Dunia tidak membutuhkan orang yang islamnya setengah-setengah
Pandangan Abu A’la Almaududi 30
Muslim kaffah dan muslim setengah-setengah sungguh berbeda kendati secara hukum kedua-duanya termasuk dalam sebutan umat islam dan kata islam mungkin diterapkan kepada keduanya dengan derajat yang sama. Akan tetapi sesungguhnya dalam sejarah islam, macam orang islam setengah-setengah tidak pernah menghasilkan apa-apa yang patut dibanggakan.
Mereka tidak pernah berbuat sesuatu yang meninggalkan jejak islam dalam sejarah dunia, dunia belum pernah meresakan bobot orang-orang macam ini, sebaliknya merekalah yang menyebabkan runtuhnya islam. Maka kekuasaan atas pengaturan system ke dunia ini beralih ke tangan orang-orang kafir dan orang-orang islam terkuasai olehnya.
Orang seperti ini sudah merasa cukup puas dengan kebebasan beragama yang ia anut dalam arti yang sempit. Sungguh Alloh tidak pernah menghendaki adanya orang-orang islam macam ini. Alloh tidak pernah mengutus RosulNya dan tidak pernah menurunkan kitabNya untuk mengembangkan orang islam seperti ini.
Justru dengan tidak adanya orang-orang seperti ini maka umat manusia tidak akan mengalami kerusakan yang memerlukan diutusnya para rosul.
Islam kaafah dan islam setengah-setengah
Islam kaafah dan islam setengah-setengah
Pandangan Abu A’la Almaududi 29
Islam setengah-setengah adalah orang yang mengaku beriman kepada Alloh dan rosulNya, ia terima islam sebagai agamanya tetapi yang bersangkutan memperlakukan islam hanya sebagai suatu bagian saja dari kehidupan mereka.
Dari satu segi pada diri mereka tampak pernyataan hubungan dengan islam, banyaknya ibadah, pemakaian tasbih, menjauhi makanan yang haram dan lain sebagainya. Akan tetapi dari sisi lain sikap hidup mereka sama sekali tidak mencerminkan sebagai muslim.
Memusuhi pihak lain tidak didasarkan oleh permusuhan karena Alloh melainkan karena semata mengejar keuntungan dunia, masalah bisnis termasuk mengatur anak dan istri semua lepaskan dari ajaran islam. Sebagai lurah, pedagang, tentara dan presiden, dalam semua bidang ini kedudukan mereka adalah bebas dan tidak berhubungan dengan kedudukan mereka sebagai muslim.
Akhirnya orang-orang seperti ini akan berkumpul mendirikan lembaga-lembaga kebudayaan, pendidikan, politik yang praktis terlepas dari ajaran islam.
Sementara islam kaffah adalah orang-orang yang meleburkan sepenuhnya ke dalam islam. Peranan sebagai ayah, suami, istri, anak, pejabat pemerintah mencerminkan sebagai muslim. Ideologi, pendapat-pendapat, kecenderungan dan wataknya semua terlebur dalam ajaran islam. Islam sepenuhnya mempengaruhi hati, pikiran, mata, telinga, perut termasuk alat sexualnya. Bila ia berperang dan memusuhi pihak lain itu dilakukan semata-mata karena islam.
Sikap-sikap tersebut tidak hanya terbatas pada individu-individu semata melainkan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat mereka
Pandangan Abu A’la Almaududi 29
Islam setengah-setengah adalah orang yang mengaku beriman kepada Alloh dan rosulNya, ia terima islam sebagai agamanya tetapi yang bersangkutan memperlakukan islam hanya sebagai suatu bagian saja dari kehidupan mereka.
Dari satu segi pada diri mereka tampak pernyataan hubungan dengan islam, banyaknya ibadah, pemakaian tasbih, menjauhi makanan yang haram dan lain sebagainya. Akan tetapi dari sisi lain sikap hidup mereka sama sekali tidak mencerminkan sebagai muslim.
Memusuhi pihak lain tidak didasarkan oleh permusuhan karena Alloh melainkan karena semata mengejar keuntungan dunia, masalah bisnis termasuk mengatur anak dan istri semua lepaskan dari ajaran islam. Sebagai lurah, pedagang, tentara dan presiden, dalam semua bidang ini kedudukan mereka adalah bebas dan tidak berhubungan dengan kedudukan mereka sebagai muslim.
Akhirnya orang-orang seperti ini akan berkumpul mendirikan lembaga-lembaga kebudayaan, pendidikan, politik yang praktis terlepas dari ajaran islam.
Sementara islam kaffah adalah orang-orang yang meleburkan sepenuhnya ke dalam islam. Peranan sebagai ayah, suami, istri, anak, pejabat pemerintah mencerminkan sebagai muslim. Ideologi, pendapat-pendapat, kecenderungan dan wataknya semua terlebur dalam ajaran islam. Islam sepenuhnya mempengaruhi hati, pikiran, mata, telinga, perut termasuk alat sexualnya. Bila ia berperang dan memusuhi pihak lain itu dilakukan semata-mata karena islam.
Sikap-sikap tersebut tidak hanya terbatas pada individu-individu semata melainkan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat mereka
Dunia adalah ladang akhirat
Pandangan Abu A’la Almaududi (28)
الدّ‘نْيَا مَزْرَعَةُ الأخِرَةِ
Dunia adalah ladang akhirat
Ini berarti bahwa dunia dan akhirat bukanlah dua hal yang terpisah melainkan suatu proses yang berkesinambungan yang awalnya adalah dunia dan akhirnya adalah akhirat. Hubungan keduanya ibarat menanam dan menuai. Anda membajak sawah, menabur benih lalu mengairinya selanjutnya merawat tanaman hingga musim panen tiba. Usai menuainya anda akan merasakan hasilnya.
Bila anda menanam gandum maka akan menghasilkan gandum, bila anda menanam duri tentu yang tumbuh adalah duri dan bila tidak ada yang ditanam maka tidak akan ada yang tumbuh. Kesalahan apapun ketika merawat tanaman bisa kita lihat akibatnya di saat anda menuai. Akan tetapi bila pengelolaanya tepat sesuai aturannya pastilah anda akan ketahui pada saat menuainya pula.
Bila seseorang menanam tanaman amal baik selama di dunia maka di akhirat nanti ia akan menikmati buah hasilnya dengan baik pula. Sebaliknya bila di dunia ia senantiasa menebarkan duri maka ia akan mendapat hasil dari jenis tanaman yang sama. Di akhirat ia tidak akan mendapat kesempatan untuk menebus ketololannya dalam menanam tanaman selama di dunia.
Setelah memahami pokok masalah ini menjadi jelaslah nasib akhir antara si kafir dan si muslim dan itu bukanlah tanpa alasan yang kuat. Sesungguhnyalah perbedaan yang timbul pada akhir kisah hidup mereka adalah buah dari perbedaan antara mereka sejak semula. Apabila tidak ada perbedaan antara ilmu dan amal mereka tentulah tidak aka ada perbedaan nasib akhir antara mereka.
الدّ‘نْيَا مَزْرَعَةُ الأخِرَةِ
Dunia adalah ladang akhirat
Ini berarti bahwa dunia dan akhirat bukanlah dua hal yang terpisah melainkan suatu proses yang berkesinambungan yang awalnya adalah dunia dan akhirnya adalah akhirat. Hubungan keduanya ibarat menanam dan menuai. Anda membajak sawah, menabur benih lalu mengairinya selanjutnya merawat tanaman hingga musim panen tiba. Usai menuainya anda akan merasakan hasilnya.
Bila anda menanam gandum maka akan menghasilkan gandum, bila anda menanam duri tentu yang tumbuh adalah duri dan bila tidak ada yang ditanam maka tidak akan ada yang tumbuh. Kesalahan apapun ketika merawat tanaman bisa kita lihat akibatnya di saat anda menuai. Akan tetapi bila pengelolaanya tepat sesuai aturannya pastilah anda akan ketahui pada saat menuainya pula.
Bila seseorang menanam tanaman amal baik selama di dunia maka di akhirat nanti ia akan menikmati buah hasilnya dengan baik pula. Sebaliknya bila di dunia ia senantiasa menebarkan duri maka ia akan mendapat hasil dari jenis tanaman yang sama. Di akhirat ia tidak akan mendapat kesempatan untuk menebus ketololannya dalam menanam tanaman selama di dunia.
Setelah memahami pokok masalah ini menjadi jelaslah nasib akhir antara si kafir dan si muslim dan itu bukanlah tanpa alasan yang kuat. Sesungguhnyalah perbedaan yang timbul pada akhir kisah hidup mereka adalah buah dari perbedaan antara mereka sejak semula. Apabila tidak ada perbedaan antara ilmu dan amal mereka tentulah tidak aka ada perbedaan nasib akhir antara mereka.
Setiap amal pasti ada tujuan
Setiap amal pasti ada tujuan
Pandangan Abu A’la Almaududi (27)
Anda semua tahu bahwa pekerjaan apapun yang dilakukan seseorang pasti ada tujuan atau keuntungan yang akan diraihnya. Manusia tak akan melakukan sesuatu yang tidak berujuang pada manfaat.
Anda minum karena ingin menghilangkan rasa haus. Apabila setelah minum anda tetap saja merasa haus tentulah anda tidak akan meminumnya, karena hal itu tidak ada gunanya. Demikian juga pada aktivitas makan.
Ketika sakit, kenapa anda meminum obat ? Karena anda ingin bebas dari penyakit dan kembali sehat. Akan tetapi bila setelah meminum obat ternyata keadaan anda sama seperti semula, maka anda akan mengatakan bahwa usaha pengobatan tidak ada gunanya.
Mengapa anda bercocok tanam ? karena ingin menghasilkan hasil bumi seperti buah-buahan dan sayuran. Akan tetapi kalau ternyata tidak ada satupun yang tumbuh setelah menyebar benih tentulah anda tidak mau untuk bekerja keras untuk membajak sawah, menabur benih dan mengairi tanaman.
Pendeknya pekerjaan apapun yang anda lakukan di dunia ini selalu ada maksud dan tujuannya. Bila tujuan tidak bisa dicapai anda akan mengatakan bahwa pekerjaan itu sia-sia.
Dari contoh-contoh di atas muncul pertanyaan “ untuk apa anda mengucapkan syahadat ? “ jawabannya adalah untuk menghasilkan perbedaan antara muslim dan kafir. Apa perbedaan antara keduanya ? Apakah karena si kafir memiliki satu kepala sementara si muslim memiliki dua kepala, ataukah karena si kafir mempunyai dua telinga sementara si muslim mempunyai empat telinga ? Tentunya bukan itu maksudnya.
Perbedaan itu baru terlihat ketika ada hasilnya yang jelas. Si kafir akan mendapatkan hasil dari kekafirannya sementara si muslim akan mendapatkan hasil dari keislamannya. Hasil dari kekafiran adalah kemurkaan Alloh dan kesengsaraan di akhirat yang tidak berujung sementara hasil buah hidup seorang muslim adalah keridloan Alloh dan kemuliaan di akhirat.
Pandangan Abu A’la Almaududi (27)
Anda semua tahu bahwa pekerjaan apapun yang dilakukan seseorang pasti ada tujuan atau keuntungan yang akan diraihnya. Manusia tak akan melakukan sesuatu yang tidak berujuang pada manfaat.
Anda minum karena ingin menghilangkan rasa haus. Apabila setelah minum anda tetap saja merasa haus tentulah anda tidak akan meminumnya, karena hal itu tidak ada gunanya. Demikian juga pada aktivitas makan.
Ketika sakit, kenapa anda meminum obat ? Karena anda ingin bebas dari penyakit dan kembali sehat. Akan tetapi bila setelah meminum obat ternyata keadaan anda sama seperti semula, maka anda akan mengatakan bahwa usaha pengobatan tidak ada gunanya.
Mengapa anda bercocok tanam ? karena ingin menghasilkan hasil bumi seperti buah-buahan dan sayuran. Akan tetapi kalau ternyata tidak ada satupun yang tumbuh setelah menyebar benih tentulah anda tidak mau untuk bekerja keras untuk membajak sawah, menabur benih dan mengairi tanaman.
Pendeknya pekerjaan apapun yang anda lakukan di dunia ini selalu ada maksud dan tujuannya. Bila tujuan tidak bisa dicapai anda akan mengatakan bahwa pekerjaan itu sia-sia.
Dari contoh-contoh di atas muncul pertanyaan “ untuk apa anda mengucapkan syahadat ? “ jawabannya adalah untuk menghasilkan perbedaan antara muslim dan kafir. Apa perbedaan antara keduanya ? Apakah karena si kafir memiliki satu kepala sementara si muslim memiliki dua kepala, ataukah karena si kafir mempunyai dua telinga sementara si muslim mempunyai empat telinga ? Tentunya bukan itu maksudnya.
