Mengingkari ni’mat Alloh
Untung ada saya, coba kalau tidak ada dia, obat ini khasiatnya benar-benar luar biasa, jelas ….. siapa dulu dong bapaknya, semua ini berkat jasa-jasa saya.
Kalimat ringan tapi sangat tidak sopan kepada Alloh yang sering keluar dari mulut kita. Karunia berasal dari Alloh sungguh naïf Alloh sama sekali tidak dilibatkan. Kita puji makhluq setinggi langit sementara Alloh dilupakan.
Alloh menegur perkataan di atas dengan firmanNya :
يَعْرِفُوْنَ نِعْمَةَ الله ثُمَّ يُنْكِرُوْنَهَا
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya [annahl : 83]
Menurut Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin oarng mengatkan perkataan-perkataan di atas berarti telah melakukan kesalahan :
1. Menyandarkan ni’mat Alloh kepada selainNya dengan demikian telah menjadikan serikat terhadap Alloh dalam rububiyahNya
2. Meninggalkan syukur kepada Alloh yang berarti menafikan tauhid
Lalu bagaimana ucapan yang benar di saat mendapatkan keni’matan ? dahulukan Alloh setelah itu baru kita sebutkan faktor manusia semisal : Alhamdulillah Alloh menyembuhkan penyakit saya lewat obat ini, saya bersyukur kepada Alloh yang telah membuat saya kaya lewat perdagangan dan semisalnya
Maroji’ : alqoul almufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/202
Botol bir
Botol bir
Keharaman bir tidak perlu dibahas karena siapapun bila ia seorang mu’min yang baik maka nuraninya akan mengatakan bahwa ia tidak layak untuk diminum. Yang menjadi masalah adalah botolnya. Apakah boleh kita memanfaatkannya bila birnya sudah dituang ? ataukah keharaman bir juga meliputi status botolnya ?
Di bawah ini adalah riwayat yang bisa menjadi jawaban di atas :
عن عبدالله بن عبّاس رضى الله عنه ... ... قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنَّ الَّذِى حَرَّمَ شُرْبَهَا حَرَّمَ بَيْعَهَا قال فَفَتَحَ الْمَزَادَةَ حَتَّى ذَهَبَ مَا فِيْهَا رواه مسلم والنّسائى
Dari Abdullah bin Abbas rodliyallohu anhu … … bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : sesungguhnya Alloh mengharam meminumnya (khomr) maka Allohpun mengharamkan penjualannya. Ibnu Abbas berkata : Beliapun membuka kendi lalu dituangkan sehingga tertumpah semua khomr yang ada di dalamnya [HR Muslim Nasa’i]
Imam Nawawi berkata : ini merupakan hujah bagi madzhab Syafi’i dan jumhur ulama bahwa bejana khomr tidak perlu dipecah atau dirusak, cukup dibuang saja isinya
Sehingga kita bisa berkesimpulan bahwa yang dipermasalahkan adalah keharaman khomr dan itu tidak merembet kepada botolnya. Walhasil bagi yang ingin memanfaatkan botol bir untuk tempat air maka itu tidak masalah.
Walloohu a’lam
Maroji’ : Syarh shohih Muslim, Imam Nawawi 11/8
Keharaman bir tidak perlu dibahas karena siapapun bila ia seorang mu’min yang baik maka nuraninya akan mengatakan bahwa ia tidak layak untuk diminum. Yang menjadi masalah adalah botolnya. Apakah boleh kita memanfaatkannya bila birnya sudah dituang ? ataukah keharaman bir juga meliputi status botolnya ?
Di bawah ini adalah riwayat yang bisa menjadi jawaban di atas :
عن عبدالله بن عبّاس رضى الله عنه ... ... قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنَّ الَّذِى حَرَّمَ شُرْبَهَا حَرَّمَ بَيْعَهَا قال فَفَتَحَ الْمَزَادَةَ حَتَّى ذَهَبَ مَا فِيْهَا رواه مسلم والنّسائى
Dari Abdullah bin Abbas rodliyallohu anhu … … bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : sesungguhnya Alloh mengharam meminumnya (khomr) maka Allohpun mengharamkan penjualannya. Ibnu Abbas berkata : Beliapun membuka kendi lalu dituangkan sehingga tertumpah semua khomr yang ada di dalamnya [HR Muslim Nasa’i]
Imam Nawawi berkata : ini merupakan hujah bagi madzhab Syafi’i dan jumhur ulama bahwa bejana khomr tidak perlu dipecah atau dirusak, cukup dibuang saja isinya
Sehingga kita bisa berkesimpulan bahwa yang dipermasalahkan adalah keharaman khomr dan itu tidak merembet kepada botolnya. Walhasil bagi yang ingin memanfaatkan botol bir untuk tempat air maka itu tidak masalah.
Walloohu a’lam
Maroji’ : Syarh shohih Muslim, Imam Nawawi 11/8
Doa sapu jagat
Doa sapu jagat
Doa yang berisi permintaan hasanah (kebaikan) di dunia dan hasanah di akhirat sering di sebut sebagai doa sapu jagat. Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menerangkan bahwa yang dimaksud dengan hasanah di dunia meliputi : istri yang sholihah, kendaraan yang bagus, rumah yang nyaman dll, sedangkan hasanah di akhirat meliputi : hisab yang mudah, menerima buku catatan amal dengan tangan kanan, mampu melewati shiroth dengan selamat, mendapat kesempatan minum dari haudh (telaga) yang dimiliki oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan ditetapkan sebagai ahluljannah.
