kepada hewan?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Terhadap setiap makhluq bernyawa diberi pahala". [HR Bukhori Muslim]
عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمَّ سَعْدٍ مَاتَتْ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ الْمَاءُ قَالَ فَحَفَرَ بِئْرًا وَقَالَ هَذِهِ لِأُمِّ سَعْدٍ
Dari Sa'd bin 'Ubadah, bahwa ia berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku yaitu Ummu Sa'd telah meninggal, maka sedekah apakah yang paling utama? Beliau bersabda: "Air." Orang tersebut mengatakan; kemudian Sa'd menggali sebuah sumur dan mengatakan; ini adalah untuk Ummu Sa'd. [HR Abu Daud]
عن جابر بن عبد الله رضى الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ مَن حَفَرَ مَاءً لَمْ يَشْرَبْ مِنْهُ كَبِدٌ حَرِّى مِنْ جِنٍّ وَلاَ إنْسٍ وَلاَ طَائِرٍ إلاَّ اجَرَ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ رواه إبن خزيمة
Dari Jabir bin Abdulloh rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa menggali sumur, tidaklah diminum oleh makhluq yang memiliki limpa yang baik dari kalangan jin, manusia dan burung kecuali Alloh haramkan baginya neraka [HR Ibnu Khuzaimah]
Tak lupa dalam kondisi sakit nabi shollallohu alaihi wasallam meminta agar disediakan air
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاشْتَدَّ بِهِ وَجَعُهُ اسْتَأْذَنَ أَزْوَاجَهُ فِي أَنْ يُمَرَّضَ فِي بَيْتِي فَأَذِنَّ لَهُ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ رَجُلَيْنِ تَخُطُّ رِجْلَاهُ فِي الْأَرْضِ بَيْنَ عَبَّاسٍ وَرَجُلٍ آخَرَ قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ فَأَخْبَرْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ أَتَدْرِي مَنْ الرَّجُلُ الْآخَرُ قُلْتُ لَا قَالَ هُوَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَكَانَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تُحَدِّثُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَعْدَمَا دَخَلَ بَيْتَهُ وَاشْتَدَّ وَجَعُهُ هَرِيقُوا عَلَيَّ مِنْ سَبْعِ قِرَبٍ لَمْ تُحْلَلْ أَوْكِيَتُهُنَّ لَعَلِّي أَعْهَدُ إِلَى النَّاسِ وَأُجْلِسَ فِي مِخْضَبٍ لِحَفْصَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ طَفِقْنَا نَصُبُّ عَلَيْهِ تِلْكَ حَتَّى طَفِقَ يُشِيرُ إِلَيْنَا أَنْ قَدْ فَعَلْتُنَّ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى النَّاسِ
Dari 'Aisyah berkata, "Tatkala sakit Nabi shallallahu 'alaihi wasallam semakin berat, beliau minta izin kepada isteri-isterinya agar beliau dirawat di rumahku, lalu mereka pun mengizinkannya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu keluar berjalan dengan dipapah oleh dua orang; 'Abbas dan seorang lagi." 'Ubaidullah berkata, "Aku lalu kabarkan hal itu kepada 'Abdullah bin 'Abbas, lalu dia berkata, "Tahukah kamu, siapakah lelaki yang lain itu?" Aku jawab, "Tidak". Dia lantas berkata, "Orang itu adalah 'Ali bin Abu Thalib? radliallahu 'anhu." 'Aisyah menceritakan bahwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sudah berada di rumahnya dan sakitnya makin berat, beliau mengatakan: "Siramkan air kepadaku dari tujuh geriba yang belun dilepas ikatannya, sehingga aku dapat memberi pesan kepada orang-orang." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam didudukkan untuk mandi dengan ember milik Hafshah, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka kami segera menyiram beliau hingga beliau memberi isyarat sudah cukup. Setelah itu beliau keluar menemui orang-orang." [HR Bukhori]
Bagi yang merasa sulit untuk membangunkan orang tidur maka air bisa dijadikan solusi sebagaimana yang dicontohkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
عن أبى هريرة رضى الله عنه أنّ النّبيّ صلى الله عليه وسلم قَالَ رَحِمَ الله امْرَأً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأتَهُ فَإِنْ أبَتْ نَضَحَ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ الله امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أبَى نَضَحَتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ رواه أبوداود
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bahwasanya nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Alloh merahmati seorang lelaki yang bangun untuk sholat malam setelah selesai ia bangunkan istrinya. Bila enggan maka ia perciki wajahnya dengan air. Allohpun merahmati seorang istri yang bangun malam untuk sholat, setelah selesai ia bangunkan suaminya, bila enggan ia perciki wajahnya dengan air [HR Abu Daud]
Betapa kita tidak bisa dipisahkan dengan air hingga di saat kemarau panjang, sementara sumber mata air sudah mulai kekeringan, maka sholat istisqo’ adalah solusi terakhir bagi orang beriman
Walhasil, kalau ada iklan yang mengatakan dunia air tidak cocok bagi orang-orang tertentu, sungguh itu adalah sesesat-sesat perkataan
Keluar Dari Masjid Ba’da Adzan
Keluar Dari Masjid Ba’da Adzan
Di saat rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyampaikan khutbah, tiba-tiba iring-iringan pedagang datang yang menyebabkan jamaah keluar berhamburan untuk menyambut para pedagang hingga tidak tersisa di dalam masjid kecuali 12 orang saja hingga menyebabkan Alloh menurunkan ayat :
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أوْ لَهْواً انْفَضُّوْا إلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَائِماً قُلْ ماَ عِنْدَ الله خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَالله خَيْرالرَّازِقِيْنَ
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki. [aljumuah : 11]
Keluar dari masjid setelah iqomat dikumandangkan ditinjau dari segi hukum terbagi menjadi dua :
1. Haram bila tidak ada udzur (alasan)
Hal ini bisa kita dapatkan kasus pada masa tabiin, sebagaimana yang dituturkan oleh Abu Sya’tsa’ :
كُنَّا قُعُوْدًا فِى الْمَسْجِدِ مَعَ أبى هريرة رضى الله عنه فَأَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمَسْجِدِ يَمْشِى فَأَتْبَعَهُ أبو هريرة رضى الله عنه بَصَرَهُ حَتَّى خَرَجَ مِنَ الْمَسْجِدِ فَقَالَ أبوهريرة أمَّا هذَا فَقَدْ عَصَى أبَا قَاسِم رواه مسلم
Kami duduk-duduk di masjid, terdengarlah kumandang adzan. Berdirilah seorang laki-laki di masjid itu lalu ia berjalan. Abu Huroiroh mengikuti dengan pandangannya ke arah mana lelaki itu pergi hingga akhirnya ia keluar masjid untuk pulang maka Abu Huroiroh berkata : orang itu telah berbuat maksiat kepada Abu Qosim yaitu rosululloh shollallohu alaihi wasallam [diriwayatkan oleh Muslim]
sebagaimana rosululloh shollallohu alaihi wasallam menvonis munafiq keluarnya seseorang tanpa udzur dari masjid :
لاَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ فِى مَسْجِدٍ ثُمَّ يَخْرُجُ مِنْهُ إلاَّ لِحَاجَةٍ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُ إلَيْهِ إلاَّ مُنَافِقٌ
Tidaklah seorang mendengar adzan lalu keluar dari masjid tanpa alas an kemudian tidak kembali lagi kecuali ia adalah munafiq [HR Thobroni]
2. Boleh bila ada udzur
Dalam hal ini, ibnu Hajar Al Atsqolani dalam fathul bari membuat judul hal yakhruju minal masjid li’illatin (bolehkah keluar dari masjid karena ada sebab)
Seperti yang terjadi pada diri rosululloh shollalohu alaihi wasallam
عَنْ أبِى هُرَيْرَةَ يَقُولُا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَقُمْنَا فَعَدَّلْنَا الصُّفُوفَ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا قَامَ فِي مُصَلَّاهُ قَبْلَ أَنْ يُكَبِّرَ ذَكَرَ فَانْصَرَفَ وَقَالَ لَنَا مَكَانَكُمْ فَلَمْ نَزَلْ قِيَامًا نَنْتَظِرُهُ حَتَّى خَرَجَ إِلَيْنَا وَقَدْ اغْتَسَلَ يَنْطُفُ رَأْسُهُ مَاءً فَكَبَّرَ فَصَلَّى بِنَا
Dari Abu Hurairah berkata; "Ketika iqamat dikumandangkan, maka kami berdiri dan kami luruskan shaff sebelum Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang, tidak lama kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang hingga beliau berdiri di tempat shalatnya sebelum bertakbir, beliau ingat sesuatu, lalu beliau pergi seraya berujar: "Tetaplah kalian berada di posisi kalian." Maka kami terus berdiri menunggu beliau hingga beliau muncul kembali, rupanya beliau mandi dan masih terlihat di kepalanya meneteskan air. Beliau pun bertakbir dan mengimami shalat. [HR Bukhori Muslim]
Yang membedakan antara kedua kelompok di atas adalah bahwa kelompok pertama keluar tanpa udzur dan tidak ada keinginan untuk kembali lagi, sementara kelompok kedua keluarnya dari masjid karena ada udzur dan ada keinginan untuk kembali lagi ke masjid untuk menunaikan sholat jamaah
Maroji’ : fathul bari, ibnu Hajar Al Atsqolani 2/151
Di saat rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyampaikan khutbah, tiba-tiba iring-iringan pedagang datang yang menyebabkan jamaah keluar berhamburan untuk menyambut para pedagang hingga tidak tersisa di dalam masjid kecuali 12 orang saja hingga menyebabkan Alloh menurunkan ayat :
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أوْ لَهْواً انْفَضُّوْا إلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَائِماً قُلْ ماَ عِنْدَ الله خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَالله خَيْرالرَّازِقِيْنَ
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki. [aljumuah : 11]
Keluar dari masjid setelah iqomat dikumandangkan ditinjau dari segi hukum terbagi menjadi dua :
1. Haram bila tidak ada udzur (alasan)
Hal ini bisa kita dapatkan kasus pada masa tabiin, sebagaimana yang dituturkan oleh Abu Sya’tsa’ :
كُنَّا قُعُوْدًا فِى الْمَسْجِدِ مَعَ أبى هريرة رضى الله عنه فَأَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمَسْجِدِ يَمْشِى فَأَتْبَعَهُ أبو هريرة رضى الله عنه بَصَرَهُ حَتَّى خَرَجَ مِنَ الْمَسْجِدِ فَقَالَ أبوهريرة أمَّا هذَا فَقَدْ عَصَى أبَا قَاسِم رواه مسلم
Kami duduk-duduk di masjid, terdengarlah kumandang adzan. Berdirilah seorang laki-laki di masjid itu lalu ia berjalan. Abu Huroiroh mengikuti dengan pandangannya ke arah mana lelaki itu pergi hingga akhirnya ia keluar masjid untuk pulang maka Abu Huroiroh berkata : orang itu telah berbuat maksiat kepada Abu Qosim yaitu rosululloh shollallohu alaihi wasallam [diriwayatkan oleh Muslim]
sebagaimana rosululloh shollallohu alaihi wasallam menvonis munafiq keluarnya seseorang tanpa udzur dari masjid :
لاَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ فِى مَسْجِدٍ ثُمَّ يَخْرُجُ مِنْهُ إلاَّ لِحَاجَةٍ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُ إلَيْهِ إلاَّ مُنَافِقٌ
Tidaklah seorang mendengar adzan lalu keluar dari masjid tanpa alas an kemudian tidak kembali lagi kecuali ia adalah munafiq [HR Thobroni]
2. Boleh bila ada udzur
Dalam hal ini, ibnu Hajar Al Atsqolani dalam fathul bari membuat judul hal yakhruju minal masjid li’illatin (bolehkah keluar dari masjid karena ada sebab)
Seperti yang terjadi pada diri rosululloh shollalohu alaihi wasallam
عَنْ أبِى هُرَيْرَةَ يَقُولُا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَقُمْنَا فَعَدَّلْنَا الصُّفُوفَ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا قَامَ فِي مُصَلَّاهُ قَبْلَ أَنْ يُكَبِّرَ ذَكَرَ فَانْصَرَفَ وَقَالَ لَنَا مَكَانَكُمْ فَلَمْ نَزَلْ قِيَامًا نَنْتَظِرُهُ حَتَّى خَرَجَ إِلَيْنَا وَقَدْ اغْتَسَلَ يَنْطُفُ رَأْسُهُ مَاءً فَكَبَّرَ فَصَلَّى بِنَا
Dari Abu Hurairah berkata; "Ketika iqamat dikumandangkan, maka kami berdiri dan kami luruskan shaff sebelum Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang, tidak lama kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang hingga beliau berdiri di tempat shalatnya sebelum bertakbir, beliau ingat sesuatu, lalu beliau pergi seraya berujar: "Tetaplah kalian berada di posisi kalian." Maka kami terus berdiri menunggu beliau hingga beliau muncul kembali, rupanya beliau mandi dan masih terlihat di kepalanya meneteskan air. Beliau pun bertakbir dan mengimami shalat. [HR Bukhori Muslim]
Yang membedakan antara kedua kelompok di atas adalah bahwa kelompok pertama keluar tanpa udzur dan tidak ada keinginan untuk kembali lagi, sementara kelompok kedua keluarnya dari masjid karena ada udzur dan ada keinginan untuk kembali lagi ke masjid untuk menunaikan sholat jamaah
Maroji’ : fathul bari, ibnu Hajar Al Atsqolani 2/151
Lupanya ahluljannah dan ahlunnar
Lupanya ahluljannah dan ahlunnar
Orang kafir yang kaya raya, dikelilingi wanita cantik, rumah megah bak istana, mobil mewah siap mengantar ke manapun ia pergi dengan pengawalan yang ketat, makan serba lezat …. Begitu detik pertama ia masuk neraka semua kenikmatan sirna tanpa bekas seolah belum pernah sekalipun ia rasakan.