Perbedaan itu baru terlihat ketika ada hasilnya yang jelas. Si kafir akan mendapatkan hasil dari kekafirannya sementara si muslim akan mendapatkan hasil dari keislamannya. Hasil dari kekafiran adalah kemurkaan Alloh dan kesengsaraan di akhirat yang tidak berujung sementara hasil buah hidup seorang muslim adalah keridloan Alloh dan kemuliaan di akhirat.
Orang kafir tidak pernah bahagia
Orang kafir tidak pernah bahagia
Pandangan Abu A’la Almaududi (26)
Anda mengira bahwa orang kafir hidup bahagia di dunia ? sungguh ini tidak benar. Mereka tidak pernah sejahtera dari dulu hingga sekarang. Perkiraan anda mereka hidup bahagia hanya dengan melihat kekayaan mereka yang melimpah ruah, banyaknya barang mewah yang mereka miliki dan pesona lahiriah lain.
Cobalah tengok batin mereka, berapa banyak di antara mereka yang menikmati kedamaian batin. Hidup mereka memang bergelimpangan barang-barang mewah akan tetapi batin mereka ibarat tungku-tungku membara yang tak pernah memberikan ketenangan batin sama sekali. Ketidakpatuhan terhadap Alloh menyebabkan ruh-ruh mereka sebagai neraka.
Silahkan baca di media-media. Betapa meluasnya bunuh diri di Eropa dan Amerika. Perceraianpun tersebar luas. Penyakit kelamin telah menghancurkan berjuta-juta orang. Dengki dan kejahatan membuat mereka saling serang dan saling bermusuhan. Di kota-kota terdapat kemegahan ibarat surga akan tetapi di dalamnya menyimpan berjuta manusia yang tenggelam dalam kesengsaraan.
Pandangan Abu A’la Almaududi (26)
Anda mengira bahwa orang kafir hidup bahagia di dunia ? sungguh ini tidak benar. Mereka tidak pernah sejahtera dari dulu hingga sekarang. Perkiraan anda mereka hidup bahagia hanya dengan melihat kekayaan mereka yang melimpah ruah, banyaknya barang mewah yang mereka miliki dan pesona lahiriah lain.
Cobalah tengok batin mereka, berapa banyak di antara mereka yang menikmati kedamaian batin. Hidup mereka memang bergelimpangan barang-barang mewah akan tetapi batin mereka ibarat tungku-tungku membara yang tak pernah memberikan ketenangan batin sama sekali. Ketidakpatuhan terhadap Alloh menyebabkan ruh-ruh mereka sebagai neraka.
Silahkan baca di media-media. Betapa meluasnya bunuh diri di Eropa dan Amerika. Perceraianpun tersebar luas. Penyakit kelamin telah menghancurkan berjuta-juta orang. Dengki dan kejahatan membuat mereka saling serang dan saling bermusuhan. Di kota-kota terdapat kemegahan ibarat surga akan tetapi di dalamnya menyimpan berjuta manusia yang tenggelam dalam kesengsaraan.
Kenapa umat islam tidak berkuasa di muka bumi ?
Kenapa umat islam tidak berkuasa di muka bumi ?
Pandangan Abu A’la Almaududi (25)
Kalimat thoyyibah adalah laa ilaaha illalloh sedangkan kalimat khobitsah adalah kalimat kekufuran. Pertanyaan yang muncul adalah kenapa pendukung kalimat thoyyibah tidak berjaya di muka bumi sedang pendukung kalimat khobitsah hidupnya makmur ?
Kenyataan pendukung kalimat thoyyibah tidak berjaya itu tidaklah benar. Beriman kepada kalimat thoyyibah tidak hanya di mulut saja, iman itu harus berakar dalam hati sanubari dengan demikian akan membuat seluruh perbuatan manusia sesuai dengan iman tersebut.
Marilah kita koreksi bersama kenyataan yang ada pada kita bersama :
• Bukankah masih banyak di antara kita yang mengesampingkan hukum Alloh lalu dengan senang hati mengikuti hukum buatan manusia ?
• Bukankah di antara kita dengan terang-terangan menolak untuk mengikuti syariat islam dengan mengambil hukum adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat ?
• Tidakkah kita bekerja bersusah payah untuk mengambil hati orang kafir sementara lupa untuk mengejar keridloan Alloh ?
• Tidakkah kita takut akan kemarahan orang kafir akan tetapi tidak takut akan kemurkaan Alloh ?
• Ternyata masih banyak di antara kita mengatakan bahwa pemerintahan kafir adalah sah dan lupa atau tidak tahu bahwa Alloh memerintahkan kita untuk mendirikan pemerintahan yang berdasarkan hukum Alloh.
Bila ini adalah satu kenyataan yang ada pada diri kita, maka dengan muka yang mana anda menyatakan bahwa anda telah beriman dengan kalimat thoyyibah sementara anda tidak Berjaya di muka bumi.
Pandangan Abu A’la Almaududi (25)
Kalimat thoyyibah adalah laa ilaaha illalloh sedangkan kalimat khobitsah adalah kalimat kekufuran. Pertanyaan yang muncul adalah kenapa pendukung kalimat thoyyibah tidak berjaya di muka bumi sedang pendukung kalimat khobitsah hidupnya makmur ?
Kenyataan pendukung kalimat thoyyibah tidak berjaya itu tidaklah benar. Beriman kepada kalimat thoyyibah tidak hanya di mulut saja, iman itu harus berakar dalam hati sanubari dengan demikian akan membuat seluruh perbuatan manusia sesuai dengan iman tersebut.
Marilah kita koreksi bersama kenyataan yang ada pada kita bersama :
• Bukankah masih banyak di antara kita yang mengesampingkan hukum Alloh lalu dengan senang hati mengikuti hukum buatan manusia ?
• Bukankah di antara kita dengan terang-terangan menolak untuk mengikuti syariat islam dengan mengambil hukum adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat ?
• Tidakkah kita bekerja bersusah payah untuk mengambil hati orang kafir sementara lupa untuk mengejar keridloan Alloh ?
• Tidakkah kita takut akan kemarahan orang kafir akan tetapi tidak takut akan kemurkaan Alloh ?
• Ternyata masih banyak di antara kita mengatakan bahwa pemerintahan kafir adalah sah dan lupa atau tidak tahu bahwa Alloh memerintahkan kita untuk mendirikan pemerintahan yang berdasarkan hukum Alloh.
Bila ini adalah satu kenyataan yang ada pada diri kita, maka dengan muka yang mana anda menyatakan bahwa anda telah beriman dengan kalimat thoyyibah sementara anda tidak Berjaya di muka bumi.
Kita semua milik Alloh
Kita semua milik Alloh
Pandangan Abu A’la Almaududi (24)
Ketika kita mengakui Alloh sebagai rob berarti bahwa hidup anda bukan milik anda sendiri melainkan milik Alloh. Tangan, mata, mulut dan seluruh anggota tubuh bukan milik anda pula. Sawah yang anda bajak dan kerbau yang membantu anda semuanya hanyalah milik Alloh. Setelah mengetahui hal ini anda tidak berhak mengatakan “ hidup adalah milik saya, harta benda milik saya, ini dan itu milik saya “ Berani menyatakan bahwa andalah pemilik dari sesuatu setelah menyatakan bahwa pemiliknya adalah orang lain adalah suatu hal yang tidak masuk akal.
Bila anda dengan jujur telah menyatakan bahwa Allohlah Pemilik segala sesuatu maka dua hal yang harus anda ketahui, yang pertama : bahwa apabila segala sesuatu semuanya adalah milik Alloh dan anda hanyalah orang yang dipercayai untuk mempergunakan segala sesuatu yang diberikanNya kepada anda maka anda harus menggunakannya secara betul-betul sesuai perintah pemiliknya.
Yang kedua bila anda menggunakannya dengan cara yang bertentangan dengan kehendak Pemiliknya berarti anda telah menipuNya terang-terangan, padahal anda bahkan tidak berhak menggerakkan kaki dan tangan anda dengan cara yang berlawanan dengan kehendakNya. Anda tidak boleh memasukkan sesuatu ke dalam perut anda yang bertentangan dengan kehendakNya. Istri dan anak yang kata anda adalah milik anda, mereka menjadi milik anda hanyalah karena diberikan oleh Alloh.
Bila anda melakukan hal-hal yang bertentangan dengan petunjukNya bererti anda telah merampas hak Alloh sebagaimana anda menyebut orang yang menguasai tanah orang lain tanpa hak sebagai perampas maka demikian pula halnya anda akan disebut sebagai perampas bila anda menganggap pemberian Alloh sebagai hak milik anda dan mempergunakannya menurut kemauan anda sendiri.
Pandangan Abu A’la Almaududi (24)
Ketika kita mengakui Alloh sebagai rob berarti bahwa hidup anda bukan milik anda sendiri melainkan milik Alloh. Tangan, mata, mulut dan seluruh anggota tubuh bukan milik anda pula. Sawah yang anda bajak dan kerbau yang membantu anda semuanya hanyalah milik Alloh. Setelah mengetahui hal ini anda tidak berhak mengatakan “ hidup adalah milik saya, harta benda milik saya, ini dan itu milik saya “ Berani menyatakan bahwa andalah pemilik dari sesuatu setelah menyatakan bahwa pemiliknya adalah orang lain adalah suatu hal yang tidak masuk akal.
Bila anda dengan jujur telah menyatakan bahwa Allohlah Pemilik segala sesuatu maka dua hal yang harus anda ketahui, yang pertama : bahwa apabila segala sesuatu semuanya adalah milik Alloh dan anda hanyalah orang yang dipercayai untuk mempergunakan segala sesuatu yang diberikanNya kepada anda maka anda harus menggunakannya secara betul-betul sesuai perintah pemiliknya.
Yang kedua bila anda menggunakannya dengan cara yang bertentangan dengan kehendak Pemiliknya berarti anda telah menipuNya terang-terangan, padahal anda bahkan tidak berhak menggerakkan kaki dan tangan anda dengan cara yang berlawanan dengan kehendakNya. Anda tidak boleh memasukkan sesuatu ke dalam perut anda yang bertentangan dengan kehendakNya. Istri dan anak yang kata anda adalah milik anda, mereka menjadi milik anda hanyalah karena diberikan oleh Alloh.
Bila anda melakukan hal-hal yang bertentangan dengan petunjukNya bererti anda telah merampas hak Alloh sebagaimana anda menyebut orang yang menguasai tanah orang lain tanpa hak sebagai perampas maka demikian pula halnya anda akan disebut sebagai perampas bila anda menganggap pemberian Alloh sebagai hak milik anda dan mempergunakannya menurut kemauan anda sendiri.
Setelah syahadat
Setelah syahadat
Pandangan Abu A’la Almaududi (23)
Ketika anda mengucapkan laa ilaaha illalloh maka setelah itu anda perlu tahu apa saja yang perintahkan buat kita, amalan apa saja yang kalau kita lakukan menyebabkan Alloh ridlo, hal-hal apa saja yang dibenci Alloh dan aturan hidup mana yang harus anda ikuti untuk memperoleh ampunanNya.
Ketika anda mengucapkan muhammadan rosuululloh maka setelah itu anda harus tahu aturan dan hukum yang disampaikan nabi dan menolak aturan yang bertentangan dengannya.
Bila setelah itu ternyata anda mengikuti aturan selain yang sudah ditetapkan oleh keduanya dengan mengikuti aturan yang dibuat manusia maka anda adalah penipu yang besar di dunia ini. Kenapa ? karena setelah ikrar ini anda telah dinyatakan sebagai saudara bagi muslim,menerima warisan dari orang tua anda yang muslim termasuk ada hak bagi anda untuk menikahi wanita muslimah. Tidak hanya itu bahkan bila anda ternyata miskin maka anda berhak untuk mendapat zakat dari muslim lainnya.
Bila setelah anda mendapatkan ini semua ternyata anda berdusta dengan kalimat tauhid yang sudah anda ikrarkan maka keculasan apalagi yang lebih besar dari apa anda lakukan ?
Pandangan Abu A’la Almaududi (23)
Ketika anda mengucapkan laa ilaaha illalloh maka setelah itu anda perlu tahu apa saja yang perintahkan buat kita, amalan apa saja yang kalau kita lakukan menyebabkan Alloh ridlo, hal-hal apa saja yang dibenci Alloh dan aturan hidup mana yang harus anda ikuti untuk memperoleh ampunanNya.
Ketika anda mengucapkan muhammadan rosuululloh maka setelah itu anda harus tahu aturan dan hukum yang disampaikan nabi dan menolak aturan yang bertentangan dengannya.
Bila setelah itu ternyata anda mengikuti aturan selain yang sudah ditetapkan oleh keduanya dengan mengikuti aturan yang dibuat manusia maka anda adalah penipu yang besar di dunia ini. Kenapa ? karena setelah ikrar ini anda telah dinyatakan sebagai saudara bagi muslim,menerima warisan dari orang tua anda yang muslim termasuk ada hak bagi anda untuk menikahi wanita muslimah. Tidak hanya itu bahkan bila anda ternyata miskin maka anda berhak untuk mendapat zakat dari muslim lainnya.
Bila setelah anda mendapatkan ini semua ternyata anda berdusta dengan kalimat tauhid yang sudah anda ikrarkan maka keculasan apalagi yang lebih besar dari apa anda lakukan ?
Mitsaq (perjanjian antara kita dengan Alloh)
Mitsaq (perjanjian antara kita dengan Alloh)
Pandangan Abu A’la Almaududi 22
Ketika anda mengikrarkan kalimat laa ilaaha illalloh berarti anda telah berjanji bahwa satu-satunya yang berhak untuk diibadahi hanya Alloh. Bila anda melanggar perjanjian ini maka tangan, kaki, kulit dan seluruh anggota tubuh akan menjadi saksi di depan pengadilan Alloh pada hari kiamat. Dimana tidak ada satu orang pembelapun yang bisa memberi keringanan atas kedustaan anda. Bahkan para pengacara dan pembela yang dalam pengadilan dunia bisa mempermainkan celah-celah hukum akan diadili pula seperti anda tanpa memiliki satupun pembela.
Pengadilan akhirat bukanlah semacam pengadilan yang akan membebaskan anda berdasarkan permohonan-permohonan yang tidak mempunyai dasar kuat, sumpah dan dokumen palsu. Di dunia ini anda bisa menyembunyikan kejahatan anda dari pengetahuan polisi dunia akan tetapi anda tidak bisa berbuat demikian terhadap polisi Alloh (malaikat). Polisi dunia bisa disuap sedang polisi Alloh tidak demikian. Seorang saksi di dunia bisa memberikan bukti-bukti palsu tetapi saksi di akhirat sama sekali tidak bisa melakukannya. Barangsiapa yang telah dijebloskan ke penjara Alloh (neraka) maka tidak bisa melarikan diri.
Adalah tolol sekali bahkan ketololan yang paling besar bila anda membuat perjanjian palsu dengan Alloh. Karena itu sebelum mengucapkan perjanjian ini (kalimat tauhid) anda mesti berpikir dengan cermat dan setelah anda mengucapkannya andapun harus memenuhinya dengan cermat pula. Kalau anda memang keberatan untuk memenuhi perjanjian itu lebih baik anda tidak usah membuatnya sama sekali karena tidak ada seorangpun yang memaksa anda untuk mengucapkannya.
Pandangan Abu A’la Almaududi 22
Ketika anda mengikrarkan kalimat laa ilaaha illalloh berarti anda telah berjanji bahwa satu-satunya yang berhak untuk diibadahi hanya Alloh. Bila anda melanggar perjanjian ini maka tangan, kaki, kulit dan seluruh anggota tubuh akan menjadi saksi di depan pengadilan Alloh pada hari kiamat. Dimana tidak ada satu orang pembelapun yang bisa memberi keringanan atas kedustaan anda. Bahkan para pengacara dan pembela yang dalam pengadilan dunia bisa mempermainkan celah-celah hukum akan diadili pula seperti anda tanpa memiliki satupun pembela.
Pengadilan akhirat bukanlah semacam pengadilan yang akan membebaskan anda berdasarkan permohonan-permohonan yang tidak mempunyai dasar kuat, sumpah dan dokumen palsu. Di dunia ini anda bisa menyembunyikan kejahatan anda dari pengetahuan polisi dunia akan tetapi anda tidak bisa berbuat demikian terhadap polisi Alloh (malaikat). Polisi dunia bisa disuap sedang polisi Alloh tidak demikian. Seorang saksi di dunia bisa memberikan bukti-bukti palsu tetapi saksi di akhirat sama sekali tidak bisa melakukannya. Barangsiapa yang telah dijebloskan ke penjara Alloh (neraka) maka tidak bisa melarikan diri.
Adalah tolol sekali bahkan ketololan yang paling besar bila anda membuat perjanjian palsu dengan Alloh. Karena itu sebelum mengucapkan perjanjian ini (kalimat tauhid) anda mesti berpikir dengan cermat dan setelah anda mengucapkannya andapun harus memenuhinya dengan cermat pula. Kalau anda memang keberatan untuk memenuhi perjanjian itu lebih baik anda tidak usah membuatnya sama sekali karena tidak ada seorangpun yang memaksa anda untuk mengucapkannya.
Iman tidak hanya di mulut
Iman tidak hanya di mulut
Pandangan Abu A’la Almaududi (21)
Seandainya anda menggigil karena udara dingin lalu anda meneriakkan kata-kata “kain, selimut ! kain, selimut ! “ maka kedinginan udara yang anda rasakan tidak akan berkurang meskipun anda meneriakkannya sejuta kali menggunakan tasbih. Akan tetapi bila anda mencari selembar kain untuk menyelimuti tubuh anda tentulah udara dingin itu akan hilang.
Seandainya anda merasakan haus laus berteriak sepanjang hari “ air ! air ! maka anda akan tetap merasakan haus. Akan tetapi bila anda mengambil segelas air dan meminumnya niscaya rasa haus itupun akan hilang.
Mengucapkan kalimat di mulut saja tidak akan menimbulkan perubahan yang demikian besar yang mampu merubah seorang kafir menjadi muslim, atau seorang yang kotor menjadi suci, atau seorang yang terkutuk menjadi orang yang dicintai Alloh, atau seorang calon ahlunnar menjadi ahluljannah.
Perubahan itu hanya mungkin terjadi bila anda lebih dahulu memahami makna kata-kata dalam kalimat tersebut. Anda juga harus memahami benar-benar bahwa dengan mengucapkannya anda telah berkomitmen yang sangat besar di hadapan alloh dan seluruh dunia. Setelah memahami ikrar itu maka pemahaman itu harus menguasai hidup anda. Dengan demikian anda tidak akan membiarkan satu idepun yang bertentangan dengan pikiran anda.
Setelah mengucapkan kalimat itu anda tidak akan bisa bebas untuk melakukan apa saja yang anda sukai. Dengan cara seperti itulah anda menjadi muslim sejati.
Pandangan Abu A’la Almaududi (21)
Seandainya anda menggigil karena udara dingin lalu anda meneriakkan kata-kata “kain, selimut ! kain, selimut ! “ maka kedinginan udara yang anda rasakan tidak akan berkurang meskipun anda meneriakkannya sejuta kali menggunakan tasbih. Akan tetapi bila anda mencari selembar kain untuk menyelimuti tubuh anda tentulah udara dingin itu akan hilang.
Seandainya anda merasakan haus laus berteriak sepanjang hari “ air ! air ! maka anda akan tetap merasakan haus. Akan tetapi bila anda mengambil segelas air dan meminumnya niscaya rasa haus itupun akan hilang.
Mengucapkan kalimat di mulut saja tidak akan menimbulkan perubahan yang demikian besar yang mampu merubah seorang kafir menjadi muslim, atau seorang yang kotor menjadi suci, atau seorang yang terkutuk menjadi orang yang dicintai Alloh, atau seorang calon ahlunnar menjadi ahluljannah.
Perubahan itu hanya mungkin terjadi bila anda lebih dahulu memahami makna kata-kata dalam kalimat tersebut. Anda juga harus memahami benar-benar bahwa dengan mengucapkannya anda telah berkomitmen yang sangat besar di hadapan alloh dan seluruh dunia. Setelah memahami ikrar itu maka pemahaman itu harus menguasai hidup anda. Dengan demikian anda tidak akan membiarkan satu idepun yang bertentangan dengan pikiran anda.
Setelah mengucapkan kalimat itu anda tidak akan bisa bebas untuk melakukan apa saja yang anda sukai. Dengan cara seperti itulah anda menjadi muslim sejati.
Apa yang terjadi setelah ikrar syahadat ?
Apa yang terjadi setelah ikrar syahadat ?
Pandangan Abu A’la Almaududi (20)
Dengan mengucapkan kalimat syahadat seseorang mengalami perubahan besar dari dalam dirinya. Dari seorang kafir menjadi seorang muslim. Sebelum mengucapkan kalimat ini ia adalah makhluq kotor dan sekarang ia telah menjadi seorang yang suci. Dari seorang yang pantas mendapat kemurkaan Alloh berubah menjadi orang yang dicintai Alloh.
Sebelumnya ia tercatat calon penghuni neraka sekarang pintu aljannah terbuka baginya.
Tidak sampai di sini saja, karena kalimat syahadat ini terjadi perubahan besar dalam hubungan antar manusia dengan manusia lain. Mereka yang mengikrarkan kalimat ini bersatu teguh dalam satu kelompok sedangkan yang menolaknya terkumpul dalam kelompok lain. Bila seorang ayah membaca kalimat ini sementara anaknya enggan untuk membacanya maka terputuslah hubungan antara keduanya sebagaimana putusnya hubungan antara Nuh alaihissalam dan Kan’am. Sang ayah bukan lagi ayah dari sang anak demikian juga sebaliknya. Sang anak tak berhak pula mendapat harta waris dari sang ayah. Bahkan ibu dan saudari perempuannya haruslah mengenakan jilbab di hadapannya.
Ini menunjukkan bahwa kalimat syahadat adalah satu fenomena yang dapat mempertalikan hubungan antara seseorang dengan orang lain yang sebelumnya belum saling kenal dan memutuskan hubungan kekeluargaan yang sebelumnya begitu kenal dan akrabnya. Kekuatan kalimat ini sungguhlah besar hingga mengalahkan kuatnya hubungan kekeluargaan dan darah.
Pandangan Abu A’la Almaududi (20)
Dengan mengucapkan kalimat syahadat seseorang mengalami perubahan besar dari dalam dirinya. Dari seorang kafir menjadi seorang muslim. Sebelum mengucapkan kalimat ini ia adalah makhluq kotor dan sekarang ia telah menjadi seorang yang suci. Dari seorang yang pantas mendapat kemurkaan Alloh berubah menjadi orang yang dicintai Alloh.
Sebelumnya ia tercatat calon penghuni neraka sekarang pintu aljannah terbuka baginya.
Tidak sampai di sini saja, karena kalimat syahadat ini terjadi perubahan besar dalam hubungan antar manusia dengan manusia lain. Mereka yang mengikrarkan kalimat ini bersatu teguh dalam satu kelompok sedangkan yang menolaknya terkumpul dalam kelompok lain. Bila seorang ayah membaca kalimat ini sementara anaknya enggan untuk membacanya maka terputuslah hubungan antara keduanya sebagaimana putusnya hubungan antara Nuh alaihissalam dan Kan’am. Sang ayah bukan lagi ayah dari sang anak demikian juga sebaliknya. Sang anak tak berhak pula mendapat harta waris dari sang ayah. Bahkan ibu dan saudari perempuannya haruslah mengenakan jilbab di hadapannya.
Ini menunjukkan bahwa kalimat syahadat adalah satu fenomena yang dapat mempertalikan hubungan antara seseorang dengan orang lain yang sebelumnya belum saling kenal dan memutuskan hubungan kekeluargaan yang sebelumnya begitu kenal dan akrabnya. Kekuatan kalimat ini sungguhlah besar hingga mengalahkan kuatnya hubungan kekeluargaan dan darah.
Konsekwensi kalimat syahadat
Konsekwensi kalimat syahadat
Pandangan Abu A’la Almaududi (19)
Ketika anda membaca laa ilaaha illalloh muhammadarrosuululloh berarti pada saat itu anda telah mengetahui bahwa hanya Allohlah yang anda patuhi, anda akui bahwa satu-satunya hukum milik Alloh dan hanya hal-hal yang benar menurut Alloh dan rosulNya sajalah yang benar bagi anda. Ini berarti bahwa begitu anda menjadi muslim anda telah mengorbankan kebebasan pribadi anda bagi Alloh.
Sebagai konsekwensinya anda telah kehilangan untuk berkata : pendapat saya adalah demikian, masyarakat melakukannya demikian, ini adalah kebiasaan saya turun-temurun, pak kyai berkata demikian dll.