Sementara seorang muslim, malam-malamnya dilewati dengan tahajud dan munajat, siang hari ia lalui dengan perut lapar karena melaksanakan shoum sunnahnya, hidupnya dipenuhi dengan ujian bahkan matinya di tangan orang kafir setelah sebelumnya ia meringkuk di sel tahanan dengan beragam siksaan. Manakala detik pertama ia masuk aljannah semua penderitaan selama di dunia seolah belum pernah ia rasakan.
Inilah dua peristiwa yang pasti terjadi pada hari kiamat sebagaimana yang dituturkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Orang termewah sedunia yang termasuk penghuni neraka didatangkan pada hari kiamat lalu dicelupkan sekali ke neraka, setelah itu dikatakan padanya: 'Wahai anak cucu Adam, apa kau pernah melihat kebaikan sedikit pun, apa kau pernah merasakan kenikmatan sedikit pun? ' ia menjawab: 'Tidak, demi Allah, wahai Rabb.' Kemudian orang paling sengsara didunia yang termasuk penghuni surga didatangkan kemudian ditempatkan di surga sebentar, setelah itu dikatakan padanya: 'Hai anak cucu Adam, apa kau pernah melihat kesengsaraan sedikit pun, apa kau pernah merasa sengsara sedikit pun? ' ia menjawab: 'Tidak, demi Allah, wahai Rabb, aku tidak pernah merasa sengsara sedikit pun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan pun'." [HR Muslim]
Demikianlah manusia, betapa banyaknya mereka yang berpikiran pendek dan alangkah sedikitnya yang berpikiran jauh ke depan
كَلاَّ بَلْ تُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَتَذَرُوْنَ الأخِرَةَ
20. Sekali-kali janganlah demikian. sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
21. Dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. [alqiyamah : 20-21]
Orang kafir yang kaya raya, dikelilingi wanita cantik, rumah megah bak istana, mobil mewah siap mengantar ke manapun ia pergi dengan pengawalan yang ketat, makan serba lezat …. Begitu detik pertama ia masuk neraka semua kenikmatan sirna tanpa bekas seolah belum pernah sekalipun ia rasakan.
Sementara seorang muslim, malam-malamnya dilewati dengan tahajud dan munajat, siang hari ia lalui dengan perut lapar karena melaksanakan shoum sunnahnya, hidupnya dipenuhi dengan ujian bahkan matinya di tangan orang kafir setelah sebelumnya ia meringkuk di sel tahanan dengan beragam siksaan. Manakala detik pertama ia masuk aljannah semua penderitaan selama di dunia seolah belum pernah ia rasakan.
Inilah dua peristiwa yang pasti terjadi pada hari kiamat sebagaimana yang dituturkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Orang termewah sedunia yang termasuk penghuni neraka didatangkan pada hari kiamat lalu dicelupkan sekali ke neraka, setelah itu dikatakan padanya: 'Wahai anak cucu Adam, apa kau pernah melihat kebaikan sedikit pun, apa kau pernah merasakan kenikmatan sedikit pun? ' ia menjawab: 'Tidak, demi Allah, wahai Rabb.' Kemudian orang paling sengsara didunia yang termasuk penghuni surga didatangkan kemudian ditempatkan di surga sebentar, setelah itu dikatakan padanya: 'Hai anak cucu Adam, apa kau pernah melihat kesengsaraan sedikit pun, apa kau pernah merasa sengsara sedikit pun? ' ia menjawab: 'Tidak, demi Allah, wahai Rabb, aku tidak pernah merasa sengsara sedikit pun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan pun'." [HR Muslim]
Demikianlah manusia, betapa banyaknya mereka yang berpikiran pendek dan alangkah sedikitnya yang berpikiran jauh ke depan
كَلاَّ بَلْ تُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَتَذَرُوْنَ الأخِرَةَ
20. Sekali-kali janganlah demikian. sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
21. Dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. [alqiyamah : 20-21]
Sinyal kematian nabi shollallohu alaihi wasallam
Sinyal kematian nabi shollallohu alaihi wasallam
Sebagian sahabat meyakini bahwa rosululloh shollallohu nalaihi wasallam tidak akan mati, di antara mereka adalah Umar bin Khothob rodliyaaallllohu anhu.
Tatkala Umar mendengar kematian rosululloh shollallohu alaihi wasallam, dengan penuh kemarahan ia berkata : nabi tidak mati melainkan beliau pergi kepada robnya sebagaimana Musa alaihissalam pergi kepada robnya di saat ia menghilang dari kaumnya selama empat puluh hari lalu akhirnya ia kembali kepada kaumnya setelah dikira sebelumnya bahwa ia telah mati. Sungguh akan aku potong kaki dan tangan orang yang berani mengatakan bahwa nabi telah mati !
Melihat ketegangan Umar, Abu Bakar memintanya agar ia duduk, tetapi Umar enggan. Abu Bakar mengucapkan tasyahud dan berkata : barangsiapa menyembah Muhammad maka sungguh Muhammad telah wafat, barangsiapa di antara kalian beribadah kepada Alloh maka sesungguhnya Alloh adalah Maha Hidup dan tidak akan mati. Lalu Abu Bakar membaca firman Alloh :
وَماَ مُحَمَّدٌ إلاَّ رَسُوْلٌ قَدْخَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أفَإِنْ مَّاتَ أوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى فَلَنْ يَضُرَّ الله شَيْأً وَسَيَجْزِى الله الشَّاكِرِيْنَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [ali imron :144]
Di bawah ini adalah beberapa riwayat tentang sinyal-sinyal bahwa kematian pasti menimpa rosululloh shollallohu alaihi wasallam dimana sebagian sahabat ada yang mampu menangkapnya dan sebagian besar tidak melihat itu sebagai pertanda kematian akan menimpa rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّاسَ وَقَالَ إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ ذَلِكَ الْعَبْدُ مَا عِنْدَ اللَّهِ قَالَ فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ فَعَجِبْنَا لِبُكَائِهِ أَنْ يُخْبِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَبْدٍ خُيِّرَ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الْمُخَيَّرَ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكْرٍ وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا غَيْرَ رَبِّي لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ وَمَوَدَّتُهُ لَا يَبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ إِلَّا بَابَ أَبِي بَكْرٍ
Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khathbah di hadapan manusia lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberi pilihan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah". (Abu Sa'id) berkata; "Tiba-tiba Abu Bakr menangis yang membuat kami heran dengan tangisannya hanya karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan ada seorang hamba yang diminta untuk memilih. Ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah yang dimaksud dengan hamba tersebut. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling memahami isyarat itu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Dan seandainya aku boleh mengambil puncak kekasih selain Rabbku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Sungguh tidak ada satupun pintu di dalam masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintu Abu Bakar". [HR Bukhori Muslim]
عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرًا يَقُولُا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْمِي عَلَى رَاحِلَتِهِ يَوْمَ النَّحْرِ وَيَقُولُ لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّي لَا أَدْرِي لَعَلِّي لَا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِي هَذِهِ
Dari Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir berkata; "Aku pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melempar Jamrah dari atas kendaraan beliau pada hari Nahr (penyembelihan hewan kurban). Beliau bersabda: "Lakukanlah haji kalian, sebab aku tidak tahu, barangkali aku tidak berhaji lagi sesudah hajiku ini." [HR Muslim]
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ شَهِدَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عَرَفَةَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي وَاللَّهِ لَا أَدْرِي لَعَلِّي لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ يَوْمِي هَذَا بِمَكَانِي هَذَا فَرَحِمَ اللَّهُ مَنْ سَمِعَ مَقَالَتِي الْيَوْمَ فَوَعَاهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ وَلَا فِقْهَ لَهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ أَمْوَالَكُمْ وَدِمَاءَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ هَذَا الْيَوْمِ فِي هَذَا الشَّهْرِ فِي هَذَا الْبَلَدِ وَاعْلَمُوا أَنَّ الْقُلُوبَ لَا تُغِلُّ عَلَى ثَلَاثٍ إِخْلَاصِ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةِ أُولِي الْأَمْرِ وَعَلَى لُزُومِ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ فَإِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth'im dari ayahnya Bahwasanya ia menghadiri hutbah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada hari Arafah ketika haji wada', beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, demi Allah, aku tidak tahu mungkin aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah hari ini, dan di tempat ini, Allah akan merahmati orang yang mendengarkan perkataanku serta mau menjaganya, mungkin saja ada seorang yang membawa ilmu fikih tetapi ia tidak punya pemahaman, dan mungkin saja ada orang yang menyampaikan ilmu fikih kepada orang yang lebih memahaminya. Ketauhilah bahwa harta-harta, dan darah-darah kalian terjaga kehormatannya atas kalian, sebagaimana kehormatan hari, bulan dan tanah ini. Dan ketahuilah, bahwa hati seorang muslim tidak akan dengki dengan tiga hal: ikhlas dalam beramal hanya untuk Allah, saling memberi nasehat dengan para pemimpin, dan senantiasa berada dalam barisan orang-orang muslim. Karena doa mereka akan menjaga dari belakang kalian". [HR Addarimi]
قاَلَ يَزِيدُ بْنُ حَيَّانَ قَالَ انْطَلَقْتُ أَنَا وَحُصَيْنُ بْنُ سَبْرَةَ وَعُمَرُ بْنُ مُسْلِمٍ إِلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ فَلَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْنٌ لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَمِعْتَ حَدِيثَهُ وَغَزَوْتَ مَعَهُ وَصَلَّيْتَ خَلْفَهُ لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا حَدِّثْنَا يَا زَيْدُ مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي وَاللَّهِ لَقَدْ كَبِرَتْ سِنِّي وَقَدُمَ عَهْدِي وَنَسِيتُ بَعْضَ الَّذِي كُنْتُ أَعِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا حَدَّثْتُكُمْ فَاقْبَلُوا وَمَا لَا فَلَا تُكَلِّفُونِيهِ ثُمَّ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فِينَا خَطِيبًا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ قَالَ وَمَنْ هُمْ قَالَ هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ قَالَ كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ نَعَمْ
Berkata Yazid bin Hayyan; "Pada suatu hari saya pergi ke Zaid bin Arqam bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam. Hai Zaid, kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kamu pernah melihat Rasulullah. Kamu pernah mendengar sabda beliau. Kamu pernah bertempur menyertai beliau. Dan kamu pun pernah shalat jama'ah bersama beliau. Sungguh kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. OIeh karena itu hai Zaid. sampaikanlah kepada kami apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam! Zaid bin Arqam berkata; Hai kemenakanku, demi Allah sesungguhnya aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Oleh karena itu, apa yang bisa aku sampaikan, maka terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan. maka janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya." Kemudian Zaid bin Arqam meneruskan perkataannya. Pada suatu ketika, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri dan berpidato di suatu tempat air yang di sebut Khumm, yang terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan serta berkata; Ketahuilah hai saudara-saudara, bahwasanya aku adalah manusia biasa seperti kalian. Sebentar lagi utusan Tuhanku, malaikat pencabut nyawa, akan datang kepadaku dan aku pun siap menyambutnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dua hal yang berat kepada kalian, yaitu: Pertama, Al-Qur 'an yang berisi petunjuk dan cahaya. Oleh karena itu, laksanakanlah isi Al Qur'an dan peganglah. Sepertinya Rasulullah sangat mendorong dan menghimbau pengamalan Al Qur'an. Kedua, keluargaku. Aku ingatkan kepada kalian semua agar berpedoman kepada hukum Allah dalam memperlakukan keluargaku." (Beliau ucapkan sebanyak tiga kali). Husain bertanya kepada Zaid bin Arqarn; "Hai Zaid, sebenarnya siapakah ahlul bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah istri-istri beliau itu adalah ahlul bait (keluarga) nya?" Zaid bin Arqam berkata; "Istri-istri beliau adalah ahlul baitnya. tapi ahlul bait beliau yang dimaksud adalah orang yang diharamkan untuk menerima zakat sepeninggalan beliau." Husain bertanya; "Siapakah mereka itu?" Zaid bin Arqam menjawab; "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil. keluarga Ja'far, dan keluarga Abbas." Husain bertanya; "Apakah mereka semua diharamkan untuk menerima zakat?" Zaid bin Arqam menjawab."Ya." [HR Muslim]