Berhadapan dengan firman Alloh dan sabda rosulNya anda tidak boleh mengajukan alasan-alasan seperti itu. Kewajiban anda sekarang adalah menilai segala sesuatu berdasarkan alquran dan assunnah. Anda harus menerima apa yang sesuai dengan keduanya dan menolak apa saja yang bertentangan dengan keduanya, tak peduli apa kata orang dan apa yang mereka lakukan.
Adalah mengherankan bila anda di satu pihak menyatakan sebagai muslim sementara di pihak lain anda masih lebih menurutkan pendapat sendiri atau kebiasaan masyarakat.
Ikatan islam berarti menerima firman Alloh dan sabda rosulNya sebagai kriteria kebenaran dan memandang segala sesuatu yang bertentangan dengannya sebagai kebatilan. Barangsiapa yang keluar dari ketetapan ini berarti ia telah keluar dari islam walaupun ia masih menyebut dirinya sebagai muslim. Ia hanyalah penipu … … menipu dirinya dan orang lain
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أنْزَلَ الله فَأولئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. [almaidah : 440]
Pandangan Abu A’la Almaududi (19)
Ketika anda membaca laa ilaaha illalloh muhammadarrosuululloh berarti pada saat itu anda telah mengetahui bahwa hanya Allohlah yang anda patuhi, anda akui bahwa satu-satunya hukum milik Alloh dan hanya hal-hal yang benar menurut Alloh dan rosulNya sajalah yang benar bagi anda. Ini berarti bahwa begitu anda menjadi muslim anda telah mengorbankan kebebasan pribadi anda bagi Alloh.
Sebagai konsekwensinya anda telah kehilangan untuk berkata : pendapat saya adalah demikian, masyarakat melakukannya demikian, ini adalah kebiasaan saya turun-temurun, pak kyai berkata demikian dll.
Berhadapan dengan firman Alloh dan sabda rosulNya anda tidak boleh mengajukan alasan-alasan seperti itu. Kewajiban anda sekarang adalah menilai segala sesuatu berdasarkan alquran dan assunnah. Anda harus menerima apa yang sesuai dengan keduanya dan menolak apa saja yang bertentangan dengan keduanya, tak peduli apa kata orang dan apa yang mereka lakukan.
Adalah mengherankan bila anda di satu pihak menyatakan sebagai muslim sementara di pihak lain anda masih lebih menurutkan pendapat sendiri atau kebiasaan masyarakat.
Ikatan islam berarti menerima firman Alloh dan sabda rosulNya sebagai kriteria kebenaran dan memandang segala sesuatu yang bertentangan dengannya sebagai kebatilan. Barangsiapa yang keluar dari ketetapan ini berarti ia telah keluar dari islam walaupun ia masih menyebut dirinya sebagai muslim. Ia hanyalah penipu … … menipu dirinya dan orang lain
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أنْزَلَ الله فَأولئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. [almaidah : 440]
Ma’na seorang muslim
Ma’na seorang muslim
Pandangan Abu A’la Almaududi (18)
Islam adalah kepasrahan diri di bawah kekuasaan Alloh. Seseorang yang mempercayakan dirinya hanya kepada Alloh adalah seorang muslim. Sementara orang yang menyerahkan urusannya kepada dirinya sendiri atau kepada siapapun selain Alloh maka ia tidak berhak disebut muslim. Mempercayakan urusan kepada Alloh berarti menerima bimbingan Alloh yang diberikan melalui kitabNya dan bimbingan yang diberikan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam tanpa mengajukan keberatan sedikitpun kepada keduanya selanjutnya tanpa ragu-ragu lagi ia akan segera menolak apa saja yang menurut penilaiannya bertentangan dengan apa yang dikehendaki alloh dan rosulNya.
Sebaliknya orang tidaklah dinamakan sebagai muslim bila ia tidak bergantung kepada alquran dan sunnah rosul tetapi ia melakukan apa saja yang sesuai selera dirinya atau mengikuti apa yang diperbuat oleh nenek moyangnya dengan mengatakan “ ah, ini tidak sesuai dengan akal pikiran saya, karena itu saya tidak menerimanya “ atau “ karena ajaran quran ini tidak sesuai dengan ajaran nenek moyang saya maka saya tidak akan mengikutinya “ atau “ karena masyarakat seluruh dunia tidak menyetujui ajaran alquran dan sunnah maka saya tidak akan menyetujuinya “ Orang yang berpandangan seperti ini tidak layak disebut muslim dan bila ia menyatakan bahwa dirinya adalah muslim, ia hanyalah seorang pendusta.
Pandangan Abu A’la Almaududi (18)
Islam adalah kepasrahan diri di bawah kekuasaan Alloh. Seseorang yang mempercayakan dirinya hanya kepada Alloh adalah seorang muslim. Sementara orang yang menyerahkan urusannya kepada dirinya sendiri atau kepada siapapun selain Alloh maka ia tidak berhak disebut muslim. Mempercayakan urusan kepada Alloh berarti menerima bimbingan Alloh yang diberikan melalui kitabNya dan bimbingan yang diberikan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam tanpa mengajukan keberatan sedikitpun kepada keduanya selanjutnya tanpa ragu-ragu lagi ia akan segera menolak apa saja yang menurut penilaiannya bertentangan dengan apa yang dikehendaki alloh dan rosulNya.
Sebaliknya orang tidaklah dinamakan sebagai muslim bila ia tidak bergantung kepada alquran dan sunnah rosul tetapi ia melakukan apa saja yang sesuai selera dirinya atau mengikuti apa yang diperbuat oleh nenek moyangnya dengan mengatakan “ ah, ini tidak sesuai dengan akal pikiran saya, karena itu saya tidak menerimanya “ atau “ karena ajaran quran ini tidak sesuai dengan ajaran nenek moyang saya maka saya tidak akan mengikutinya “ atau “ karena masyarakat seluruh dunia tidak menyetujui ajaran alquran dan sunnah maka saya tidak akan menyetujuinya “ Orang yang berpandangan seperti ini tidak layak disebut muslim dan bila ia menyatakan bahwa dirinya adalah muslim, ia hanyalah seorang pendusta.
Memahami perbedaan antara muslim dan kafir
Memahami perbedaan antara muslim dan kafir
Pandangan Abu A’la Almaududi (17)
Hal yang harus diketahui oleh setiap muslim adalah siapa yang dinamakan muslim dan apa artinya muslim. Bila seorang manusia tidak tahu apa yang disebut manusia dan apa perbedaan antara manusia dan binatang tentulah ia akan melakukan perbuatan-perbuatan seperti binatang dan tidak menghargai dirinya sebagai manusia.
Sama halnya bila seorang muslim tidak tahu sebenarnya tentang islam dan tidak tahu apa perbedaan antara muslim dan kafir, bisa saja ia akan berbuat seperti yang dilakukan oleh orang yang bukan muslim dan tidak ada rasa kebanggaan pada dirinya menjadi seorang muslim.
Karena itu anak dari setiap muslim harus diajar apa artinya menyebut dirinya sebagai muslim, tanggung jawab apa yang harus dipikul sebagai muslim dan batas-batas apa saja yang harus diketahui untuk selanjutnya tidak dilanggarnya sehingga ia tetap layak disebut sebagai muslim.
Pandangan Abu A’la Almaududi (17)
Hal yang harus diketahui oleh setiap muslim adalah siapa yang dinamakan muslim dan apa artinya muslim. Bila seorang manusia tidak tahu apa yang disebut manusia dan apa perbedaan antara manusia dan binatang tentulah ia akan melakukan perbuatan-perbuatan seperti binatang dan tidak menghargai dirinya sebagai manusia.
Sama halnya bila seorang muslim tidak tahu sebenarnya tentang islam dan tidak tahu apa perbedaan antara muslim dan kafir, bisa saja ia akan berbuat seperti yang dilakukan oleh orang yang bukan muslim dan tidak ada rasa kebanggaan pada dirinya menjadi seorang muslim.
Karena itu anak dari setiap muslim harus diajar apa artinya menyebut dirinya sebagai muslim, tanggung jawab apa yang harus dipikul sebagai muslim dan batas-batas apa saja yang harus diketahui untuk selanjutnya tidak dilanggarnya sehingga ia tetap layak disebut sebagai muslim.
Akibat mengabaikan alquran
Akibat mengabaikan alquran
Pandangan Abu A’la Almaududi (16)
Alquran adalah sumber kebahagiaan. Tidak mungkin suatu umat yang memiliki wahyu hidup dalam penderitaan, diperbudak, diinjak-injak dan dicocok hidungnya lalu dituntun kearah mana saja yang disukai oleh orang itu. Suatu umat hanya akan menemui nasib seperti itu bila memperlakukan kitab secara dzolim. Nasib bani Isroil terpampang di hadapan anda. Ketika taurot dan injil diturunkan kepada mereka dan dikatakan :
وَلَوْا أنَّهُمْ أقَامُوْا التَّوْرَاةَ وَالإِنْجِيْلَ وَمَا أنْزِلَ إلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لأَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أرْجُلِهِمْ
Dan Sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. [almaidah : 66]
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوْا بِغَضَبٍ مِنَ الله ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِأيَاتِ الله وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيِّيْنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَالِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. [albaqoroh : 61]
Karena itu bila suatu umat memiliki kitabulloh namun mereka hidup dalam kehinaan dan diperbudak oleh orang lain maka anda boleh memastikan bahwa hal itu karena mereka memperlakukan kitabulloh dengan dzalim. Apa yang mereka alami adalah setimpal dengan kesalahan mereka.
Pandangan Abu A’la Almaududi (16)
Alquran adalah sumber kebahagiaan. Tidak mungkin suatu umat yang memiliki wahyu hidup dalam penderitaan, diperbudak, diinjak-injak dan dicocok hidungnya lalu dituntun kearah mana saja yang disukai oleh orang itu. Suatu umat hanya akan menemui nasib seperti itu bila memperlakukan kitab secara dzolim. Nasib bani Isroil terpampang di hadapan anda. Ketika taurot dan injil diturunkan kepada mereka dan dikatakan :
وَلَوْا أنَّهُمْ أقَامُوْا التَّوْرَاةَ وَالإِنْجِيْلَ وَمَا أنْزِلَ إلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لأَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أرْجُلِهِمْ
Dan Sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. [almaidah : 66]
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوْا بِغَضَبٍ مِنَ الله ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِأيَاتِ الله وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيِّيْنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَالِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. [albaqoroh : 61]
Karena itu bila suatu umat memiliki kitabulloh namun mereka hidup dalam kehinaan dan diperbudak oleh orang lain maka anda boleh memastikan bahwa hal itu karena mereka memperlakukan kitabulloh dengan dzalim. Apa yang mereka alami adalah setimpal dengan kesalahan mereka.
Jangan menjadi orang tolol
Jangan menjadi orang tolol
Pandangan Abu A’la Almaududi (15)
Sekiranya ada orang yang menerima resep dokter lalu resep itu dibungkusnya dengan kain dan digantungkan di lehernya atau dicelupkan ke dalam air lalu diminumnya air tersebut, apa yang akan anda katakan ? Tidakkah anda akan mentertawakannya dan menganggapnya sebagai manusia tolol ? Nah di hadapan anda sekarang terpampang alquran resep yang ampuh untuk kebahagiaan dunia akhirat, umat islam menuliskannya ayat-ayatnya di kertas lalu digantungkan di pintu atau dicelupkannya di air yang akhirnya diminumnya. Tak seorangpun mencoba mengerti bahwa sebuah resep bukanlah untuk digantungkan di leher atau dicelupkan di air untuk diminum akan tetapi digunakan obat dengan cara seperti yang ditunjukkan dalam resep itu.
Sekiranya anda melihat orang yang sedang sakit membuka buku tentang pengobatan dan mengira bahwa dengan membacanya ia akan sembuh dari penyakitnya, maka apa yang akan anda katakan tentang orang itu ? tentu anda akan mengatakan orang tersebut adalah sinting dan harus dikirim ke rumah sakit jiwa. Akan tetapi tidakkah anda sadar bahwa anda sendiri melakukan hal yang sama kepada kitab yang dikirim oleh Alloh ? Anda hanya membacanya saja dan mengira dengan membacanya begitu saja semua penyakit akan beres.
Kalau anda menerima surat dalam bahasa yang tidak dimengerti tentu anda akan mencari orang yang mengerti bahasa tersebut untuk mengetahui isinya. Anda tidak akan merasa tenang sebelum mengerti isi surat tersebut. Apalagi bila anda mengira isi tersebut akan memberi keuntungan yang luar biasa dalam hidup anda. Akan tetapi surat yang dikirim oleh penguasa alam semesta yang akan memberi keuntungan bagi anda baik di dunia dan akhirat ternyata anda kesampingkan begitu saja tanpa mencoba untuk memahami isinya ? Tidakkah itu satu hal yang mengherankan ?
Pandangan Abu A’la Almaududi (15)
Sekiranya ada orang yang menerima resep dokter lalu resep itu dibungkusnya dengan kain dan digantungkan di lehernya atau dicelupkan ke dalam air lalu diminumnya air tersebut, apa yang akan anda katakan ? Tidakkah anda akan mentertawakannya dan menganggapnya sebagai manusia tolol ? Nah di hadapan anda sekarang terpampang alquran resep yang ampuh untuk kebahagiaan dunia akhirat, umat islam menuliskannya ayat-ayatnya di kertas lalu digantungkan di pintu atau dicelupkannya di air yang akhirnya diminumnya. Tak seorangpun mencoba mengerti bahwa sebuah resep bukanlah untuk digantungkan di leher atau dicelupkan di air untuk diminum akan tetapi digunakan obat dengan cara seperti yang ditunjukkan dalam resep itu.
Sekiranya anda melihat orang yang sedang sakit membuka buku tentang pengobatan dan mengira bahwa dengan membacanya ia akan sembuh dari penyakitnya, maka apa yang akan anda katakan tentang orang itu ? tentu anda akan mengatakan orang tersebut adalah sinting dan harus dikirim ke rumah sakit jiwa. Akan tetapi tidakkah anda sadar bahwa anda sendiri melakukan hal yang sama kepada kitab yang dikirim oleh Alloh ? Anda hanya membacanya saja dan mengira dengan membacanya begitu saja semua penyakit akan beres.
Kalau anda menerima surat dalam bahasa yang tidak dimengerti tentu anda akan mencari orang yang mengerti bahasa tersebut untuk mengetahui isinya. Anda tidak akan merasa tenang sebelum mengerti isi surat tersebut. Apalagi bila anda mengira isi tersebut akan memberi keuntungan yang luar biasa dalam hidup anda. Akan tetapi surat yang dikirim oleh penguasa alam semesta yang akan memberi keuntungan bagi anda baik di dunia dan akhirat ternyata anda kesampingkan begitu saja tanpa mencoba untuk memahami isinya ? Tidakkah itu satu hal yang mengherankan ?
Amalkan alquran niscaya anda akan mendapatkan apa yang anda inginkan
Amalkan alquran niscaya anda akan mendapatkan apa yang anda inginkan
Pandangan Abu A’la Almaududi (14)
Umat islam adalah satu-satunya umat yang paling beruntung di dunia ini. Mereka memiliki wahyu yaitu alquran yang terpelihara dalam keadaan utuh dan dalam bentuknya yang asli bebas dari kotoran campur tangan manusia. Setiap kata yang ada di dalamnya masih persis sama dengan ketika ia diturunkan kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Namun kenyataannya umat islam adalah umat yang paling malang di dunia. Walaupun mereka memiliki alquran akan tetapi mereka tidak memperoleh manfaat yang sebenarnya yang tidak terhitung banyaknya.
Alquran Alloh turunkan untuk dibaca, dipahami isinya kemudian diamalkan. Dengan pertolongan alquran kita diperintah untuk menegakkan pemerintahan di muka bumi yang berfungsi sesuai dengan hukum Alloh. Alquran datang untuk untuk memberikan kepada mereka kekuasaan di bumi ini. Sejarah telah membuktikan bahwa bilamana umat islam berbuat sesuai dengan apa yang ada di dalam alquran maka alquran akan memperlihatkan kemampuannya untuk menjadikan umat islam sebagai imam dan penguasa dunia.
Tetapi sekarang .. .. kegunaan alquran bagi mereka hanyalah untuk disimpan di dalam rumah untuk mengusir jin atau mereka tuliskan ayat-ayatnya di lembaran kertas untuk digantungkan di leher-leher atau ada yang mencelupkannya di dalam air kemudian meminumnya. Mereka baca tanpa memahami isinya. Mereka tidak mencari petunjuk darinya untuk mengatur masalah-masalah kehidupan dunia. Mereka tidak lagi menjadikan alquran sebagai pertimbangan halal haram.
Untuk kehidupan, mereka mencari petunjuk dari hukum-hukum yang dibuat oleh manusia karena itulah mereka ditimpa bencana.
Ingat alquran mampu memberikan kepada anda manfaat apapun yang anda inginkan sebanyak apa yang anda mau. Kalau dari alquran anda cari hanya manfaat yang kecil dan remeh seperti mengusir jin dari rumah,obat sakit, kemenangan di pengadilan dan sukses dalam mencari kerja maka yang anda peroleh memang hanya yang kecil-kecil itu. Bila yang anda cari adalah mengamalkan seluruh isinya yang akhirnya kita bisa berkuasa di muka bumi maka anda akan memperolehnya.
Ini adalah soal kemampuan anda untuk mengambil manfaat daripadanya. Alquran bagaikan lautan, anda hanya mengambil dua tetes air darinya, padahal sebenarnya ia mampu untuk memberikan air sebanyak lautan itu sendiri.
Pandangan Abu A’la Almaududi (14)
Umat islam adalah satu-satunya umat yang paling beruntung di dunia ini. Mereka memiliki wahyu yaitu alquran yang terpelihara dalam keadaan utuh dan dalam bentuknya yang asli bebas dari kotoran campur tangan manusia. Setiap kata yang ada di dalamnya masih persis sama dengan ketika ia diturunkan kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Namun kenyataannya umat islam adalah umat yang paling malang di dunia. Walaupun mereka memiliki alquran akan tetapi mereka tidak memperoleh manfaat yang sebenarnya yang tidak terhitung banyaknya.
Alquran Alloh turunkan untuk dibaca, dipahami isinya kemudian diamalkan. Dengan pertolongan alquran kita diperintah untuk menegakkan pemerintahan di muka bumi yang berfungsi sesuai dengan hukum Alloh. Alquran datang untuk untuk memberikan kepada mereka kekuasaan di bumi ini. Sejarah telah membuktikan bahwa bilamana umat islam berbuat sesuai dengan apa yang ada di dalam alquran maka alquran akan memperlihatkan kemampuannya untuk menjadikan umat islam sebagai imam dan penguasa dunia.
Tetapi sekarang .. .. kegunaan alquran bagi mereka hanyalah untuk disimpan di dalam rumah untuk mengusir jin atau mereka tuliskan ayat-ayatnya di lembaran kertas untuk digantungkan di leher-leher atau ada yang mencelupkannya di dalam air kemudian meminumnya. Mereka baca tanpa memahami isinya. Mereka tidak mencari petunjuk darinya untuk mengatur masalah-masalah kehidupan dunia. Mereka tidak lagi menjadikan alquran sebagai pertimbangan halal haram.
Untuk kehidupan, mereka mencari petunjuk dari hukum-hukum yang dibuat oleh manusia karena itulah mereka ditimpa bencana.
Ingat alquran mampu memberikan kepada anda manfaat apapun yang anda inginkan sebanyak apa yang anda mau. Kalau dari alquran anda cari hanya manfaat yang kecil dan remeh seperti mengusir jin dari rumah,obat sakit, kemenangan di pengadilan dan sukses dalam mencari kerja maka yang anda peroleh memang hanya yang kecil-kecil itu. Bila yang anda cari adalah mengamalkan seluruh isinya yang akhirnya kita bisa berkuasa di muka bumi maka anda akan memperolehnya.
Ini adalah soal kemampuan anda untuk mengambil manfaat daripadanya. Alquran bagaikan lautan, anda hanya mengambil dua tetes air darinya, padahal sebenarnya ia mampu untuk memberikan air sebanyak lautan itu sendiri.
Kita membutuhkan islam
Kita membutuhkan islam
Pandangan Abu A’la Almaududi (13)
Setiap muslim wajib mengetahui apa yang Alloh ajarkan dalam alquran dan sunnah yang dicontohkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Tidak seorangpun bisa menjadi muslim tanpa mengetahui hal ini. Akan tetapi sangat disayangkan tampaknya anda tidak bergairah untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Ini menunjukkan bahwa anda belum menyadari betapa besar karunia Alloh yang telah terlepas dari tangan anda.
Seorang ibu tidak akan memberikan ASI kepada anaknya sebelum anak menangis minta menetek. Kalau seorang merasa haus dia sendiri harus mencari air dan sebenarnya Alloh sudah menyediakan air itu. Bila anda sendiri tidak merasa haus maka tidak ada gunanya sumber mata air yang memancar di hadapan anda.
Jadi anda harus menyadari terlebih dahulu betapa besar kerugian anda dengan tidak memahami din ini. Alquran ada di depan anda akan tetapi anda tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Kerugian apa yang lebih besar daripada ini ? Bahkan anda tidak memahami arti kalimat syahadat yang dengannya anda pantas disebut sebagai muslim. Andapun tidak mengetahui tugas yang harus dipikul setelah anda mengucapkan kalimat itu.
Anda tahu besarnya kerugian bila padi di sawah anda terbakar. Anda tahu sengsaranya orang yang tidak punya pekerjaan. Anda bisa merasakan sedihnya kehilangan harta benda. Akan tetapi anda tidak menyadari besarnya kerugian bila anda tidak memahami ajaran islam.
Kalau anda sudah menyadari masalah ini lalu berusaha untuk menebus kerugian ini maka insyaAlloh jalan akan Alloh berikan kepada anda.
Pandangan Abu A’la Almaududi (13)
Setiap muslim wajib mengetahui apa yang Alloh ajarkan dalam alquran dan sunnah yang dicontohkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Tidak seorangpun bisa menjadi muslim tanpa mengetahui hal ini. Akan tetapi sangat disayangkan tampaknya anda tidak bergairah untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Ini menunjukkan bahwa anda belum menyadari betapa besar karunia Alloh yang telah terlepas dari tangan anda.
Seorang ibu tidak akan memberikan ASI kepada anaknya sebelum anak menangis minta menetek. Kalau seorang merasa haus dia sendiri harus mencari air dan sebenarnya Alloh sudah menyediakan air itu. Bila anda sendiri tidak merasa haus maka tidak ada gunanya sumber mata air yang memancar di hadapan anda.
Jadi anda harus menyadari terlebih dahulu betapa besar kerugian anda dengan tidak memahami din ini. Alquran ada di depan anda akan tetapi anda tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Kerugian apa yang lebih besar daripada ini ? Bahkan anda tidak memahami arti kalimat syahadat yang dengannya anda pantas disebut sebagai muslim. Andapun tidak mengetahui tugas yang harus dipikul setelah anda mengucapkan kalimat itu.
Anda tahu besarnya kerugian bila padi di sawah anda terbakar. Anda tahu sengsaranya orang yang tidak punya pekerjaan. Anda bisa merasakan sedihnya kehilangan harta benda. Akan tetapi anda tidak menyadari besarnya kerugian bila anda tidak memahami ajaran islam.
Kalau anda sudah menyadari masalah ini lalu berusaha untuk menebus kerugian ini maka insyaAlloh jalan akan Alloh berikan kepada anda.
Mari saatnya kita bersikap beda dengan orang kafir
Mari saatnya kita bersikap beda dengan orang kafir
Renungan Abu A’la Almaududi (12)
Dari uraian terdahulu, janganlah saudara-saudara mengira bahwa saya mencap orang muslim sebagai kafir. Tidak ! Saya hanya mengajak saudara untuk berpikir dan merenungkan mengapa kita semua tidak memperoleh rahmat dari Alloh ? Mengapa kita menjadi korban bencana dari segala penjuru ? Mengapa mereka yang kita sebut sebagai orang kafir yakni hamba-hamba Alloh yang senantiasa membangkang kepadaNya ternyata di mana-mana menguasai kita ? Mengapa kita yang telah menyatakan sebagai hamba Alloh yang patuh kepadaNya ternyata diperbudak di mana-mana ?
Semakin saya merenungkan sebab dari situasi ini semakin saya merasa yakin bahwa satu-satunya perbedaan yang tinggal antara kita dengan orang kafir adalah hanyalah perbedaan dalam nama saja, sedangkan kita sama lupanya kepada Alloh dengan mereka, sama tidak takutnya kepada Alloh dengan mereka dan sama pembangkangannya terhadap Alloh dengan mereka.