عَنْ مَسْرُوقٍ حَدَّثَتْنِي عَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِيِنَ قَالَتْ إِنَّا كُنَّا أَزْوَاجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهُ جَمِيعًا لَمْ تُغَادَرْ مِنَّا وَاحِدَةٌ فَأَقْبَلَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام تَمْشِي لَا وَاللَّهِ مَا تَخْفَى مِشْيَتُهَا مِنْ مِشْيَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَآهَا رَحَّبَ قَالَ مَرْحَبًا بِابْنَتِي ثُمَّ أَجْلَسَهَا عَنْ يَمِينِهِ أَوْ عَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ سَارَّهَا فَبَكَتْ بُكَاءً شَدِيدًا فَلَمَّا رَأَى حُزْنَهَا سَارَّهَا الثَّانِيَةَ فَإِذَا هِيَ تَضْحَكُ فَقُلْتُ لَهَا أَنَا مِنْ بَيْنِ نِسَائِهِ خَصَّكِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالسِّرِّ مِنْ بَيْنِنَا ثُمَّ أَنْتِ تَبْكِينَ فَلَمَّا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلْتُهَا عَمَّا سَارَّكِ قَالَتْ مَا كُنْتُ لِأُفْشِيَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِرَّهُ فَلَمَّا تُوُفِّيَ قُلْتُ لَهَا عَزَمْتُ عَلَيْكِ بِمَا لِي عَلَيْكِ مِنْ الْحَقِّ لَمَّا أَخْبَرْتِنِي قَالَتْ أَمَّا الْآنَ فَنَعَمْ فَأَخْبَرَتْنِي قَالَتْ أَمَّا حِينَ سَارَّنِي فِي الْأَمْرِ الْأَوَّلِ فَإِنَّهُ أَخْبَرَنِي أَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يُعَارِضُهُ بِالْقُرْآنِ كُلَّ سَنَةٍ مَرَّةً وَإِنَّهُ قَدْ عَارَضَنِي بِهِ الْعَامَ مَرَّتَيْنِ وَلَا أَرَى الْأَجَلَ إِلَّا قَدْ اقْتَرَبَ فَاتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي فَإِنِّي نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ قَالَتْ فَبَكَيْتُ بُكَائِي الَّذِي رَأَيْتِ فَلَمَّا رَأَى جَزَعِي سَارَّنِي الثَّانِيَةَ قَالَ يَا فَاطِمَةُ أَلَا تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُونِي سَيِّدَةَ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ أَوْ سَيِّدَةَ نِسَاءِ هَذِهِ الْأُمَّةِ
Dari Masruq telah menceritakan kepadaku Ummul Mukminin Aisyah dia berkata; 'Suatu ketika kami para istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang berkumpul dan berada di sisi beliau, dan tidak ada seorang pun yang tidak hadir saat itu. Lalu datanglah Fatimah 'alaihi salam dengan berjalan kaki. Demi Allah, cara berjalannya persis dengan cara jalannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika melihatnya, beliau menyambutnya dengan mengucapkan: "Selamat datang hai puteriku!" Setelah itu beliau mempersilahkannya untuk duduk di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Lalu beliau bisikkan sesuatu kepadanya hingga ia (Fatimah) menangis tersedu-sedu. Ketika melihat kesedihan Fatimah, beliau sekali lagi membisikkan sesuatu kepadanya hingga ia tersenyum gembira. Lalu saya (Aisyah) bertanya kepadanya ketika aku masih berada di sekitar isteri-isteri beliau-; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan keistimewaan kepadamu dengan membisikkan suatu rahasia di hadapan para istri beliau hingga kamu menangis sedih.' -Setelah Rasulullah berdiri dan berlalu dari tempat itu-, saya pun bertanya kepada Fatimah 'Sebenarnya apa yang dibisikkan Rasulullah kepadamu? ' Fatimah menjawab; 'Sungguh saya tidak ingin menyebarkan rahasia yang telah dibisikkan Rasulullah kepada saya.' 'Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, saya bertanya kepadanya; 'Saya hanya ingin menanyakan kepadamu tentang apa yang telah dibisikkan Rasulullah kepadamu yang dulu kamu tidak mau menjelaskannya kepadaku.' Fatimah menjawab; 'Sekarang, saya akan memberitahukan. Lalu Fatimah memberitahukan kepadaku, katanya; 'Dulu, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membisikkan sesuatu kepadaku, untuk yang pertama kali, beliau memberitahukan bahwa Jibril biasanya bertadarus Al Qur'an satu atau dua kali dalam setiap tahun dan kini beliau bertadarus kepadanya sebanyak dua kali, maka aku tahu bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik pendahulumu adalah aku.' Fatimah berkata; 'Mendengar bisikan itu, maka saya pun menangis, seperti yang kamu lihat dulu. Ketika beliau melihat kesedihanku, maka beliau pun membisikkan yang kedua kalinya kepadaku, sabdanya: 'Hai Fatimah, tidak maukah kamu menjadi pemimpin para istri orang-orang mukmin atau menjadi sebaik-baik wanita umat ini? ' [muttafaq alaih]
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ فَكَأَنَّ بَعْضَهُمْ وَجَدَ فِي نَفْسِهِ فَقَالَ لِمَ تُدْخِلُ هَذَا مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّهُ مَنْ قَدْ عَلِمْتُمْ فَدَعَاهُ ذَاتَ يَوْمٍ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُمْ فَمَا رُئِيتُ أَنَّهُ دَعَانِي يَوْمَئِذٍ إِلَّا لِيُرِيَهُمْ قَالَ مَا تَقُولُونَ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ فَقَالَ بَعْضُهُمْ أُمِرْنَا أَنْ نَحْمَدَ اللَّهَ وَنَسْتَغْفِرَهُ إِذَا نُصِرْنَا وَفُتِحَ عَلَيْنَا وَسَكَتَ بَعْضُهُمْ فَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ لِي أَكَذَاكَ تَقُولُ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ فَقُلْتُ لَا قَالَ فَمَا تَقُولُ قُلْتُ هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ لَهُ قَالَ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَذَلِكَ عَلَامَةُ أَجَلِكَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ
إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا فَقَالَ عُمَرُ مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَقُولُ
Dari Ibnu Abbas ia berkata; Suatu ketika Umar mengajakku masuk berkumpul bersama para syaikh pemuka-pemuka Badar, dan sepertinya, sebagian dari mereka memendam sesuatu pada dirinya. Maka salah seorang dari mereka pun bertanya, "Kenapa Anda mengikutsertakan anak ini bersama kami, padahal kami juga memiliki anak-anak yang sebaya dengannya?" Maka Umar pun berkata, "Sesungguhnya anak itu mempunyai kecerdasan tersendiri seperti yang telah kalian kenal." Kemudian pada suatu hari, Umar memangilnya dan mengingutsertakannya bersama mereka. Ibnu Abbas berkata; Aku tahu, bahwa tidak ada maksud lain Umar memanggilku, kecuali untuk memperlihatkan aku pada mereka. Umar berkata, "Bagaimanakah pendapat kalian berkenaan dengan ayat ini: 'IDZAA JAA`A NASHRULLAHI WAL FATH.'" Maka sebagian dari mereka berkata, "Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan meminta maghfirah-Nya, yakni ketika kita diberi pertolongan dan kekuatan untuk menaklukkan suatu negeri." Lalu sebagian yang lain diam tak berkata sepatah kata pun. Setelah itu, Umar bertanya padaku, "Apakah seperti itu juga pendapatmu wahai Ibnu Abbas?" Aku menjawab, "Tidak." Umar bertanya lagi, "Lalu bagaimanakah pendapatmu?" Aku menjawab, "Hal itu terkait dengan ajal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Allah telah memberitahukan padanya. Firman Allah: 'IDZAA JAA`A NASHRULLAHI WAL FATH.' Itu adalah alamat akan ajalmu. 'FASABBIH BIHAMDI RABBIKA WAS TAGHFIRHU INNAHU KAANA TAWWAABAA (Karena itu, sucikanlah Rabbu dengan memuji-Nya. Dan mintalah ampunan dari-Nya, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat).'" Umar berkata, "Tidak ada jawaban yang lebih tepat, kecuali apa yang telah kamu katakan." [HR Bukhori]
Maroji’ : arrohiq almakhthum, Syaikh Shoifurrohman Almubarokfukhri 548-549
Sebagian sahabat meyakini bahwa rosululloh shollallohu nalaihi wasallam tidak akan mati, di antara mereka adalah Umar bin Khothob rodliyaaallllohu anhu.
Tatkala Umar mendengar kematian rosululloh shollallohu alaihi wasallam, dengan penuh kemarahan ia berkata : nabi tidak mati melainkan beliau pergi kepada robnya sebagaimana Musa alaihissalam pergi kepada robnya di saat ia menghilang dari kaumnya selama empat puluh hari lalu akhirnya ia kembali kepada kaumnya setelah dikira sebelumnya bahwa ia telah mati. Sungguh akan aku potong kaki dan tangan orang yang berani mengatakan bahwa nabi telah mati !
Melihat ketegangan Umar, Abu Bakar memintanya agar ia duduk, tetapi Umar enggan. Abu Bakar mengucapkan tasyahud dan berkata : barangsiapa menyembah Muhammad maka sungguh Muhammad telah wafat, barangsiapa di antara kalian beribadah kepada Alloh maka sesungguhnya Alloh adalah Maha Hidup dan tidak akan mati. Lalu Abu Bakar membaca firman Alloh :
وَماَ مُحَمَّدٌ إلاَّ رَسُوْلٌ قَدْخَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أفَإِنْ مَّاتَ أوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى فَلَنْ يَضُرَّ الله شَيْأً وَسَيَجْزِى الله الشَّاكِرِيْنَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [ali imron :144]
Di bawah ini adalah beberapa riwayat tentang sinyal-sinyal bahwa kematian pasti menimpa rosululloh shollallohu alaihi wasallam dimana sebagian sahabat ada yang mampu menangkapnya dan sebagian besar tidak melihat itu sebagai pertanda kematian akan menimpa rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّاسَ وَقَالَ إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ ذَلِكَ الْعَبْدُ مَا عِنْدَ اللَّهِ قَالَ فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ فَعَجِبْنَا لِبُكَائِهِ أَنْ يُخْبِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَبْدٍ خُيِّرَ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الْمُخَيَّرَ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكْرٍ وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا غَيْرَ رَبِّي لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ وَمَوَدَّتُهُ لَا يَبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ إِلَّا بَابَ أَبِي بَكْرٍ
Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khathbah di hadapan manusia lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberi pilihan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah". (Abu Sa'id) berkata; "Tiba-tiba Abu Bakr menangis yang membuat kami heran dengan tangisannya hanya karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan ada seorang hamba yang diminta untuk memilih. Ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah yang dimaksud dengan hamba tersebut. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling memahami isyarat itu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Dan seandainya aku boleh mengambil puncak kekasih selain Rabbku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Sungguh tidak ada satupun pintu di dalam masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintu Abu Bakar". [HR Bukhori Muslim]
عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرًا يَقُولُا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْمِي عَلَى رَاحِلَتِهِ يَوْمَ النَّحْرِ وَيَقُولُ لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّي لَا أَدْرِي لَعَلِّي لَا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِي هَذِهِ
Dari Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir berkata; "Aku pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melempar Jamrah dari atas kendaraan beliau pada hari Nahr (penyembelihan hewan kurban). Beliau bersabda: "Lakukanlah haji kalian, sebab aku tidak tahu, barangkali aku tidak berhaji lagi sesudah hajiku ini." [HR Muslim]
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ شَهِدَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عَرَفَةَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي وَاللَّهِ لَا أَدْرِي لَعَلِّي لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ يَوْمِي هَذَا بِمَكَانِي هَذَا فَرَحِمَ اللَّهُ مَنْ سَمِعَ مَقَالَتِي الْيَوْمَ فَوَعَاهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ وَلَا فِقْهَ لَهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ أَمْوَالَكُمْ وَدِمَاءَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ هَذَا الْيَوْمِ فِي هَذَا الشَّهْرِ فِي هَذَا الْبَلَدِ وَاعْلَمُوا أَنَّ الْقُلُوبَ لَا تُغِلُّ عَلَى ثَلَاثٍ إِخْلَاصِ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةِ أُولِي الْأَمْرِ وَعَلَى لُزُومِ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ فَإِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth'im dari ayahnya Bahwasanya ia menghadiri hutbah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada hari Arafah ketika haji wada', beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, demi Allah, aku tidak tahu mungkin aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah hari ini, dan di tempat ini, Allah akan merahmati orang yang mendengarkan perkataanku serta mau menjaganya, mungkin saja ada seorang yang membawa ilmu fikih tetapi ia tidak punya pemahaman, dan mungkin saja ada orang yang menyampaikan ilmu fikih kepada orang yang lebih memahaminya. Ketauhilah bahwa harta-harta, dan darah-darah kalian terjaga kehormatannya atas kalian, sebagaimana kehormatan hari, bulan dan tanah ini. Dan ketahuilah, bahwa hati seorang muslim tidak akan dengki dengan tiga hal: ikhlas dalam beramal hanya untuk Allah, saling memberi nasehat dengan para pemimpin, dan senantiasa berada dalam barisan orang-orang muslim. Karena doa mereka akan menjaga dari belakang kalian". [HR Addarimi]
قاَلَ يَزِيدُ بْنُ حَيَّانَ قَالَ انْطَلَقْتُ أَنَا وَحُصَيْنُ بْنُ سَبْرَةَ وَعُمَرُ بْنُ مُسْلِمٍ إِلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ فَلَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْنٌ لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَمِعْتَ حَدِيثَهُ وَغَزَوْتَ مَعَهُ وَصَلَّيْتَ خَلْفَهُ لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا حَدِّثْنَا يَا زَيْدُ مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي وَاللَّهِ لَقَدْ كَبِرَتْ سِنِّي وَقَدُمَ عَهْدِي وَنَسِيتُ بَعْضَ الَّذِي كُنْتُ أَعِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا حَدَّثْتُكُمْ فَاقْبَلُوا وَمَا لَا فَلَا تُكَلِّفُونِيهِ ثُمَّ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فِينَا خَطِيبًا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ قَالَ وَمَنْ هُمْ قَالَ هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ قَالَ كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ نَعَمْ
Berkata Yazid bin Hayyan; "Pada suatu hari saya pergi ke Zaid bin Arqam bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam. Hai Zaid, kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kamu pernah melihat Rasulullah. Kamu pernah mendengar sabda beliau. Kamu pernah bertempur menyertai beliau. Dan kamu pun pernah shalat jama'ah bersama beliau. Sungguh kamu telah memperoleh kebaikan yang banyak. OIeh karena itu hai Zaid. sampaikanlah kepada kami apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam! Zaid bin Arqam berkata; Hai kemenakanku, demi Allah sesungguhnya aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Oleh karena itu, apa yang bisa aku sampaikan, maka terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan. maka janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya." Kemudian Zaid bin Arqam meneruskan perkataannya. Pada suatu ketika, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri dan berpidato di suatu tempat air yang di sebut Khumm, yang terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan serta berkata; Ketahuilah hai saudara-saudara, bahwasanya aku adalah manusia biasa seperti kalian. Sebentar lagi utusan Tuhanku, malaikat pencabut nyawa, akan datang kepadaku dan aku pun siap menyambutnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dua hal yang berat kepada kalian, yaitu: Pertama, Al-Qur 'an yang berisi petunjuk dan cahaya. Oleh karena itu, laksanakanlah isi Al Qur'an dan peganglah. Sepertinya Rasulullah sangat mendorong dan menghimbau pengamalan Al Qur'an. Kedua, keluargaku. Aku ingatkan kepada kalian semua agar berpedoman kepada hukum Allah dalam memperlakukan keluargaku." (Beliau ucapkan sebanyak tiga kali). Husain bertanya kepada Zaid bin Arqarn; "Hai Zaid, sebenarnya siapakah ahlul bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah istri-istri beliau itu adalah ahlul bait (keluarga) nya?" Zaid bin Arqam berkata; "Istri-istri beliau adalah ahlul baitnya. tapi ahlul bait beliau yang dimaksud adalah orang yang diharamkan untuk menerima zakat sepeninggalan beliau." Husain bertanya; "Siapakah mereka itu?" Zaid bin Arqam menjawab; "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil. keluarga Ja'far, dan keluarga Abbas." Husain bertanya; "Apakah mereka semua diharamkan untuk menerima zakat?" Zaid bin Arqam menjawab."Ya." [HR Muslim]
عَنْ مَسْرُوقٍ حَدَّثَتْنِي عَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِيِنَ قَالَتْ إِنَّا كُنَّا أَزْوَاجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهُ جَمِيعًا لَمْ تُغَادَرْ مِنَّا وَاحِدَةٌ فَأَقْبَلَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام تَمْشِي لَا وَاللَّهِ مَا تَخْفَى مِشْيَتُهَا مِنْ مِشْيَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَآهَا رَحَّبَ قَالَ مَرْحَبًا بِابْنَتِي ثُمَّ أَجْلَسَهَا عَنْ يَمِينِهِ أَوْ عَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ سَارَّهَا فَبَكَتْ بُكَاءً شَدِيدًا فَلَمَّا رَأَى حُزْنَهَا سَارَّهَا الثَّانِيَةَ فَإِذَا هِيَ تَضْحَكُ فَقُلْتُ لَهَا أَنَا مِنْ بَيْنِ نِسَائِهِ خَصَّكِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالسِّرِّ مِنْ بَيْنِنَا ثُمَّ أَنْتِ تَبْكِينَ فَلَمَّا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلْتُهَا عَمَّا سَارَّكِ قَالَتْ مَا كُنْتُ لِأُفْشِيَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِرَّهُ فَلَمَّا تُوُفِّيَ قُلْتُ لَهَا عَزَمْتُ عَلَيْكِ بِمَا لِي عَلَيْكِ مِنْ الْحَقِّ لَمَّا أَخْبَرْتِنِي قَالَتْ أَمَّا الْآنَ فَنَعَمْ فَأَخْبَرَتْنِي قَالَتْ أَمَّا حِينَ سَارَّنِي فِي الْأَمْرِ الْأَوَّلِ فَإِنَّهُ أَخْبَرَنِي أَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يُعَارِضُهُ بِالْقُرْآنِ كُلَّ سَنَةٍ مَرَّةً وَإِنَّهُ قَدْ عَارَضَنِي بِهِ الْعَامَ مَرَّتَيْنِ وَلَا أَرَى الْأَجَلَ إِلَّا قَدْ اقْتَرَبَ فَاتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي فَإِنِّي نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ قَالَتْ فَبَكَيْتُ بُكَائِي الَّذِي رَأَيْتِ فَلَمَّا رَأَى جَزَعِي سَارَّنِي الثَّانِيَةَ قَالَ يَا فَاطِمَةُ أَلَا تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُونِي سَيِّدَةَ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ أَوْ سَيِّدَةَ نِسَاءِ هَذِهِ الْأُمَّةِ
Dari Masruq telah menceritakan kepadaku Ummul Mukminin Aisyah dia berkata; 'Suatu ketika kami para istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang berkumpul dan berada di sisi beliau, dan tidak ada seorang pun yang tidak hadir saat itu. Lalu datanglah Fatimah 'alaihi salam dengan berjalan kaki. Demi Allah, cara berjalannya persis dengan cara jalannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika melihatnya, beliau menyambutnya dengan mengucapkan: "Selamat datang hai puteriku!" Setelah itu beliau mempersilahkannya untuk duduk di sebelah kanan atau di sebelah kiri beliau. Lalu beliau bisikkan sesuatu kepadanya hingga ia (Fatimah) menangis tersedu-sedu. Ketika melihat kesedihan Fatimah, beliau sekali lagi membisikkan sesuatu kepadanya hingga ia tersenyum gembira. Lalu saya (Aisyah) bertanya kepadanya ketika aku masih berada di sekitar isteri-isteri beliau-; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan keistimewaan kepadamu dengan membisikkan suatu rahasia di hadapan para istri beliau hingga kamu menangis sedih.' -Setelah Rasulullah berdiri dan berlalu dari tempat itu-, saya pun bertanya kepada Fatimah 'Sebenarnya apa yang dibisikkan Rasulullah kepadamu? ' Fatimah menjawab; 'Sungguh saya tidak ingin menyebarkan rahasia yang telah dibisikkan Rasulullah kepada saya.' 'Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, saya bertanya kepadanya; 'Saya hanya ingin menanyakan kepadamu tentang apa yang telah dibisikkan Rasulullah kepadamu yang dulu kamu tidak mau menjelaskannya kepadaku.' Fatimah menjawab; 'Sekarang, saya akan memberitahukan. Lalu Fatimah memberitahukan kepadaku, katanya; 'Dulu, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membisikkan sesuatu kepadaku, untuk yang pertama kali, beliau memberitahukan bahwa Jibril biasanya bertadarus Al Qur'an satu atau dua kali dalam setiap tahun dan kini beliau bertadarus kepadanya sebanyak dua kali, maka aku tahu bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik pendahulumu adalah aku.' Fatimah berkata; 'Mendengar bisikan itu, maka saya pun menangis, seperti yang kamu lihat dulu. Ketika beliau melihat kesedihanku, maka beliau pun membisikkan yang kedua kalinya kepadaku, sabdanya: 'Hai Fatimah, tidak maukah kamu menjadi pemimpin para istri orang-orang mukmin atau menjadi sebaik-baik wanita umat ini? ' [muttafaq alaih]
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ فَكَأَنَّ بَعْضَهُمْ وَجَدَ فِي نَفْسِهِ فَقَالَ لِمَ تُدْخِلُ هَذَا مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّهُ مَنْ قَدْ عَلِمْتُمْ فَدَعَاهُ ذَاتَ يَوْمٍ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُمْ فَمَا رُئِيتُ أَنَّهُ دَعَانِي يَوْمَئِذٍ إِلَّا لِيُرِيَهُمْ قَالَ مَا تَقُولُونَ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ فَقَالَ بَعْضُهُمْ أُمِرْنَا أَنْ نَحْمَدَ اللَّهَ وَنَسْتَغْفِرَهُ إِذَا نُصِرْنَا وَفُتِحَ عَلَيْنَا وَسَكَتَ بَعْضُهُمْ فَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ لِي أَكَذَاكَ تَقُولُ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ فَقُلْتُ لَا قَالَ فَمَا تَقُولُ قُلْتُ هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ لَهُ قَالَ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَذَلِكَ عَلَامَةُ أَجَلِكَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ
إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا فَقَالَ عُمَرُ مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَقُولُ
Dari Ibnu Abbas ia berkata; Suatu ketika Umar mengajakku masuk berkumpul bersama para syaikh pemuka-pemuka Badar, dan sepertinya, sebagian dari mereka memendam sesuatu pada dirinya. Maka salah seorang dari mereka pun bertanya, "Kenapa Anda mengikutsertakan anak ini bersama kami, padahal kami juga memiliki anak-anak yang sebaya dengannya?" Maka Umar pun berkata, "Sesungguhnya anak itu mempunyai kecerdasan tersendiri seperti yang telah kalian kenal." Kemudian pada suatu hari, Umar memangilnya dan mengingutsertakannya bersama mereka. Ibnu Abbas berkata; Aku tahu, bahwa tidak ada maksud lain Umar memanggilku, kecuali untuk memperlihatkan aku pada mereka. Umar berkata, "Bagaimanakah pendapat kalian berkenaan dengan ayat ini: 'IDZAA JAA`A NASHRULLAHI WAL FATH.'" Maka sebagian dari mereka berkata, "Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan meminta maghfirah-Nya, yakni ketika kita diberi pertolongan dan kekuatan untuk menaklukkan suatu negeri." Lalu sebagian yang lain diam tak berkata sepatah kata pun. Setelah itu, Umar bertanya padaku, "Apakah seperti itu juga pendapatmu wahai Ibnu Abbas?" Aku menjawab, "Tidak." Umar bertanya lagi, "Lalu bagaimanakah pendapatmu?" Aku menjawab, "Hal itu terkait dengan ajal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Allah telah memberitahukan padanya. Firman Allah: 'IDZAA JAA`A NASHRULLAHI WAL FATH.' Itu adalah alamat akan ajalmu. 'FASABBIH BIHAMDI RABBIKA WAS TAGHFIRHU INNAHU KAANA TAWWAABAA (Karena itu, sucikanlah Rabbu dengan memuji-Nya. Dan mintalah ampunan dari-Nya, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat).'" Umar berkata, "Tidak ada jawaban yang lebih tepat, kecuali apa yang telah kamu katakan." [HR Bukhori]
Maroji’ : arrohiq almakhthum, Syaikh Shoifurrohman Almubarokfukhri 548-549
Belajar Membaca Alquran Itu Tidak Sulit
Belajar Membaca Alquran Itu Tidak Sulit
Sungguh apa yang anda lakukan adalah amal yang mulia, betapa tidak, karena rosululloh shollallu alaihi wasallam memberikan pujian khusus :
عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ قَالَ وَأَقْرَأَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي إِمْرَةِ عُثْمَانَ حَتَّى كَانَ الْحَجَّاجُ قَالَ وَذَاكَ الَّذِي أَقْعَدَنِي مَقْعَدِي هَذَا
Dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya." Abu Abdirrahman membacakan (Al Qur`an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, "Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini." [HR Bukhori ]
Maka nasehat yang saya berikan buat anda :
Percayalah bahwa belajar membaca alquran adalah mudah
وَلَقَدْ يَسَّرْناَ الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ
Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran ? [alqomar : 17]
Kalau anda menemui kesulitan di awal itu adalah wajar, untuk menenangkannya percayakan pada wejangan Alloh :
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.[al insyiroh : 5-6]
Tak lupa rosululloh shollallohu alaihi wasallam menambah ketenangan buat anda :
وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم الذي يقرأ القرآن وهو ماهر به مع السفرة الكرام البررة، والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari 'Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala." [muttafaq alaih]
Suatu saat nanti bila sudah mampu dengan lacar membaca alquran maka jangan lupakan ilmu itu, karena Alloh pernah menyampaikan kepada rosululloh ahollallohu alaihi wasallam di saat beliau diajari alquran :
سَنُقْرِئُكَ فَلاَ تَنْسَى
Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa ,[al a’la : 6]
Sungguh manfaat dari membaca alquran akan kembali kepada anda bukan kepada Alloh
• Mengangkat derajat di sisi Alloh