Tentu saja ada sedikit perbedaan antara kita dan mereka, akan tetapi perbedaan itu demikian kecil dan tidak berarti apa-apa. Justru perbedaan itu membuat kita semakin patut untuk memperoleh hukuman dari Alloh karena kita tahu bahwa alquran adalah kitab Alloh akan tetapi kita memperlakukannya seperti perlakuan yang diberikan orang kafir kepadanya. Kita tahu bahwa Muhammad shollallohu alaihi wasallam adalah utusan Alloh tetapi kita seperti halnya orang kafir takut untuk mengikutinya. Kita tahu bahwa Alloh mengutuk para pembohong dan telah menyatakan dengan tegas bahwa tempat tinggal orang yang menyuap dan menerima suap adalah di neraka. Alloh telah menyatakan bahwa pengambil dan pemberi riba adalah penjahat-penjahat paling keji. Alloh telah menerangkan bahwa membicarakan aib seorang muslim ibarat memakan bangkai saudara sendiri. Alloh telah memperingatkan bahwa pezina sudah disediakan adzab yang pedih.
Akan tetapi … … meskipun kita sudah mengerti itu semua namun kenyataannya kita melakukannya dengan bebas sama halnya yang selalu dilakukan oleh orang kafir. Inilah sebabnya mengapa kita tidak memperoleh rahmat dari Alloh karena kita tampaknya sebagai muslim akan tetapi pada kenyataannya sulit untuk membedakan antara kita dengan orang kafir. Realita bahwa orang kafir menguasai dan memerintah kita adalah bentuk hukuman atas kejahatan kita yang tidak menghargai ni’mat islam yang telah dilimpahkan kepada kita.
Renungan Abu A’la Almaududi (12)
Dari uraian terdahulu, janganlah saudara-saudara mengira bahwa saya mencap orang muslim sebagai kafir. Tidak ! Saya hanya mengajak saudara untuk berpikir dan merenungkan mengapa kita semua tidak memperoleh rahmat dari Alloh ? Mengapa kita menjadi korban bencana dari segala penjuru ? Mengapa mereka yang kita sebut sebagai orang kafir yakni hamba-hamba Alloh yang senantiasa membangkang kepadaNya ternyata di mana-mana menguasai kita ? Mengapa kita yang telah menyatakan sebagai hamba Alloh yang patuh kepadaNya ternyata diperbudak di mana-mana ?
Semakin saya merenungkan sebab dari situasi ini semakin saya merasa yakin bahwa satu-satunya perbedaan yang tinggal antara kita dengan orang kafir adalah hanyalah perbedaan dalam nama saja, sedangkan kita sama lupanya kepada Alloh dengan mereka, sama tidak takutnya kepada Alloh dengan mereka dan sama pembangkangannya terhadap Alloh dengan mereka.
Tentu saja ada sedikit perbedaan antara kita dan mereka, akan tetapi perbedaan itu demikian kecil dan tidak berarti apa-apa. Justru perbedaan itu membuat kita semakin patut untuk memperoleh hukuman dari Alloh karena kita tahu bahwa alquran adalah kitab Alloh akan tetapi kita memperlakukannya seperti perlakuan yang diberikan orang kafir kepadanya. Kita tahu bahwa Muhammad shollallohu alaihi wasallam adalah utusan Alloh tetapi kita seperti halnya orang kafir takut untuk mengikutinya. Kita tahu bahwa Alloh mengutuk para pembohong dan telah menyatakan dengan tegas bahwa tempat tinggal orang yang menyuap dan menerima suap adalah di neraka. Alloh telah menyatakan bahwa pengambil dan pemberi riba adalah penjahat-penjahat paling keji. Alloh telah menerangkan bahwa membicarakan aib seorang muslim ibarat memakan bangkai saudara sendiri. Alloh telah memperingatkan bahwa pezina sudah disediakan adzab yang pedih.
Akan tetapi … … meskipun kita sudah mengerti itu semua namun kenyataannya kita melakukannya dengan bebas sama halnya yang selalu dilakukan oleh orang kafir. Inilah sebabnya mengapa kita tidak memperoleh rahmat dari Alloh karena kita tampaknya sebagai muslim akan tetapi pada kenyataannya sulit untuk membedakan antara kita dengan orang kafir. Realita bahwa orang kafir menguasai dan memerintah kita adalah bentuk hukuman atas kejahatan kita yang tidak menghargai ni’mat islam yang telah dilimpahkan kepada kita.
Kenapa kita sama dengan orang kafir
Pandangan Abu A’la Almaududi (11)
Ingat ! perbedaan yang nyata antara muslim dan kafir adalah dalam hal ilmu dan amal. Orang kafir tidak mencintai alquran dan tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Apabila seorang yng mengaku muslim keadaannya juga demikian bagaimana ia bisa disebut sebagai muslim ?
Orang kafir tidak tahu apa yang diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan jalan lurus yang telah ditunjukkannya untuk menuju Alloh. Apabila seorang yang mengaku dirinya sebagai muslim sama bodohnya seperti ini maka bagaimana ia layak disebut muslim ?
Orang kafir hanya mengikuti kemauannya sendiri bukan perintah Alloh. Apabila seorang yang mengaku muslim sama seperti ini, keras kepala, hanya mengikuti pikiran dan pendapatnya sendiri dan mengacuhkan Alloh maka bagaimana ia memiliki hak untuk menyebut dirinya sebagai muslim ?
Orang kafir tidak pernah membedakan antara halal dan haram dan mengambil apa saja yang menguntungkan dirinya. Apabila seorang menyebut dirinya muslim ternyata tingkah lakunya sama seperti orang kafir lalu bagaimana bisa kita untuk membedakan antara keduanya ?
Ringkasnya apabila pengetahuan seorang muslim tentang islam sama bodohnya dengan orang kafir maka bagaimana bisa ia dianggap memiliki kedudukan lebih tinggi dari orang kafir. Ini merupakan
Pandangan Abu A’la Almaududi (11)
Ingat ! perbedaan yang nyata antara muslim dan kafir adalah dalam hal ilmu dan amal. Orang kafir tidak mencintai alquran dan tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Apabila seorang yng mengaku muslim keadaannya juga demikian bagaimana ia bisa disebut sebagai muslim ?
Orang kafir tidak tahu apa yang diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan jalan lurus yang telah ditunjukkannya untuk menuju Alloh. Apabila seorang yang mengaku dirinya sebagai muslim sama bodohnya seperti ini maka bagaimana ia layak disebut muslim ?
Orang kafir hanya mengikuti kemauannya sendiri bukan perintah Alloh. Apabila seorang yang mengaku muslim sama seperti ini, keras kepala, hanya mengikuti pikiran dan pendapatnya sendiri dan mengacuhkan Alloh maka bagaimana ia memiliki hak untuk menyebut dirinya sebagai muslim ?
Orang kafir tidak pernah membedakan antara halal dan haram dan mengambil apa saja yang menguntungkan dirinya. Apabila seorang menyebut dirinya muslim ternyata tingkah lakunya sama seperti orang kafir lalu bagaimana bisa kita untuk membedakan antara keduanya ?
Ringkasnya apabila pengetahuan seorang muslim tentang islam sama bodohnya dengan orang kafir maka bagaimana bisa ia dianggap memiliki kedudukan lebih tinggi dari orang kafir. Ini merupakan
Kenapa kita tidak mendapat rahmat Alloh
Pandangan Abu A’la Almaududi (10)
Alloh mengirimkan kitabNya kepada kita hingga dengan membacanya kita mengenalNya dan tahu cara-cara untuk bisa menjadi hambaNya yang patuh. Apakah kita pernah mencoba untuk mengenal apa yang tertulis dalam kitab itu ? Alloh mengutus rosul untuk mengajari kita cara menjadi muslim, apakah kita pernah mencoba untuk mempelajari ajarannya ?
Alloh menunjukkan kepada kita jalan untuk memperoleh kehormatan di dunia dan akhirat, apakah kita sudah menuruti jalan tersebut ? Alloh dengan jelas telah menunjukkan perbuatan-perbuatan yang akan menyebabkan kehinaan di dunia dan akhirat, apakah kita sudah menghindari perbuatan-perbuatan tersebut ?
Bila kita tidak mengetahui kitabulloh dan sunnah rosulNya yang dengannya kita tidak mengetahui mana perbuatan yang akan menghinakan kita dan perbuatan mana yang akan menyebabkan kita mendapatkan kemulyaan maka bagaimana mungkin kita bisa disebut sebagai muslim yang berhak menerima rahmatNya ? rahmat yang akan kita peroleh berbanding lurus dengan kwalitas tingkat pengetahuan dan amal terhadap keduanya
Pandangan Abu A’la Almaududi (10)
Alloh mengirimkan kitabNya kepada kita hingga dengan membacanya kita mengenalNya dan tahu cara-cara untuk bisa menjadi hambaNya yang patuh. Apakah kita pernah mencoba untuk mengenal apa yang tertulis dalam kitab itu ? Alloh mengutus rosul untuk mengajari kita cara menjadi muslim, apakah kita pernah mencoba untuk mempelajari ajarannya ?
Alloh menunjukkan kepada kita jalan untuk memperoleh kehormatan di dunia dan akhirat, apakah kita sudah menuruti jalan tersebut ? Alloh dengan jelas telah menunjukkan perbuatan-perbuatan yang akan menyebabkan kehinaan di dunia dan akhirat, apakah kita sudah menghindari perbuatan-perbuatan tersebut ?
Bila kita tidak mengetahui kitabulloh dan sunnah rosulNya yang dengannya kita tidak mengetahui mana perbuatan yang akan menghinakan kita dan perbuatan mana yang akan menyebabkan kita mendapatkan kemulyaan maka bagaimana mungkin kita bisa disebut sebagai muslim yang berhak menerima rahmatNya ? rahmat yang akan kita peroleh berbanding lurus dengan kwalitas tingkat pengetahuan dan amal terhadap keduanya
Mengapa seorang muslim terhina di dunia ?
Pandangan Abu A’la Almaududi (9)
Kita semua menamakan diri kita sebagai muslim dan kita yakin Alloh akan melimpahkan rahmatNya kepada kita. Tetapi marilah kita buka mata kita dan kita lihat apakah rahmat Alloh sudah dilimpahkan kepada kita atau tidak. Apapun yang terjadi di akhirat adalah urusan nanti, yang penting marilah kita merenungkan kedudukan kita di dunia ini. Kita kaum muslimin di India, jumlah kita demikian besar akan tetapi kita yang berjumlah banyak ternyata kepemerintahan berada di tangan orang kafir. Tengkuk kita berada dalam cengkraman tangan mereka dan mereka memutarnya ke arah mana yang mereka sukai padahal kepala kita seharusnya tidak kita tundukkan kecuali di hadapan Alloh. Kenyataannya … … kepala kita tertunduk di hadapan manusia yang sama seperti kita. Kehormatan kita yang seharusnya tidak ternoda sekarang berlumuran tanah. Kebodohan dan kemiskinan telah merendahkan derajat kita di mana-mana.
Apakah ini rahmat ? Alloh ? apabila ini bukan rahmat melainkan kemurkaan, alangkah anehnya bahwa kita sebagai muslim mendapat kemurkaan dari Alloh. Kita seorang muslim akan tetapi kita berkubang dalam lumpur kehinaan. Kita adalah muslim akan tetapi kita adalah budak-budak !
Sungguh suatu benda dalam waktu yang sama tidak mungkin berwarna hitam dan putih. Bila seorang muslim adalah makhluq yang dicintai Alloh bagaimana mungkin kita hidup terhina di dunia ? Subhaanalloh, Alloh tidak mungkin Rob yang menindas hambaNya. Sementara kita melaksanakan perintahNya akan tetapi di sisi lain Dia membiarkan orang-orang kafir untuk menguasai kita untuk memerintah dan menghukum kita.
Marilah kita bermuhasabah bahwa pasti ada yang salah dalam pengakuan kita kepada Alloh. Walaupun dalam kartu penduduk kita tercatat sebagai muslim akan tetapi Alloh tidak memberi penilaian berdasar keaslian kartu penduduk yang dikeluarkan pemerintah.
Apakah pengakuan kita sebagai muslim sebatas pengakuan saja ? atau berdasar pengetahuan kita terhadap islam dan bukti amal sebagai buah dari pengakuan dan pengetahuan kita tentang islam ?
Pandangan Abu A’la Almaududi (9)
Kita semua menamakan diri kita sebagai muslim dan kita yakin Alloh akan melimpahkan rahmatNya kepada kita. Tetapi marilah kita buka mata kita dan kita lihat apakah rahmat Alloh sudah dilimpahkan kepada kita atau tidak. Apapun yang terjadi di akhirat adalah urusan nanti, yang penting marilah kita merenungkan kedudukan kita di dunia ini. Kita kaum muslimin di India, jumlah kita demikian besar akan tetapi kita yang berjumlah banyak ternyata kepemerintahan berada di tangan orang kafir. Tengkuk kita berada dalam cengkraman tangan mereka dan mereka memutarnya ke arah mana yang mereka sukai padahal kepala kita seharusnya tidak kita tundukkan kecuali di hadapan Alloh. Kenyataannya … … kepala kita tertunduk di hadapan manusia yang sama seperti kita. Kehormatan kita yang seharusnya tidak ternoda sekarang berlumuran tanah. Kebodohan dan kemiskinan telah merendahkan derajat kita di mana-mana.