عَنْ عَامِرِ بْنِ وَاثِلَةَ أَنَّ نَافِعَ بْنَ عَبْدِ الْحَارِثِ لَقِيَ عُمَرَ بِعُسْفَانَ وَكَانَ عُمَرُ يَسْتَعْمِلُهُ عَلَى مَكَّةَ فَقَالَ مَنْ اسْتَعْمَلْتَ عَلَى أَهْلِ الْوَادِي فَقَالَ ابْنَ أَبْزَى قَالَ وَمَنْ ابْنُ أَبْزَى قَالَ مَوْلًى مِنْ مَوَالِينَا قَالَ فَاسْتَخْلَفْتَ عَلَيْهِمْ مَوْلًى قَالَ إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَإِنَّهُ عَالِمٌ بِالْفَرَائِضِ قَالَ عُمَرُ أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Dari Amir bin Watsilah bahwasanya; Nafi' bin Abdul Harits, pada suatu ketika bertemu dengan Khalifah Umar di 'Usfan. Ketika itu, Nafi' bertugas sebagai pejabat di kota Makkah. Umar bertanya kepada Nafi', "Siapa yang Anda angkat sebagai kepala bagi penduduk Wadli?" Nafi' menjawab, "Ibnu Abza." Umar bertanya lagi, "Siapakah itu Ibnu Abza?" Nafi' menjawab, "Salah seorang Maula (budak yang telah dimerdekakan) di antara beberapa Maula kami." Umar bertanya, "Kenapa Maula yang diangkat?" Nafi' menjawab, "Karena ia adalah seorang yang pintar tentang Kitabullah dan pandai tentang ilmu fara`idl (ilmu tentang pembagian harta warisan)." Umar berkata, "Benar, Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al Qur`an) dan menghinakan yang lain.'" [HR Muslim dan Baihaqi]
• Menambah pahala
وعن ابن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم من قرأ حرفاً من كتاب اللَّه فله حسنة، والحسنة بعشر أمثالها، لا أقول ألم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari Abdullah bin Mas'ud berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf." [HR Tirmidzi]
• Sarana mendapat syafaat di akhirat
عن أبي أمامة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يقول اقرؤوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعاً لأصحابه رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Umamah Al Bahili berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. [HR Muslim]
Sungguh apa yang anda lakukan adalah amal yang mulia, betapa tidak, karena rosululloh shollallu alaihi wasallam memberikan pujian khusus :
عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ قَالَ وَأَقْرَأَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي إِمْرَةِ عُثْمَانَ حَتَّى كَانَ الْحَجَّاجُ قَالَ وَذَاكَ الَّذِي أَقْعَدَنِي مَقْعَدِي هَذَا
Dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya." Abu Abdirrahman membacakan (Al Qur`an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, "Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini." [HR Bukhori ]
Maka nasehat yang saya berikan buat anda :
Percayalah bahwa belajar membaca alquran adalah mudah
وَلَقَدْ يَسَّرْناَ الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ
Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran ? [alqomar : 17]
Kalau anda menemui kesulitan di awal itu adalah wajar, untuk menenangkannya percayakan pada wejangan Alloh :
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.[al insyiroh : 5-6]
Tak lupa rosululloh shollallohu alaihi wasallam menambah ketenangan buat anda :
وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم الذي يقرأ القرآن وهو ماهر به مع السفرة الكرام البررة، والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari 'Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala." [muttafaq alaih]
Suatu saat nanti bila sudah mampu dengan lacar membaca alquran maka jangan lupakan ilmu itu, karena Alloh pernah menyampaikan kepada rosululloh ahollallohu alaihi wasallam di saat beliau diajari alquran :
سَنُقْرِئُكَ فَلاَ تَنْسَى
Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa ,[al a’la : 6]
Sungguh manfaat dari membaca alquran akan kembali kepada anda bukan kepada Alloh
• Mengangkat derajat di sisi Alloh
عَنْ عَامِرِ بْنِ وَاثِلَةَ أَنَّ نَافِعَ بْنَ عَبْدِ الْحَارِثِ لَقِيَ عُمَرَ بِعُسْفَانَ وَكَانَ عُمَرُ يَسْتَعْمِلُهُ عَلَى مَكَّةَ فَقَالَ مَنْ اسْتَعْمَلْتَ عَلَى أَهْلِ الْوَادِي فَقَالَ ابْنَ أَبْزَى قَالَ وَمَنْ ابْنُ أَبْزَى قَالَ مَوْلًى مِنْ مَوَالِينَا قَالَ فَاسْتَخْلَفْتَ عَلَيْهِمْ مَوْلًى قَالَ إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَإِنَّهُ عَالِمٌ بِالْفَرَائِضِ قَالَ عُمَرُ أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Dari Amir bin Watsilah bahwasanya; Nafi' bin Abdul Harits, pada suatu ketika bertemu dengan Khalifah Umar di 'Usfan. Ketika itu, Nafi' bertugas sebagai pejabat di kota Makkah. Umar bertanya kepada Nafi', "Siapa yang Anda angkat sebagai kepala bagi penduduk Wadli?" Nafi' menjawab, "Ibnu Abza." Umar bertanya lagi, "Siapakah itu Ibnu Abza?" Nafi' menjawab, "Salah seorang Maula (budak yang telah dimerdekakan) di antara beberapa Maula kami." Umar bertanya, "Kenapa Maula yang diangkat?" Nafi' menjawab, "Karena ia adalah seorang yang pintar tentang Kitabullah dan pandai tentang ilmu fara`idl (ilmu tentang pembagian harta warisan)." Umar berkata, "Benar, Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al Qur`an) dan menghinakan yang lain.'" [HR Muslim dan Baihaqi]
• Menambah pahala
وعن ابن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم من قرأ حرفاً من كتاب اللَّه فله حسنة، والحسنة بعشر أمثالها، لا أقول ألم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari Abdullah bin Mas'ud berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf." [HR Tirmidzi]
• Sarana mendapat syafaat di akhirat
عن أبي أمامة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يقول اقرؤوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعاً لأصحابه رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Umamah Al Bahili berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. [HR Muslim]
Gua bersejarah dalam perjalanan sejarah
Gua bersejarah dalam perjalanan sejarah
Di bangku sekolah, kita mempelajari sejarah gua. Gua ada yang terjadi melalui prose alami dan ada yang memang sengaja di buat oleh tangan manusia.
Semasa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia dipaksa menjadi romusha, bekerja demi kepentingan mereka. Salah satu pekerjaan yang diemban oleh para pekerja adalah membuat gua. Hal itu dilakukan sebagai gudang, tempat persembunyian dan tak sedikit dijadikan sebagai jalan tembus seperti terowongan kereta api.
Kita juga mengenal gua-gua di Torabora Afganistan yang dibuat oleh Alqoida sebagai tempat pertahanan para mujahidin dan dengan ijin Alloh terbukti ampuh untuk melindungi mereka dari serangan pasukan Amerika.
Terlepas dari itu semua, dalam perjalanan dakwah tauhid, sedikitnya ada empat gua yang bernilai sejarah :
Yang pertama :
Gua Hiro, di sinilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk pertama kalinya mendapatkan wahyu melalui malaikat Jibril alaihissalam
Yang kedua
Gua Tsur, di sinilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersama Abu Bakar sempat singgah dalam perjalanan hijrohnya, bahkan dengan gua inilah keduanya diselamatkan oleh Alloh dari kejaran kafir Quraisy
Yang ketiga
Gua yang tersebut dalam surat alkahfi, di sinilah 7 pemuda bersembunyi untuk bersembunyi menyelamatkan aqidahnya hingga Alloh menidurkan mereka kurang lebih 300 tahun. Kisah mereka tersebut dalam surat alkahfi ayat 9 hingga ayat 22
Yang ke empat
Gua yang pernah menjebak tiga orang sholih sebagaimana yang dituturkan oleh rosululloh sholllallohu alaihi wasallam :
عَنْ أ عَبْد اللَّهِ بْن عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ انْطَلَقَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوْا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنْ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمْ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لَا يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ اللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَكُنْتُ لَا أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلًا وَلَا مَالًا فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْءٍ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلًا أَوْ مَالًا فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَيَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ الْآخَرُ اللَّهُمَّ كَانَتْ لِي بِنْتُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ فَأَرَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا فَامْتَنَعَتْ مِنِّي حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنْ السِّنِينَ فَجَاءَتْنِي فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّيَ بَيْنِي وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفَعَلَتْ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا قَالَتْ لَا أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ فَتَحَرَّجْتُ مِنْ الْوُقُوعِ عَلَيْهَا فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهِيَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أَعْطَيْتُهَا اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ فَانْفَرَجَتْ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ الثَّالِثُ اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ فَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الْأَمْوَالُ فَجَاءَنِي بَعْدَ حِينٍ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِي فَقُلْتُ لَهُ كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنْ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ لَا تَسْتَهْزِئُ بِي فَقُلْتُ إِنِّي لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ فَانْفَرَجَتْ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ
Dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tiga orang dari kalangan orang sebelum kalian yang sedang bepergian hingga ketika mereka singgah dalam gua lalu mereka memasuki gua tersebut hingga akhirnya ada sebuah batu yang jatuh dari gunung hingga metutupi gua. Mereka berkata; Tidak akan ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali bila kalian berdoa meminta kepada Allah dengan perantaraan kebaikan amal kalian. Maka seorang diantara mereka berkata; "Ya Allah, aku memiliki kedua orangtua yang sudah renta. Dan aku tidaklah pernah memberi minum susu keluargaku pada akhir siang sebelum keduanya. Suatu hari aku keluar untuk mencari sesuatu dan aku tidak beristirahat mencarinya hingga keduanya tertidur, aku pulang namun aku dapati keduanya sudah tertidur dan aku tidak mau mendahului keduanya meminum susu untuk keluargaku. Maka kemudian aku terlena sejenak dengan bersandar kepada kedua tanganku sambil aku menunggu keduanya bangun sampai fajar terbit, lalu keduanya terbangun dan meminum susu jatah akhir siangnya. Ya Allah seandainya aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah batu ini. Maka batu itu sedikit bergeser namun mereka belum dapat keluar. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Kemudian berkata, yang lain: "Ya Allah, bersamaku ada putri pamanku yang menjadi orang yang paling mencintaiku. Suatu hari aku menginginkannya namun dia menolak aku. Kemudian berlalu masa beberapa tahun hingga kemudian dia datang kepadaku lalu aku berikan dia seratus dua puluh dinar agar aku dan dia bersenang-senang lalu dia setuju hiingga ketika aku sudah menguasainya dia berkata; tidak dihalalkan bagimu merusak keperawanan kecuali dengan cara yang haq. Maka aku selamat dari kejadian itu. Lalu aku pergi meninggalkannya padahal dia wanita yang paling aku cintai dan aku tinggalkan pula emas perhiasan yang aku berikan kepadanya. Ya Allah seandainya apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah pintu gua ini dimana kami terjebak didalamnya. Maka terbukalah sedikit batu itu namun mereka tetap belum bisa keluar. Bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Kemudian orang yang ketiga berkata: Ya Allah aku pernah memperkerjakan orang-orang lalu aku memberi upah mereka kecuali satu orang dari mereka yang meninggalkan haknya lalu dia pergi. Kemudian upah orang tersebut aku kembangkan hingga beberapa waktu kemudian ketika sudah banyak harta dari hasil yang aku kembangkan tersebut orang itu datang kepadaku lalu berkata; "wahai 'Abdullah, berikanlah hak upah saya!" Lalu aku katakan kepadanya; Itulah semua apa yang kamu lihat adalah upahmu berupa unta, sapi, kambing dan pengembalanya". Dia berkata; "wahai 'Abdullah, kamu jangan mengolok-olok aku!" Aku katakan: Aku tidak mengolok-olok!" Maka orang itu mengambil seluruhnya dan tidak ada yang disisakan sedikitpun. Ya Allah seandainya apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah batu gua yang kami terjebak didalamnya". Maka batu itu terbuka akhirnya mereka dapat keluar dan pergi". [HR Bukhori Muslim]
Di bangku sekolah, kita mempelajari sejarah gua. Gua ada yang terjadi melalui prose alami dan ada yang memang sengaja di buat oleh tangan manusia.
Semasa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia dipaksa menjadi romusha, bekerja demi kepentingan mereka. Salah satu pekerjaan yang diemban oleh para pekerja adalah membuat gua. Hal itu dilakukan sebagai gudang, tempat persembunyian dan tak sedikit dijadikan sebagai jalan tembus seperti terowongan kereta api.
Kita juga mengenal gua-gua di Torabora Afganistan yang dibuat oleh Alqoida sebagai tempat pertahanan para mujahidin dan dengan ijin Alloh terbukti ampuh untuk melindungi mereka dari serangan pasukan Amerika.
Terlepas dari itu semua, dalam perjalanan dakwah tauhid, sedikitnya ada empat gua yang bernilai sejarah :
Yang pertama :
Gua Hiro, di sinilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk pertama kalinya mendapatkan wahyu melalui malaikat Jibril alaihissalam
Yang kedua
Gua Tsur, di sinilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersama Abu Bakar sempat singgah dalam perjalanan hijrohnya, bahkan dengan gua inilah keduanya diselamatkan oleh Alloh dari kejaran kafir Quraisy
Yang ketiga
Gua yang tersebut dalam surat alkahfi, di sinilah 7 pemuda bersembunyi untuk bersembunyi menyelamatkan aqidahnya hingga Alloh menidurkan mereka kurang lebih 300 tahun. Kisah mereka tersebut dalam surat alkahfi ayat 9 hingga ayat 22
Yang ke empat
Gua yang pernah menjebak tiga orang sholih sebagaimana yang dituturkan oleh rosululloh sholllallohu alaihi wasallam :
عَنْ أ عَبْد اللَّهِ بْن عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ انْطَلَقَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوْا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنْ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمْ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لَا يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ اللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَكُنْتُ لَا أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلًا وَلَا مَالًا فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْءٍ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلًا أَوْ مَالًا فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَيَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ الْآخَرُ اللَّهُمَّ كَانَتْ لِي بِنْتُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ فَأَرَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا فَامْتَنَعَتْ مِنِّي حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنْ السِّنِينَ فَجَاءَتْنِي فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّيَ بَيْنِي وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفَعَلَتْ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا قَالَتْ لَا أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ فَتَحَرَّجْتُ مِنْ الْوُقُوعِ عَلَيْهَا فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهِيَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أَعْطَيْتُهَا اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ فَانْفَرَجَتْ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ الثَّالِثُ اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ فَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الْأَمْوَالُ فَجَاءَنِي بَعْدَ حِينٍ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِي فَقُلْتُ لَهُ كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنْ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ لَا تَسْتَهْزِئُ بِي فَقُلْتُ إِنِّي لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ فَانْفَرَجَتْ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ
Dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tiga orang dari kalangan orang sebelum kalian yang sedang bepergian hingga ketika mereka singgah dalam gua lalu mereka memasuki gua tersebut hingga akhirnya ada sebuah batu yang jatuh dari gunung hingga metutupi gua. Mereka berkata; Tidak akan ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali bila kalian berdoa meminta kepada Allah dengan perantaraan kebaikan amal kalian. Maka seorang diantara mereka berkata; "Ya Allah, aku memiliki kedua orangtua yang sudah renta. Dan aku tidaklah pernah memberi minum susu keluargaku pada akhir siang sebelum keduanya. Suatu hari aku keluar untuk mencari sesuatu dan aku tidak beristirahat mencarinya hingga keduanya tertidur, aku pulang namun aku dapati keduanya sudah tertidur dan aku tidak mau mendahului keduanya meminum susu untuk keluargaku. Maka kemudian aku terlena sejenak dengan bersandar kepada kedua tanganku sambil aku menunggu keduanya bangun sampai fajar terbit, lalu keduanya terbangun dan meminum susu jatah akhir siangnya. Ya Allah seandainya aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah batu ini. Maka batu itu sedikit bergeser namun mereka belum dapat keluar. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Kemudian berkata, yang lain: "Ya Allah, bersamaku ada putri pamanku yang menjadi orang yang paling mencintaiku. Suatu hari aku menginginkannya namun dia menolak aku. Kemudian berlalu masa beberapa tahun hingga kemudian dia datang kepadaku lalu aku berikan dia seratus dua puluh dinar agar aku dan dia bersenang-senang lalu dia setuju hiingga ketika aku sudah menguasainya dia berkata; tidak dihalalkan bagimu merusak keperawanan kecuali dengan cara yang haq. Maka aku selamat dari kejadian itu. Lalu aku pergi meninggalkannya padahal dia wanita yang paling aku cintai dan aku tinggalkan pula emas perhiasan yang aku berikan kepadanya. Ya Allah seandainya apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah pintu gua ini dimana kami terjebak didalamnya. Maka terbukalah sedikit batu itu namun mereka tetap belum bisa keluar. Bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Kemudian orang yang ketiga berkata: Ya Allah aku pernah memperkerjakan orang-orang lalu aku memberi upah mereka kecuali satu orang dari mereka yang meninggalkan haknya lalu dia pergi. Kemudian upah orang tersebut aku kembangkan hingga beberapa waktu kemudian ketika sudah banyak harta dari hasil yang aku kembangkan tersebut orang itu datang kepadaku lalu berkata; "wahai 'Abdullah, berikanlah hak upah saya!" Lalu aku katakan kepadanya; Itulah semua apa yang kamu lihat adalah upahmu berupa unta, sapi, kambing dan pengembalanya". Dia berkata; "wahai 'Abdullah, kamu jangan mengolok-olok aku!" Aku katakan: Aku tidak mengolok-olok!" Maka orang itu mengambil seluruhnya dan tidak ada yang disisakan sedikitpun. Ya Allah seandainya apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah batu gua yang kami terjebak didalamnya". Maka batu itu terbuka akhirnya mereka dapat keluar dan pergi". [HR Bukhori Muslim]
Yang kita makan pasti akan dimintai pertanggungjawaban
Yang kita makan pasti akan dimintai pertanggungjawaban
Pernahkah anda bikin rujak bareng dengan teman-teman ? barangkali kita ingat di saat idul fitri, setelah menunaikan sholat id, kita makan bersama keluarga dengan lauk yang beraneka ragam ? mungkin kita ingat di saat makan di tengah sawah di bawah saung dengan lauk ala kadarnya, betapa nikmatnya ? boleh jadi anda sempat makan di sebuah restoran mewah dengan hidangan yang belum pernah anda rasakan sebelumnya ?
Ada di antara kita terkesan dengan peristiwa-peristiwa di atas, diingat sepanjang hidup, tidak sedikit yang mensyukurinya. Akan tetapi pernahkah kita bermuhasabah, kemudian muncul rasa takut bahwa semua kelezatan makanan yang kita rasakan akan dimintai pertanggungjawaban Alloh kelak pada hari kiamat ?
Pertanyaan seperti ini tidak mengada-ada. Inilah yang pernah diingatkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam kepada Abu Bakar dan Umar rodliyallohu anhuma :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَاعَةٍ لَا يَخْرُجُ فِيهَا وَلَا يَلْقَاهُ فِيهَا أَحَدٌ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ يَا أَبَا بَكْرٍ فَقَالَ خَرَجْتُ أَلْقَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْظُرُ فِي وَجْهِهِ وَالتَّسْلِيمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ جَاءَ عُمَرُ فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ يَا عُمَرُ قَالَ الْجُوعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا قَدْ وَجَدْتُ بَعْضَ ذَلِكَ فَانْطَلَقُوا إِلَى مَنْزِلِ أَبِي الْهَيْثَمِ بْنِ التَّيْهَانِ الْأَنْصَارِيِّ وَكَانَ رَجُلًا كَثِيرَ النَّخْلِ وَالشَّاءِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ خَدَمٌ فَلَمْ يَجِدُوهُ فَقَالُوا لِامْرَأَتِهِ أَيْنَ صَاحِبُكِ فَقَالَتْ انْطَلَقَ يَسْتَعْذِبُ لَنَا الْمَاءَ فَلَمْ يَلْبَثُوا أَنْ جَاءَ أَبُو الْهَيْثَمِ بِقِرْبَةٍ يَزْعَبُهَا فَوَضَعَهَا ثُمَّ جَاءَ يَلْتَزِمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُفَدِّيهِ بِأَبِيهِ وَأُمِّهِ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِمْ إِلَى حَدِيقَتِهِ فَبَسَطَ لَهُمْ بِسَاطًا ثُمَّ انْطَلَقَ إِلَى نَخْلَةٍ فَجَاءَ بِقِنْوٍ فَوَضَعَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفَلَا تَنَقَّيْتَ لَنَا مِنْ رُطَبِهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَرَدْتُ أَنْ تَخْتَارُوا أَوْ قَالَ تَخَيَّرُوا مِنْ رُطَبِهِ وَبُسْرِهِ فَأَكَلُوا وَشَرِبُوا مِنْ ذَلِكَ الْمَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مِنْ النَّعِيمِ الَّذِي تُسْأَلُونَ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ظِلٌّ بَارِدٌ وَرُطَبٌ طَيِّبٌ وَمَاءٌ بَارِدٌ …..
Dari Abu Hurairah dia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam keluar rumah pada saat yang tidak biasa beliau keluar dan tidak ada seorang pun yang bertemu dengannya, kemudian Abu Bakar menemuinya lalu beliau bertanya: "Apa yang membuatmu datang wahai Abu Bakar?" Abu Bakar menjawab: Aku keluar untuk menemui Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam dan aku melihat ke arah wajah beliau dan beliau menerimanya. Tidak lama kemudian datanglah Umar lalu beliau bertanya: "Apa yang membuatmu datang wahai 'Umar?" 'Umar menjawab: Karena lapar wahai Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Saya juga merasakan sedikit lapar, maka pergilah kalian ke rumah Abul Haitsam bin At Taihan Al Anshari, dia adalah seorang lelaki yang mempunyai banyak kurma dan kambing tapi dia tidak mempunyai pelayan, " namun mereka tidak menemukannya, mereka bertanya kepada istrinya: Dimana suamimu? istrinya menjawab: Dia sedang mengambil air untuk kami. Tidak lama mereka menunggu tiba-tiba datanglah Abul Haitsam dengan membawa tempat air yang berisi air penuh lalu dia meletakkannya, kemudian dia datang dan mendekap Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam sambil bersumpah rela mengorbankan bapak dan ibunya demi beliau, kemudian dia pergi bersama mereka menuju perkebunannya dan menghamparkan tikar untuk mereka, lalu dia pergi menuju sebuah pohon kurma dan kembali dengan membawa setangkai kurma kemudian meletakkannya, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bertanya: "Maukah kamu memilihkan kurma basahnya untuk kami?" dia menjawab: Wahai Rasulullah, aku ingin baginda sendiri yang memilihnya -atau dia berkata: Silahkan kalian pilih kurma basah dan kurma mudanya, lalu mereka makan kurma dan minum dari air itu, setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, ini termasuk kenikmatan yang akan ditanyakan kepada kalian kelak pada hari kiamat; tempat berteduh yang dingin, kurma basah yang lezat dan air tawar [HR Tirmidzi]
Semoga kita bisa menirunya …. Menjadikan nikmat untuk disyukuri dan dilanjutkan dengan mawas diri karena semua akan dimintai pertanggungjawaban, kelak di akhirat nanti.
Pernahkah anda bikin rujak bareng dengan teman-teman ? barangkali kita ingat di saat idul fitri, setelah menunaikan sholat id, kita makan bersama keluarga dengan lauk yang beraneka ragam ? mungkin kita ingat di saat makan di tengah sawah di bawah saung dengan lauk ala kadarnya, betapa nikmatnya ? boleh jadi anda sempat makan di sebuah restoran mewah dengan hidangan yang belum pernah anda rasakan sebelumnya ?
Ada di antara kita terkesan dengan peristiwa-peristiwa di atas, diingat sepanjang hidup, tidak sedikit yang mensyukurinya. Akan tetapi pernahkah kita bermuhasabah, kemudian muncul rasa takut bahwa semua kelezatan makanan yang kita rasakan akan dimintai pertanggungjawaban Alloh kelak pada hari kiamat ?
Pertanyaan seperti ini tidak mengada-ada. Inilah yang pernah diingatkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam kepada Abu Bakar dan Umar rodliyallohu anhuma :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَاعَةٍ لَا يَخْرُجُ فِيهَا وَلَا يَلْقَاهُ فِيهَا أَحَدٌ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ يَا أَبَا بَكْرٍ فَقَالَ خَرَجْتُ أَلْقَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْظُرُ فِي وَجْهِهِ وَالتَّسْلِيمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ جَاءَ عُمَرُ فَقَالَ مَا جَاءَ بِكَ يَا عُمَرُ قَالَ الْجُوعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا قَدْ وَجَدْتُ بَعْضَ ذَلِكَ فَانْطَلَقُوا إِلَى مَنْزِلِ أَبِي الْهَيْثَمِ بْنِ التَّيْهَانِ الْأَنْصَارِيِّ وَكَانَ رَجُلًا كَثِيرَ النَّخْلِ وَالشَّاءِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ خَدَمٌ فَلَمْ يَجِدُوهُ فَقَالُوا لِامْرَأَتِهِ أَيْنَ صَاحِبُكِ فَقَالَتْ انْطَلَقَ يَسْتَعْذِبُ لَنَا الْمَاءَ فَلَمْ يَلْبَثُوا أَنْ جَاءَ أَبُو الْهَيْثَمِ بِقِرْبَةٍ يَزْعَبُهَا فَوَضَعَهَا ثُمَّ جَاءَ يَلْتَزِمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُفَدِّيهِ بِأَبِيهِ وَأُمِّهِ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِمْ إِلَى حَدِيقَتِهِ فَبَسَطَ لَهُمْ بِسَاطًا ثُمَّ انْطَلَقَ إِلَى نَخْلَةٍ فَجَاءَ بِقِنْوٍ فَوَضَعَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفَلَا تَنَقَّيْتَ لَنَا مِنْ رُطَبِهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَرَدْتُ أَنْ تَخْتَارُوا أَوْ قَالَ تَخَيَّرُوا مِنْ رُطَبِهِ وَبُسْرِهِ فَأَكَلُوا وَشَرِبُوا مِنْ ذَلِكَ الْمَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مِنْ النَّعِيمِ الَّذِي تُسْأَلُونَ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ظِلٌّ بَارِدٌ وَرُطَبٌ طَيِّبٌ وَمَاءٌ بَارِدٌ …..