Apakah ini rahmat ? Alloh ? apabila ini bukan rahmat melainkan kemurkaan, alangkah anehnya bahwa kita sebagai muslim mendapat kemurkaan dari Alloh. Kita seorang muslim akan tetapi kita berkubang dalam lumpur kehinaan. Kita adalah muslim akan tetapi kita adalah budak-budak !
Sungguh suatu benda dalam waktu yang sama tidak mungkin berwarna hitam dan putih. Bila seorang muslim adalah makhluq yang dicintai Alloh bagaimana mungkin kita hidup terhina di dunia ? Subhaanalloh, Alloh tidak mungkin Rob yang menindas hambaNya. Sementara kita melaksanakan perintahNya akan tetapi di sisi lain Dia membiarkan orang-orang kafir untuk menguasai kita untuk memerintah dan menghukum kita.
Marilah kita bermuhasabah bahwa pasti ada yang salah dalam pengakuan kita kepada Alloh. Walaupun dalam kartu penduduk kita tercatat sebagai muslim akan tetapi Alloh tidak memberi penilaian berdasar keaslian kartu penduduk yang dikeluarkan pemerintah.
Apakah pengakuan kita sebagai muslim sebatas pengakuan saja ? atau berdasar pengetahuan kita terhadap islam dan bukti amal sebagai buah dari pengakuan dan pengetahuan kita tentang islam ?
Muslim harus berbeda dengan kafir
Pandangan Abu A’la Almaududi (8)
Seandainya ada seorang muslim akan tetapi ia sama bodohnya tentang islam dengan orang kafir dan sama pula pembangkangannya kepada Alloh dapatkah kita mengatakan dengan pertimbangan yang adil bahwa kedudukannya lebih tinggi dari kedudukan si kafir semata-mata sekedar berbeda nama dan berbeda pakaian serta berbeda asal keturunan ? Sungguh gelar muslim bukan berasal dari nama, pakaian dan asal keturunan.
Yang membedakan antara keduanya adalah taqwa sebagaimana Alloh firmankan :
إنَّ أكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله أتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. [alhujurot : 13]
Dari ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin banyak seseorang mengetahui tentang Alloh dan semakin mentaati peraturannya maka akan semakin tinggi pula kedudukannya di sisi Alloh.
Nabi ibrohim alaihissalam dilahirkan di tengah-tengah keluarga penyembah berhala, tetapi ia mengenal Alloh dengan baik itulah sebabnya ia diangkat sebagai imam seluruh dunia. Kan’am anak nabi Nuh dilahirkan dari keluarga nabi tetapi ia sama sekali tidak mengenal Alloh itulah kenapa Alloh menghukumnya tanpa memperdulikan asal keluarganya.
Pandangan Abu A’la Almaududi (8)
Seandainya ada seorang muslim akan tetapi ia sama bodohnya tentang islam dengan orang kafir dan sama pula pembangkangannya kepada Alloh dapatkah kita mengatakan dengan pertimbangan yang adil bahwa kedudukannya lebih tinggi dari kedudukan si kafir semata-mata sekedar berbeda nama dan berbeda pakaian serta berbeda asal keturunan ? Sungguh gelar muslim bukan berasal dari nama, pakaian dan asal keturunan.
Yang membedakan antara keduanya adalah taqwa sebagaimana Alloh firmankan :
إنَّ أكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله أتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. [alhujurot : 13]
Dari ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin banyak seseorang mengetahui tentang Alloh dan semakin mentaati peraturannya maka akan semakin tinggi pula kedudukannya di sisi Alloh.
Nabi ibrohim alaihissalam dilahirkan di tengah-tengah keluarga penyembah berhala, tetapi ia mengenal Alloh dengan baik itulah sebabnya ia diangkat sebagai imam seluruh dunia. Kan’am anak nabi Nuh dilahirkan dari keluarga nabi tetapi ia sama sekali tidak mengenal Alloh itulah kenapa Alloh menghukumnya tanpa memperdulikan asal keluarganya.
Sadar sebagai hamba Alloh
Pandangan Abu A’la Almaududi (7)
Bila anda menyadari bahwa anda adalah hamba Alloh maka anda harus bisa menyesuaikan kehendak anda dengan kehendak Alloh. Bila di dalam hati ada niatan untuk melakukan satu perbuatan akan tetapi ternyata perbuatan tersebut ternyata bertentangan dengan perintah Alloh maka anda harus mengurungkan niat selanjutnya beralih untuk melaksanakan perintah Alloh. Apabila suatu perbuatan dinilai mulia di mata anda sementara Alloh menyatakan bahwa perbuatan itu adalah perbuatan hina maka ia harus memandangnya hina pula. Sebaliknya bila perbuatan tampak hina di matanya akan tetapi Alloh mengatakan itu adalah mulia maka ia harus menilainya mulia. Bila dia melihat satu perbuatan mengandung bahaya akan tetapi Alloh menetapkan bahwa perbuatan tersebut harus dilakukan maka bagaimanapun juga ia harus melakukannya walaupun mungkin ia akan kehilangan harta bahkan nyawanya sekalipun. Bila ia memandang sebuah perbuatan akan mendatangkan keuntungan akan tetapi Alloh melarangnya maka anda harus segera meninggalkannya walaupun perbuatan tersebut akan mendatangkan keuntungan sebanyak harta yang ada di dunia ini
Pandangan Abu A’la Almaududi (7)
Bila anda menyadari bahwa anda adalah hamba Alloh maka anda harus bisa menyesuaikan kehendak anda dengan kehendak Alloh. Bila di dalam hati ada niatan untuk melakukan satu perbuatan akan tetapi ternyata perbuatan tersebut ternyata bertentangan dengan perintah Alloh maka anda harus mengurungkan niat selanjutnya beralih untuk melaksanakan perintah Alloh. Apabila suatu perbuatan dinilai mulia di mata anda sementara Alloh menyatakan bahwa perbuatan itu adalah perbuatan hina maka ia harus memandangnya hina pula. Sebaliknya bila perbuatan tampak hina di matanya akan tetapi Alloh mengatakan itu adalah mulia maka ia harus menilainya mulia. Bila dia melihat satu perbuatan mengandung bahaya akan tetapi Alloh menetapkan bahwa perbuatan tersebut harus dilakukan maka bagaimanapun juga ia harus melakukannya walaupun mungkin ia akan kehilangan harta bahkan nyawanya sekalipun. Bila ia memandang sebuah perbuatan akan mendatangkan keuntungan akan tetapi Alloh melarangnya maka anda harus segera meninggalkannya walaupun perbuatan tersebut akan mendatangkan keuntungan sebanyak harta yang ada di dunia ini
Perbedaan antara muslim dan kafir
Pandangan Abu A’la Almaududi (6)
Setiap muslim meyakini bahwa muslim memiliki kedudukan lebih tinggi daripada orang kafir. Alloh cinta kepada orang mu’min sementara Alloh benci kepada orang kafir. Seorang muslim akan masuk ke dalam aljannah sementara orang kafir akan masuk ke dalam neraka.
Marilah kita fikirkan benar-benar mengapa ada perbedaan yang begitu mencolok antara si mu’min dan si kafir padahal keduanya adalah keturunan Adam ? Keduanya sama-sama manusia, memiliki kaki, tangan dan mata. Pencipta keduanya adalah sama yaitu Alloh Ta’ala.
Perbedaan yang begitu besar antara keduanya bukanlah dikarenakan yang seorang bernama Abdulloh sedang yang lain bernama Joni. Alloh subhaanahu wataa’la pencipta alam semesta tidak mungkin mendiskriminasi hambaNya hanya perkara sepele.
Perbedaan yang mencolok antara keduanya adalah karena seorang muslim mengakui Alloh sebagai Robnya kemudian mematuhi peraturan-peraturanNya serta takut akan adzabNya. Sementara orang kedua disebut kafir yang dengannya berhak mendapat kemurkaanNya dikarenakan tidak mengakui Alloh sebagai ilah yang berhak untuk ditaati semua perintah dan laranganNya
Pandangan Abu A’la Almaududi (6)
Setiap muslim meyakini bahwa muslim memiliki kedudukan lebih tinggi daripada orang kafir. Alloh cinta kepada orang mu’min sementara Alloh benci kepada orang kafir. Seorang muslim akan masuk ke dalam aljannah sementara orang kafir akan masuk ke dalam neraka.
Marilah kita fikirkan benar-benar mengapa ada perbedaan yang begitu mencolok antara si mu’min dan si kafir padahal keduanya adalah keturunan Adam ? Keduanya sama-sama manusia, memiliki kaki, tangan dan mata. Pencipta keduanya adalah sama yaitu Alloh Ta’ala.
Perbedaan yang begitu besar antara keduanya bukanlah dikarenakan yang seorang bernama Abdulloh sedang yang lain bernama Joni. Alloh subhaanahu wataa’la pencipta alam semesta tidak mungkin mendiskriminasi hambaNya hanya perkara sepele.
Perbedaan yang mencolok antara keduanya adalah karena seorang muslim mengakui Alloh sebagai Robnya kemudian mematuhi peraturan-peraturanNya serta takut akan adzabNya. Sementara orang kedua disebut kafir yang dengannya berhak mendapat kemurkaanNya dikarenakan tidak mengakui Alloh sebagai ilah yang berhak untuk ditaati semua perintah dan laranganNya
Berusaha memahami islam
Pandangan Abu A’la Almaududi (5)
Anda akan selalu bersikap penuh perhatian dalam mengerjakan sawah ladang anda, mengairi dan melindungi tanaman dari hama. Bila itu tidak dilakukan dengan penuh perhatian anda pasti akan kelaparan dan kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi anda yaitu nyawa. Maka kenapa anda tidak bersikap serius dan bersunguh-sungguh untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan pengetahuan inilah tergantung dapat dan tidaknya anda disebut sebagai muslim. Dari sekian waktu yang anda habiskan untuk bekerja demi hidup, tak dapatkah anda menyisihkan waktu untuk mempelajari islam yang dengannya anda akan selamat tidak hanya di dunia akan tetapi hingga di akhirat.
Bila anda meyekini bahwa iman lebih berharga bagi anda daripada segalanya maka tidak akan sulit bagi anda untuk menyediakan waktu satu jam saja setiap hari untuk mempelajari pengetahuan tersebut
Pandangan Abu A’la Almaududi (5)
Anda akan selalu bersikap penuh perhatian dalam mengerjakan sawah ladang anda, mengairi dan melindungi tanaman dari hama. Bila itu tidak dilakukan dengan penuh perhatian anda pasti akan kelaparan dan kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi anda yaitu nyawa. Maka kenapa anda tidak bersikap serius dan bersunguh-sungguh untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan pengetahuan inilah tergantung dapat dan tidaknya anda disebut sebagai muslim. Dari sekian waktu yang anda habiskan untuk bekerja demi hidup, tak dapatkah anda menyisihkan waktu untuk mempelajari islam yang dengannya anda akan selamat tidak hanya di dunia akan tetapi hingga di akhirat.
Bila anda meyekini bahwa iman lebih berharga bagi anda daripada segalanya maka tidak akan sulit bagi anda untuk menyediakan waktu satu jam saja setiap hari untuk mempelajari pengetahuan tersebut
Anda harus berilmu tentang islam
Pandangan Abu A’la Almaududi (4)
Anda harus mengerti benar-benar bahwa memperoleh atau kehilangan karunia Alloh yang terbesar yang anda syukuri itu adalah bergantung seluruhnya pada pengetahuan. Bila anda tidak memiliki pengetahuan itu anda tidak akan sama sekali akan dapat memperoleh karunia itu bahkan kalau anda memiliki sebagian kecil saja dari anugerah itu maka karena ketidak tahuan anda, anda akan selalu terancam bahaya kehilangan milik anda itu. Karena kebodohannya mungkin akan mengira bahwa dirinya adalah seorang muslim padahal sebenarnya ia bukan muslim.