Dari Abu Hurairah dia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam keluar rumah pada saat yang tidak biasa beliau keluar dan tidak ada seorang pun yang bertemu dengannya, kemudian Abu Bakar menemuinya lalu beliau bertanya: "Apa yang membuatmu datang wahai Abu Bakar?" Abu Bakar menjawab: Aku keluar untuk menemui Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam dan aku melihat ke arah wajah beliau dan beliau menerimanya. Tidak lama kemudian datanglah Umar lalu beliau bertanya: "Apa yang membuatmu datang wahai 'Umar?" 'Umar menjawab: Karena lapar wahai Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Saya juga merasakan sedikit lapar, maka pergilah kalian ke rumah Abul Haitsam bin At Taihan Al Anshari, dia adalah seorang lelaki yang mempunyai banyak kurma dan kambing tapi dia tidak mempunyai pelayan, " namun mereka tidak menemukannya, mereka bertanya kepada istrinya: Dimana suamimu? istrinya menjawab: Dia sedang mengambil air untuk kami. Tidak lama mereka menunggu tiba-tiba datanglah Abul Haitsam dengan membawa tempat air yang berisi air penuh lalu dia meletakkannya, kemudian dia datang dan mendekap Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam sambil bersumpah rela mengorbankan bapak dan ibunya demi beliau, kemudian dia pergi bersama mereka menuju perkebunannya dan menghamparkan tikar untuk mereka, lalu dia pergi menuju sebuah pohon kurma dan kembali dengan membawa setangkai kurma kemudian meletakkannya, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bertanya: "Maukah kamu memilihkan kurma basahnya untuk kami?" dia menjawab: Wahai Rasulullah, aku ingin baginda sendiri yang memilihnya -atau dia berkata: Silahkan kalian pilih kurma basah dan kurma mudanya, lalu mereka makan kurma dan minum dari air itu, setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, ini termasuk kenikmatan yang akan ditanyakan kepada kalian kelak pada hari kiamat; tempat berteduh yang dingin, kurma basah yang lezat dan air tawar [HR Tirmidzi]
Semoga kita bisa menirunya …. Menjadikan nikmat untuk disyukuri dan dilanjutkan dengan mawas diri karena semua akan dimintai pertanggungjawaban, kelak di akhirat nanti.
Sesekali sombong itu perlu
Sesekali sombong itu perlu
Tawadlu adalah sifat khas seorang mu’min. Ia akan terlihat dalam tutur kata, bergaul, di saat makan, mengenakan pakaian termasuk di saat berjalan. Khusus tentang berjalan dan bertutur kata, Alloh memberi kita petunjuk :
وَعِباَدُ الرَّحْماَنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الأَرْضِ هَوْناً وَّإذَا خَاطَبَهُمُ الْجاَهِلُوْنَ قاَلُوْا سَلاَماً
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. [alfurqon : 63]
Oleh karena itu berjalan dengan menyombongkan diri adalah sesuatu yang sangat dibenci Alloh
وَلاَ تَمْشِ فِى الأَرْضِ مَرَحاً إنّ الله لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتاَلٍ فَخُوْرٍ
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. [luqman : 18]
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di mengomentari ayat ini dengan mengatakan : menyombongkan diri dengan kenikmatan yang ia peroleh disertai ujub pada dirinya sementara ia melupakan Alloh yang telah memberinya nikmat.
Akan tetapi ada satu momen dimana berjalan dengan penuh kecongkakan tidak hanya diperbolehkan bahkan dinilai sebagai sifat terpuji sebagaimana yang ditunjukkan oleh Abu Dujanah menjelang perang badar dimana ia berjalan berlenggak-lenggok dengan penuh kecongkakan di hadapan orang kafir dengan tujuan untuk membuat berang musuh sehingga rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengomentari cara berjalannya dengan mengatakan :
إنَّهاَ لَمِشْيَةٌ يُبْغِضُهاَ الله إلاَّ مِثْلَ هذَا الْمَوْطِنِ
Sungguh itu adalah cara berjalan yang dibenci Alloh kecuali di tempat ini
Bahkan dalam hadits lain rosululloh shollallohu alaihi wasallam menambahkan :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَتِيكٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ مِنْ الْغَيْرَةِ مَا يُحِبُّ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللَّهُ فَأَمَّا الَّتِي يُحِبُّهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي الرِّيبَةِ وَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِي يُبْغِضُهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي غَيْرِ رِيبَةٍ وَإِنَّ مِنْ الْخُيَلَاءِ مَا يُبْغِضُ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُحِبُّ اللَّهُ فَأَمَّا الْخُيَلَاءُ الَّتِي يُحِبُّ اللَّهُ فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ نَفْسَهُ عِنْدَ الْقِتَالِ وَاخْتِيَالُهُ عِنْدَ الصَّدَقَةِ وَأَمَّا الَّتِي يُبْغِضُ اللَّهُ فَاخْتِيَالُهُ فِي الْبَغْيِ قَالَ مُوسَى وَالْفَخْرِ
Dari Jabir bin 'Atik bahwa Nabi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Diantara rasa cemburu ada yang dicintai Allah, dan diantara rasa cemburu tersebut ada yang dibenci Allah." Adapun rasa cemburu yang Allah 'azza wajalla cintai adalah cemburu dalam keraguan, adapun rasa cemburu yang Allah 'azza wajalla benci adalah kecemburuan yang tidak dalam keraguan. Dan diantara kesombongan ada yang Allah benci dan diantara yang Allah benci, adapun kesombongan yang Allah 'azza wajalla cintai adalah rasa bangga seseorang kepada dirinya ketika berperang dan bersedekah, sedangkan kesombongan yang Allah 'azza wajalla benci adalah dalam kebatilan." Musa berkata; dan rasa sombong. [HR Abu Daud]
Maroji’ :
Arrohiq almakhthum, Syaikh Shoifurrohman Almubarokfukhri hal 305
Tafsir assa’di, Syaikh Abdurrohman Nashir assa’di 2/1039
Tawadlu adalah sifat khas seorang mu’min. Ia akan terlihat dalam tutur kata, bergaul, di saat makan, mengenakan pakaian termasuk di saat berjalan. Khusus tentang berjalan dan bertutur kata, Alloh memberi kita petunjuk :
وَعِباَدُ الرَّحْماَنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الأَرْضِ هَوْناً وَّإذَا خَاطَبَهُمُ الْجاَهِلُوْنَ قاَلُوْا سَلاَماً
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. [alfurqon : 63]
Oleh karena itu berjalan dengan menyombongkan diri adalah sesuatu yang sangat dibenci Alloh
وَلاَ تَمْشِ فِى الأَرْضِ مَرَحاً إنّ الله لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتاَلٍ فَخُوْرٍ
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. [luqman : 18]
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di mengomentari ayat ini dengan mengatakan : menyombongkan diri dengan kenikmatan yang ia peroleh disertai ujub pada dirinya sementara ia melupakan Alloh yang telah memberinya nikmat.
Akan tetapi ada satu momen dimana berjalan dengan penuh kecongkakan tidak hanya diperbolehkan bahkan dinilai sebagai sifat terpuji sebagaimana yang ditunjukkan oleh Abu Dujanah menjelang perang badar dimana ia berjalan berlenggak-lenggok dengan penuh kecongkakan di hadapan orang kafir dengan tujuan untuk membuat berang musuh sehingga rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengomentari cara berjalannya dengan mengatakan :
إنَّهاَ لَمِشْيَةٌ يُبْغِضُهاَ الله إلاَّ مِثْلَ هذَا الْمَوْطِنِ
Sungguh itu adalah cara berjalan yang dibenci Alloh kecuali di tempat ini
Bahkan dalam hadits lain rosululloh shollallohu alaihi wasallam menambahkan :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَتِيكٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ مِنْ الْغَيْرَةِ مَا يُحِبُّ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللَّهُ فَأَمَّا الَّتِي يُحِبُّهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي الرِّيبَةِ وَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِي يُبْغِضُهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي غَيْرِ رِيبَةٍ وَإِنَّ مِنْ الْخُيَلَاءِ مَا يُبْغِضُ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُحِبُّ اللَّهُ فَأَمَّا الْخُيَلَاءُ الَّتِي يُحِبُّ اللَّهُ فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ نَفْسَهُ عِنْدَ الْقِتَالِ وَاخْتِيَالُهُ عِنْدَ الصَّدَقَةِ وَأَمَّا الَّتِي يُبْغِضُ اللَّهُ فَاخْتِيَالُهُ فِي الْبَغْيِ قَالَ مُوسَى وَالْفَخْرِ
Dari Jabir bin 'Atik bahwa Nabi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Diantara rasa cemburu ada yang dicintai Allah, dan diantara rasa cemburu tersebut ada yang dibenci Allah." Adapun rasa cemburu yang Allah 'azza wajalla cintai adalah cemburu dalam keraguan, adapun rasa cemburu yang Allah 'azza wajalla benci adalah kecemburuan yang tidak dalam keraguan. Dan diantara kesombongan ada yang Allah benci dan diantara yang Allah benci, adapun kesombongan yang Allah 'azza wajalla cintai adalah rasa bangga seseorang kepada dirinya ketika berperang dan bersedekah, sedangkan kesombongan yang Allah 'azza wajalla benci adalah dalam kebatilan." Musa berkata; dan rasa sombong. [HR Abu Daud]
Maroji’ :
Arrohiq almakhthum, Syaikh Shoifurrohman Almubarokfukhri hal 305
Tafsir assa’di, Syaikh Abdurrohman Nashir assa’di 2/1039
Tragisnya kematian Abu Lahab la’natulloh alaih
Tragisnya kematian Abu Lahab la’natulloh alaih
Nama aslinya adalah Abdul Uzza bin Abdul Muthollib dengan kun-yah Abu Utaibah. Disebut Abu Lahab karena parasnya yang ganteng. Sementara istrinya adalah Arwa binti Harb bin Umayyah saudari dari Abu Sufyan. Ia kerap dipanggil dengan Ummu Jamil karena parasnya yang cantik.
Keduanya serasi dalam kekafiran dan kompak dalam menghalangi da’wah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Kedzaliman keduanya terhadap rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak terhitung. Begitu hebat kekufuran keduanya hingga Alloh turunkan surat allahab :
تَبَّتْ يَدَا أبِي لَهَبٍ وَّتَبَّ ماَ أَغْنَى عَنْهُ ماَلَهُ وَماَ كَسَبَ سَيَصْلى ناَرًا ذَاتَ لَهَبٍ وَامْرَأتُهُ حَمَّا لَةَ الْحَطَبِ فِي جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan binasa
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (1608)
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Sungguh tragis, Abu Lahab yang sangat dihormati kaumnya yang kafir, dikagumi akan keberaniannya dalam menentang da’wah tauhid ternyata kematiannya sama sekali tidak dihiraukan oleh kaumnya.
Ia mati karena penyakit adasah. Mayatnya terlantar selama 3 hari tak terurus. Tak satupun penduduk Mekah yang berbela sungkawa meskipun sekedar untuk mendekat atau melihat mayatnya. Hal itu terjadi lantaran ketakutan masyarakat tertular oleh penyakitnya. Hingga akhirnya anaknya menyodok-nyodok mayatnya dengan kayu lalu didorong ke dalam lubang dan diuruk dengan cara dilempari batu dari kejauhan.
Wal iyaadzu billah ! di dunia sudah terhina, bagaimana nanti diakhirat ? nas’alulloha al’afiyah semoga kita dijauhkan dari kematian yang demikian.
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 1794
Ibnu Katsir 4/695
Arrohiq almakhthum, Shoifurrohman Almubarok Fukhri hal 272
Nama aslinya adalah Abdul Uzza bin Abdul Muthollib dengan kun-yah Abu Utaibah. Disebut Abu Lahab karena parasnya yang ganteng. Sementara istrinya adalah Arwa binti Harb bin Umayyah saudari dari Abu Sufyan. Ia kerap dipanggil dengan Ummu Jamil karena parasnya yang cantik.
Keduanya serasi dalam kekafiran dan kompak dalam menghalangi da’wah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Kedzaliman keduanya terhadap rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak terhitung. Begitu hebat kekufuran keduanya hingga Alloh turunkan surat allahab :
تَبَّتْ يَدَا أبِي لَهَبٍ وَّتَبَّ ماَ أَغْنَى عَنْهُ ماَلَهُ وَماَ كَسَبَ سَيَصْلى ناَرًا ذَاتَ لَهَبٍ وَامْرَأتُهُ حَمَّا لَةَ الْحَطَبِ فِي جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan binasa
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (1608)
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Sungguh tragis, Abu Lahab yang sangat dihormati kaumnya yang kafir, dikagumi akan keberaniannya dalam menentang da’wah tauhid ternyata kematiannya sama sekali tidak dihiraukan oleh kaumnya.
Ia mati karena penyakit adasah. Mayatnya terlantar selama 3 hari tak terurus. Tak satupun penduduk Mekah yang berbela sungkawa meskipun sekedar untuk mendekat atau melihat mayatnya. Hal itu terjadi lantaran ketakutan masyarakat tertular oleh penyakitnya. Hingga akhirnya anaknya menyodok-nyodok mayatnya dengan kayu lalu didorong ke dalam lubang dan diuruk dengan cara dilempari batu dari kejauhan.
Wal iyaadzu billah ! di dunia sudah terhina, bagaimana nanti diakhirat ? nas’alulloha al’afiyah semoga kita dijauhkan dari kematian yang demikian.
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 1794
Ibnu Katsir 4/695
Arrohiq almakhthum, Shoifurrohman Almubarok Fukhri hal 272
Hidup sesudah mati itu enak
Hidup sesudah mati itu enak
Kematian, bagi sebagian besar manusia adalah peristiwa yang menakutkan yang seandainya ada cara untuk menghindarinya tentu kita akan melakukannya. Betapa tidak ? Mati berarti kita akan berpisah dengan orang-orang yang kita cintai, yang akhirnya kita akan diletakkan di tanah, dipendam dan selanjutnya akan ditinggalkan sendirian sampai batas waktu yang kita tidak mengetahuinya selain Alloh. Kitapun membayangkan betapa tubuh kita membusuk dan tinggallah tulang belulang yang manusia tidak ada yang mengenalinya lagi.
Kalau kita mengamati dengan seksama terhadap ayat-ayat alquran dan hadits maka kita akan mendapati keterangan yang banyak bahwa justru kematian adalah kehidupan baru yang sangat menyenangkan bagi orang beriman. Bahkan itu terjadi dimulai semenjak menjelang kematian sebagaimana firman Alloh :
إنَّ الّذِيْنَ قاَلُوْا رَبُّناَ الله ثُمَّ اسْتَقاَمُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلإِكَةُ ألاَّ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا وَأبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِى كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ نَحْنُ أوْلِيَاءُكُمْ فِى الْحَياَةِ الدُّنْيَا وَفِى الأخِرَةِ وَلَكُمْ فِيْهَا ماَ تَشْتَهِيْهِ أنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيْهَا ماَ تَدَّعُوْنَ نُزُلاً مِنْ غَفُوْرٍ رَحِيْمٍ
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka di saat menjelang kematiannya dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
32. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [fushilat : 30-32]
Kebahagian itupun berlanjut di saat si mayit di antar ke pekuburan hingga akhirnya dikebumikan. Di bawah ini beberapa dalil tentang kebahagian mereka :
عَنْ أبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ
Dari Abu Sa'id AL Khudriy radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para laki-laki di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk orang shalih (semasa hidupnya) maka dia (jenazah tersebut) berkata; "Bersegeralah kalian (membawa aku). Dan jika ia bukan dari orang shalih, maka dia akan berkata; "Celaka, kemana mereka akan membawanya?. Suara jenazah itu akan didengar oleh setiap makhluq kecuali manusia dan seandainya manusia mendengarnya, tentu dia jatuh pingsan". [HR Ahmad, Bukhori dan Nsa’i]
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِيٍّ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ فَقَالَ مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
Dari Abu Qatadah bin Rib'i Al Anshari, ia menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam pernah dilewati jenazah, kemudian beliau bersabda: "Telah tiba gilirannya seorang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman". Para sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah, apa maksud anda ada orang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman? ' Jawab Nabi: "seorang hamba yang mukmin akan memperoleh kenyamanan dari kelelahan dunia dan kesulitan-kesulitannya menuju rahmat Allah, sebaliknya hamba yang jahat, manusia, negara, pepohonan atau hewan menjadi nyaman karena kematiannya." [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Malik dan Nasa’i]
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعُمَرَ انْطَلِقْ بِنَا إِلَى أُمِّ أَيْمَنَ نَزُورُهَا كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُورُهَا فَلَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَيْهَا بَكَتْ فَقَالَا لَهَا مَا يُبْكِيكِ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ مَا أَبْكِي أَنْ لَا أَكُونَ أَعْلَمُ أَنَّ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَكِنْ أَبْكِي أَنَّ الْوَحْيَ قَدْ انْقَطَعَ مِنْ السَّمَاءِ فَهَيَّجَتْهُمَا عَلَى الْبُكَاءِ فَجَعَلَا يَبْكِيَانِ مَعَهَا
Dari Anas dia berkata; Tidak lama setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat, Abu Bakar berkata kepada Umar; 'Ikutlah dengan kami menuju ke rumah Ummu Aiman untuk mengunjunginya sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengunjunginya. Dan ketika kami telah sampai di tempatnya, Ummu Aiman pun menangis. Lalu mereka berdua berkata kepadanya; Kenapa kau menangisi beliau, bukankah apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam? Ia menjawab: Bukanlah aku menangis karena aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi RasulNya, akan tetapi aku menangis karena dengan wafatnya beliau berarti wahyu dari langit telah terputus. Ummu Aiman pun membuat mereka berdua bersedih dan akhirnya mereka berduapun menangis bersamanya. [HR Muslim]
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام وَا كَرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ الْيَوْمِ فَلَمَّا مَاتَ قَالَتْ يَا أَبَتَاهُ أَجَابَ رَبًّا دَعَاهُ يَا أَبَتَاهْ مَنْ جَنَّةُ الْفِرْدَوْسِ مَأْوَاهْ يَا أَبَتَاهْ إِلَى جِبْرِيلَ نَنْعَاهْ فَلَمَّا دُفِنَ قَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام يَا أَنَسُ أَطَابَتْ أَنْفُسُكُمْ أَنْ تَحْثُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التُّرَابَ
Dari Anas dia berkata; Tatkala sakit Nabi shallallahu 'alaihi wasallam semakin parah hingga beliau hampir pingsan, Fatimah Alaihas Salam berkata; "Wahai betapa parahnya sakit ayahku! Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya; Ayahmu tidak akan sakit parah lagi setelah hari ini. Dan tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah wafat, Fatimah berkata; 'wahai ayahku yang telah memenuhi panggilan Rabbnya, ' wahai ayahku yang surga firdaus adalah tempat kembalinya, wahai ayahku yang kepada Jibril 'alaihissalam kami memberitahukan kematiannya. Dan tatkala telah dikuburkan, Fatimah Alaihis Salam berkata; "Wahai Anas, apakah engkau tidak merasa canggung menaburi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan tanah?." [HR Bukhori]
Dalam surat yasin Alloh mengisahkan perkataan seorang beriman setelah berada di alam kubur :
قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قاَلَ يَا قَوْمِي يَعْلَمُوْنَ بِماَ غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ
26. Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke syurga" (1265). ia berkata: "Alangkah baiknya Sekiranya kamumku mengetahui.
27. Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku Termasuk orang-orang yang dimuliakan". [yasin : 26-27]
[1265] Menurut riwayat, laki-laki itu dibunuh oleh kaumnya setelah ia mengucapkan kata-katanya sebagai nasihat kepada kaumnya sebagaimana tersebut dalam ayat 20 s/d 25. ketika Dia akan meninggal. Malaikat turun memberitahukan bahwa Allah telah mengampuni dosanya dan Dia akan masuk syurga.
Kematian, bagi sebagian besar manusia adalah peristiwa yang menakutkan yang seandainya ada cara untuk menghindarinya tentu kita akan melakukannya. Betapa tidak ? Mati berarti kita akan berpisah dengan orang-orang yang kita cintai, yang akhirnya kita akan diletakkan di tanah, dipendam dan selanjutnya akan ditinggalkan sendirian sampai batas waktu yang kita tidak mengetahuinya selain Alloh. Kitapun membayangkan betapa tubuh kita membusuk dan tinggallah tulang belulang yang manusia tidak ada yang mengenalinya lagi.
Kalau kita mengamati dengan seksama terhadap ayat-ayat alquran dan hadits maka kita akan mendapati keterangan yang banyak bahwa justru kematian adalah kehidupan baru yang sangat menyenangkan bagi orang beriman. Bahkan itu terjadi dimulai semenjak menjelang kematian sebagaimana firman Alloh :
إنَّ الّذِيْنَ قاَلُوْا رَبُّناَ الله ثُمَّ اسْتَقاَمُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلإِكَةُ ألاَّ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا وَأبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِى كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ نَحْنُ أوْلِيَاءُكُمْ فِى الْحَياَةِ الدُّنْيَا وَفِى الأخِرَةِ وَلَكُمْ فِيْهَا ماَ تَشْتَهِيْهِ أنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيْهَا ماَ تَدَّعُوْنَ نُزُلاً مِنْ غَفُوْرٍ رَحِيْمٍ
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka di saat menjelang kematiannya dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
32. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [fushilat : 30-32]
Kebahagian itupun berlanjut di saat si mayit di antar ke pekuburan hingga akhirnya dikebumikan. Di bawah ini beberapa dalil tentang kebahagian mereka :
عَنْ أبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ
Dari Abu Sa'id AL Khudriy radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para laki-laki di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk orang shalih (semasa hidupnya) maka dia (jenazah tersebut) berkata; "Bersegeralah kalian (membawa aku). Dan jika ia bukan dari orang shalih, maka dia akan berkata; "Celaka, kemana mereka akan membawanya?. Suara jenazah itu akan didengar oleh setiap makhluq kecuali manusia dan seandainya manusia mendengarnya, tentu dia jatuh pingsan". [HR Ahmad, Bukhori dan Nsa’i]
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِيٍّ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ فَقَالَ مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
Dari Abu Qatadah bin Rib'i Al Anshari, ia menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam pernah dilewati jenazah, kemudian beliau bersabda: "Telah tiba gilirannya seorang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman". Para sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah, apa maksud anda ada orang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman? ' Jawab Nabi: "seorang hamba yang mukmin akan memperoleh kenyamanan dari kelelahan dunia dan kesulitan-kesulitannya menuju rahmat Allah, sebaliknya hamba yang jahat, manusia, negara, pepohonan atau hewan menjadi nyaman karena kematiannya." [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Malik dan Nasa’i]
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعُمَرَ انْطَلِقْ بِنَا إِلَى أُمِّ أَيْمَنَ نَزُورُهَا كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُورُهَا فَلَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَيْهَا بَكَتْ فَقَالَا لَهَا مَا يُبْكِيكِ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ مَا أَبْكِي أَنْ لَا أَكُونَ أَعْلَمُ أَنَّ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَكِنْ أَبْكِي أَنَّ الْوَحْيَ قَدْ انْقَطَعَ مِنْ السَّمَاءِ فَهَيَّجَتْهُمَا عَلَى الْبُكَاءِ فَجَعَلَا يَبْكِيَانِ مَعَهَا
Dari Anas dia berkata; Tidak lama setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat, Abu Bakar berkata kepada Umar; 'Ikutlah dengan kami menuju ke rumah Ummu Aiman untuk mengunjunginya sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengunjunginya. Dan ketika kami telah sampai di tempatnya, Ummu Aiman pun menangis. Lalu mereka berdua berkata kepadanya; Kenapa kau menangisi beliau, bukankah apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam? Ia menjawab: Bukanlah aku menangis karena aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi RasulNya, akan tetapi aku menangis karena dengan wafatnya beliau berarti wahyu dari langit telah terputus. Ummu Aiman pun membuat mereka berdua bersedih dan akhirnya mereka berduapun menangis bersamanya. [HR Muslim]
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام وَا كَرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ الْيَوْمِ فَلَمَّا مَاتَ قَالَتْ يَا أَبَتَاهُ أَجَابَ رَبًّا دَعَاهُ يَا أَبَتَاهْ مَنْ جَنَّةُ الْفِرْدَوْسِ مَأْوَاهْ يَا أَبَتَاهْ إِلَى جِبْرِيلَ نَنْعَاهْ فَلَمَّا دُفِنَ قَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام يَا أَنَسُ أَطَابَتْ أَنْفُسُكُمْ أَنْ تَحْثُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التُّرَابَ
Dari Anas dia berkata; Tatkala sakit Nabi shallallahu 'alaihi wasallam semakin parah hingga beliau hampir pingsan, Fatimah Alaihas Salam berkata; "Wahai betapa parahnya sakit ayahku! Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya; Ayahmu tidak akan sakit parah lagi setelah hari ini. Dan tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah wafat, Fatimah berkata; 'wahai ayahku yang telah memenuhi panggilan Rabbnya, ' wahai ayahku yang surga firdaus adalah tempat kembalinya, wahai ayahku yang kepada Jibril 'alaihissalam kami memberitahukan kematiannya. Dan tatkala telah dikuburkan, Fatimah Alaihis Salam berkata; "Wahai Anas, apakah engkau tidak merasa canggung menaburi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan tanah?." [HR Bukhori]
Dalam surat yasin Alloh mengisahkan perkataan seorang beriman setelah berada di alam kubur :
قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قاَلَ يَا قَوْمِي يَعْلَمُوْنَ بِماَ غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ
26. Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke syurga" (1265). ia berkata: "Alangkah baiknya Sekiranya kamumku mengetahui.
27. Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku Termasuk orang-orang yang dimuliakan". [yasin : 26-27]
[1265] Menurut riwayat, laki-laki itu dibunuh oleh kaumnya setelah ia mengucapkan kata-katanya sebagai nasihat kepada kaumnya sebagaimana tersebut dalam ayat 20 s/d 25. ketika Dia akan meninggal. Malaikat turun memberitahukan bahwa Allah telah mengampuni dosanya dan Dia akan masuk syurga.
Langganan:
Postingan (Atom)