Perumpamaan orang yang sama sekali tidak mengetahui perbedaan antara iman dan kufur adalah ibarat orang yang berjalan pada jalur jalan yang gelap. Mungkin sekali ketika ia sedang berjalan mengikuti jalan lurus, langkahnya menyeleweng kearah lain dan ia tidak sadar bahwa ia telah menyeleweng dari arah yang lurus yang harus ditempuhnya. Dan mungkin sekali di tengah jalan ia akan bertemu dengan dajjal dan akan mengatakan kepadanya “ hai nak, kamu telah tersesat dalam kegelapan, mari kupimpin engkau pada tujuanmu “ karena itu tanpa curiga apa-apa ia akan segera menyambar tangan si dajal dan terus berpegangan kepadanya.
Bahaya ini mungkin sekali akan menimpa pejalan tersebut, karena ia sendiri tidak memiliki obor apapun dan karenanya ia tidak melihat rambu-rambu di sepanjang jalan yang ditempuhnya. Apabila ia mempunyai obor tentulah ia tidak akan tersesat atau disesatkan orang lain.
Dari contoh ini anda bisa memahami bahwa bahaya terbesar bagi umat islam adalah ketidaktahuannya terhadap ajaran islam ketidaktahuan terhadap apa yang diajarkan oleh alquran dan apa yang diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Pandangan Abu A’la Almaududi (4)
Anda harus mengerti benar-benar bahwa memperoleh atau kehilangan karunia Alloh yang terbesar yang anda syukuri itu adalah bergantung seluruhnya pada pengetahuan. Bila anda tidak memiliki pengetahuan itu anda tidak akan sama sekali akan dapat memperoleh karunia itu bahkan kalau anda memiliki sebagian kecil saja dari anugerah itu maka karena ketidak tahuan anda, anda akan selalu terancam bahaya kehilangan milik anda itu. Karena kebodohannya mungkin akan mengira bahwa dirinya adalah seorang muslim padahal sebenarnya ia bukan muslim.
Perumpamaan orang yang sama sekali tidak mengetahui perbedaan antara iman dan kufur adalah ibarat orang yang berjalan pada jalur jalan yang gelap. Mungkin sekali ketika ia sedang berjalan mengikuti jalan lurus, langkahnya menyeleweng kearah lain dan ia tidak sadar bahwa ia telah menyeleweng dari arah yang lurus yang harus ditempuhnya. Dan mungkin sekali di tengah jalan ia akan bertemu dengan dajjal dan akan mengatakan kepadanya “ hai nak, kamu telah tersesat dalam kegelapan, mari kupimpin engkau pada tujuanmu “ karena itu tanpa curiga apa-apa ia akan segera menyambar tangan si dajal dan terus berpegangan kepadanya.
Bahaya ini mungkin sekali akan menimpa pejalan tersebut, karena ia sendiri tidak memiliki obor apapun dan karenanya ia tidak melihat rambu-rambu di sepanjang jalan yang ditempuhnya. Apabila ia mempunyai obor tentulah ia tidak akan tersesat atau disesatkan orang lain.
Dari contoh ini anda bisa memahami bahwa bahaya terbesar bagi umat islam adalah ketidaktahuannya terhadap ajaran islam ketidaktahuan terhadap apa yang diajarkan oleh alquran dan apa yang diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Islam itu ilmu dan amal
Pandangan Abu A’la Almaududi (3)
Seorang yang terlahir dari orang tua yang ningrat akan menjadi ningrat pula walaupun ia tidak memiliki ilmu apapun. Karena ia terlahir dari ningrat maka ia akan terus menjadi ningrat sampai akhir hayatnya.
Akan tetapi seorang muslim tidak dapat menjadi seorang muslim tanpa memiliki ilmu. Karena islam tidak akan diperoleh karena faktor keturunan. Kalau orang yang bersangkutan tidak mengetahui apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam bagaimana bisa ia menyatakan keimanannya pada ajaran tersebut dan mempraktekkannya ? Dan bila ia menyatakan keimanannya tanpa kesadaran dan tanpa ilmu mengenai ajaran tersebut bagaimana ia bisa menjadi seorang muslim ? adalah tidak mungkin untuk menjadi seorang muslim dan hidup sebagai muslim tanpa tahu apa-apa.
Perbedaan yang sebenarnya antara seorang muslim dengan seorang kafir bukanlah pada perbedaan nama. Nama Jhoni tidaklah berarti bahwa pemiliknya adalah seorang kafir dan nama Abdulloh tidaklah berarti pemiliknya adalah seorang muslim.
Perbedaan yang sebenarnya antara keduanya adalah pada ilmu. Seorang disebut kafir bila ia tidak tahu bagaimana hubungan antara dirinya dengan Alloh dan tidak tahu cara hidup yang mana yang harus ia jalani di dunia ini yang sesuai dengan kehendak Alloh. Bila seorang anak dari orang tua yang muslim tidak memiliki ilmu mengenai hal ini maka apa alasannya bagi kita untuk menganggap dirinya sebagai muslim ?
Pandangan Abu A’la Almaududi (3)
Seorang yang terlahir dari orang tua yang ningrat akan menjadi ningrat pula walaupun ia tidak memiliki ilmu apapun. Karena ia terlahir dari ningrat maka ia akan terus menjadi ningrat sampai akhir hayatnya.
Akan tetapi seorang muslim tidak dapat menjadi seorang muslim tanpa memiliki ilmu. Karena islam tidak akan diperoleh karena faktor keturunan. Kalau orang yang bersangkutan tidak mengetahui apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam bagaimana bisa ia menyatakan keimanannya pada ajaran tersebut dan mempraktekkannya ? Dan bila ia menyatakan keimanannya tanpa kesadaran dan tanpa ilmu mengenai ajaran tersebut bagaimana ia bisa menjadi seorang muslim ? adalah tidak mungkin untuk menjadi seorang muslim dan hidup sebagai muslim tanpa tahu apa-apa.
Perbedaan yang sebenarnya antara seorang muslim dengan seorang kafir bukanlah pada perbedaan nama. Nama Jhoni tidaklah berarti bahwa pemiliknya adalah seorang kafir dan nama Abdulloh tidaklah berarti pemiliknya adalah seorang muslim.
Perbedaan yang sebenarnya antara keduanya adalah pada ilmu. Seorang disebut kafir bila ia tidak tahu bagaimana hubungan antara dirinya dengan Alloh dan tidak tahu cara hidup yang mana yang harus ia jalani di dunia ini yang sesuai dengan kehendak Alloh. Bila seorang anak dari orang tua yang muslim tidak memiliki ilmu mengenai hal ini maka apa alasannya bagi kita untuk menganggap dirinya sebagai muslim ?
Bagaimana cara mensyukuri ni’mat ?
Pandangan Abu A’la Almaududi (2)
Marilah kita pikirkan apa sebenarnya arti kata muslim yang kita pakai setiap waktu. Apakah seorang muslim karena ibu bapaknya atau kakeknya adalah muslim ? Apakah seorang muslim terlahir begitu saja sebagai seorang muslim sebagaimana halnya seorang bangsawan lahir sebagai bangsawan atau seorang anak dari kasta Brahmana lahir sebagai brahmana.
Dan apakah seorang muslim disebut muslim karena terlahir di lingkungan muslim sebagaimana seorang Inggris disebut Inggris karena ia terlahir di tengah-tengah masyarakat Inggris ?
Saya yakin anda akan menjawab tidak. Seorang tidak bisa disebut muslim karena alasan-alasan di atas. Seorang tidak bisa disebut muslim karena ia tergolong ke dalam ras tertentu, tetapi ia bisa disebut muslim bila ia menerima islam sebagai agamanya. Seorang beragama hindu atau seorang bangsawan atau orang Inggris akan termasuk ke dalam masyarakat muslim bila ia menerima islam sebagai agamanya.
Sebaliknya seorang yang terlahir di tengah-tengah masyarakat muslim akan dikeluarkan dari masyarakat muslim bila ia melepaskan islam sebagai agamanya walaupun ia anak dari seorang kiyai atau ulama
Pandangan Abu A’la Almaududi (2)
Marilah kita pikirkan apa sebenarnya arti kata muslim yang kita pakai setiap waktu. Apakah seorang muslim karena ibu bapaknya atau kakeknya adalah muslim ? Apakah seorang muslim terlahir begitu saja sebagai seorang muslim sebagaimana halnya seorang bangsawan lahir sebagai bangsawan atau seorang anak dari kasta Brahmana lahir sebagai brahmana.
Dan apakah seorang muslim disebut muslim karena terlahir di lingkungan muslim sebagaimana seorang Inggris disebut Inggris karena ia terlahir di tengah-tengah masyarakat Inggris ?
Saya yakin anda akan menjawab tidak. Seorang tidak bisa disebut muslim karena alasan-alasan di atas. Seorang tidak bisa disebut muslim karena ia tergolong ke dalam ras tertentu, tetapi ia bisa disebut muslim bila ia menerima islam sebagai agamanya. Seorang beragama hindu atau seorang bangsawan atau orang Inggris akan termasuk ke dalam masyarakat muslim bila ia menerima islam sebagai agamanya.
Sebaliknya seorang yang terlahir di tengah-tengah masyarakat muslim akan dikeluarkan dari masyarakat muslim bila ia melepaskan islam sebagai agamanya walaupun ia anak dari seorang kiyai atau ulama
Karunia Alloh terbesar
Pandangan Abu A’la Almaududi (1)
Setiap muslim niscaya yakin sepenuhnya bahwa karunia Alloh yang terbesar di dunia ini adalah agama islam. Seorang muslim akan senantiasa bersyukur kepada Alloh yang telah memasukkannya ke dalam kelompok umat rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan yang telah memberikan kepadanya karunia islam. Alloh sendiri yang telah menyatakan bahwa islam sebagai karunianya yang terbesar yang diberikan kepada hambaNya sebagaimana disebutkan dalam alquran :
الْيَوْمَ أكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإسْلاَمَ دِيْنًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu [almaidah : 3]
Adalah kewajiban bagi kita untuk melaksanakan kewajiban terhadap Alloh karena ni’matNya yang telah diberikannya kepada kita. Seseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikannya sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya, ia adalah orang yang tidak tahu terima kasih. Dan sungguh orang yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap Alloh adalah manusia yang paling tidak tahu terima kasih.
Sekarang mungkin anda bertanya : apakah kewajiban yang harus kita laksanakan kepada Alloh yang telah memberikannya karunia kepada kita ? jawabnya adalah karena Alloh telah memasukkan kita ke dalam kelompok pengikut rosululloh shollallohu alaihi wasallam maka buktinya adalah dengan cara menunjukkan sikap sebagai pengikut rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang setia. Karena Alloh telah memasukkan kita ke dalam kelompok masyarakat muslim maka satu-satunya cara untuk memperlihatkan rasa terima kasih kita kepadaNya adalah dengan menjadi muslim yang benar.
Bila kita tidak menunjukkkan rasa syukur kita dengan cara demikian, maka hukuman atas sikap kita yang tidak tahu terima kasih itu, akan sebanding besarnya dengan karunia yang diberikannya kepada kita
Pandangan Abu A’la Almaududi (1)
Setiap muslim niscaya yakin sepenuhnya bahwa karunia Alloh yang terbesar di dunia ini adalah agama islam. Seorang muslim akan senantiasa bersyukur kepada Alloh yang telah memasukkannya ke dalam kelompok umat rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan yang telah memberikan kepadanya karunia islam. Alloh sendiri yang telah menyatakan bahwa islam sebagai karunianya yang terbesar yang diberikan kepada hambaNya sebagaimana disebutkan dalam alquran :
الْيَوْمَ أكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإسْلاَمَ دِيْنًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu [almaidah : 3]
Adalah kewajiban bagi kita untuk melaksanakan kewajiban terhadap Alloh karena ni’matNya yang telah diberikannya kepada kita. Seseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikannya sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya, ia adalah orang yang tidak tahu terima kasih. Dan sungguh orang yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap Alloh adalah manusia yang paling tidak tahu terima kasih.
Sekarang mungkin anda bertanya : apakah kewajiban yang harus kita laksanakan kepada Alloh yang telah memberikannya karunia kepada kita ? jawabnya adalah karena Alloh telah memasukkan kita ke dalam kelompok pengikut rosululloh shollallohu alaihi wasallam maka buktinya adalah dengan cara menunjukkan sikap sebagai pengikut rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang setia. Karena Alloh telah memasukkan kita ke dalam kelompok masyarakat muslim maka satu-satunya cara untuk memperlihatkan rasa terima kasih kita kepadaNya adalah dengan menjadi muslim yang benar.
Bila kita tidak menunjukkkan rasa syukur kita dengan cara demikian, maka hukuman atas sikap kita yang tidak tahu terima kasih itu, akan sebanding besarnya dengan karunia yang diberikannya kepada kita
Langganan:
Postingan (Atom)