Dalam hal ini manusia terbagi menjadi dua :
Hanya mengejar hasanah di dunia saja
Mengejar hasanah di dunia dan hasanah di akhirat
Dua kelompok manusia ini terangkum dalam firman Alloh :
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَالَهُ فِى الأخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حسَنَةً وَفِى الأخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
200 …………... Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.
201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka" [albaqoroh : 200-201]
Doa ini begitu agung hingga tidak pernah ditinggalkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam begitu juga oleh Anas rodliyallohu anhu sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits :
وعن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال كان أكثر دعاء النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم اللهم آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار مُتَّفَقٌ عَلَيهِ زاد مسلم في روايته قال وكان أنس إذا أراد أن يدعو بدعوة دعا بها فإذا أراد أن يدعو بدعاء دعا بها فيه
Dari Anas rodliyallohu anhu berkata : doa yang paling sering oelh nabi shollallohu alaihi wasallam panjatkan adalah ya Alloh, berikan kepada kami hasanah di dunia dan hasanah di akhirat serta lindungi kami dari api neraka [muttafaq alaih] pada riwayat Muslim ada tambahan : adalah Anas bila akan memulai doa maka ia berdoa dengannya terlebih dahulu
Doa yang berisi permintaan hasanah (kebaikan) di dunia dan hasanah di akhirat sering di sebut sebagai doa sapu jagat. Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menerangkan bahwa yang dimaksud dengan hasanah di dunia meliputi : istri yang sholihah, kendaraan yang bagus, rumah yang nyaman dll, sedangkan hasanah di akhirat meliputi : hisab yang mudah, menerima buku catatan amal dengan tangan kanan, mampu melewati shiroth dengan selamat, mendapat kesempatan minum dari haudh (telaga) yang dimiliki oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan ditetapkan sebagai ahluljannah.
Dalam hal ini manusia terbagi menjadi dua :
Hanya mengejar hasanah di dunia saja
Mengejar hasanah di dunia dan hasanah di akhirat
Dua kelompok manusia ini terangkum dalam firman Alloh :
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَالَهُ فِى الأخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حسَنَةً وَفِى الأخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
200 …………... Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.
201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka" [albaqoroh : 200-201]
Doa ini begitu agung hingga tidak pernah ditinggalkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam begitu juga oleh Anas rodliyallohu anhu sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits :
وعن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال كان أكثر دعاء النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم اللهم آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار مُتَّفَقٌ عَلَيهِ زاد مسلم في روايته قال وكان أنس إذا أراد أن يدعو بدعوة دعا بها فإذا أراد أن يدعو بدعاء دعا بها فيه
Dari Anas rodliyallohu anhu berkata : doa yang paling sering oelh nabi shollallohu alaihi wasallam panjatkan adalah ya Alloh, berikan kepada kami hasanah di dunia dan hasanah di akhirat serta lindungi kami dari api neraka [muttafaq alaih] pada riwayat Muslim ada tambahan : adalah Anas bila akan memulai doa maka ia berdoa dengannya terlebih dahulu
Kedekatan nabi shollallohu alaihi wasallam dengan istrinya saat haidh
Kedekatan nabi shollallohu alaihi wasallam dengan istrinya saat haidh
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ إنَاءٍ وَاحِدٍ كِلانا جُنُبٌ وَكَانَ يَأْمُرُنِي فَأَتَّزِرُ فَيُبَاشِرُنِي وَأَنَا حَائِضٌ وَكَانَ يُخْرِجُ رَأْسَهُ إلَيَّ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأُرَجِّلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : aku mandi bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam dari satu bejana padahal kami berdua dalam keadaan junub, beliau perintahkan aku untuk mengenakan kain sehingga beliau mencumbuiku padahal aku sedang haidh, adalah beliau di saat i’tikaf mengeluarkan kepalanya sehingga aku menyisiri rambutnya padahal aku sedang haidh [HR Bukhori Muslim]
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَتَّكِئُ فِي حِجْرِي فَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَأَنَا حَائِضٌ
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : adalah rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyandarkan diri di pangkuanku lalu beliau membaca alquran padahal aku sedang haidh [HR bukhori Muslim]
Dari hadits ini kita dapat mengetahui bahwa beliau tetap memiliki kedekatan dengan istrinya di kala haidh :
• Di kamar mandi dengan cara mandi berdua
• Di tempat tidur dengan saling bercumbu yang tidak menyebabkan persetubuhan
• Di luar rumah dengan cara menengok beliau saat i’tikaf untuk menyisiri rambut beliau
• Berada di pangkuan istri untuk membaca alquran
Sungguh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh kaum yahudi, di saat istri mereka sedang haidh mereka enggan untuk berkumpul dengannya di rumah.
Maroji’ :
- Umdatul ahkam bab haidh
- Tafsir ibnu Katsir 1/320
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ إنَاءٍ وَاحِدٍ كِلانا جُنُبٌ وَكَانَ يَأْمُرُنِي فَأَتَّزِرُ فَيُبَاشِرُنِي وَأَنَا حَائِضٌ وَكَانَ يُخْرِجُ رَأْسَهُ إلَيَّ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأُرَجِّلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : aku mandi bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam dari satu bejana padahal kami berdua dalam keadaan junub, beliau perintahkan aku untuk mengenakan kain sehingga beliau mencumbuiku padahal aku sedang haidh, adalah beliau di saat i’tikaf mengeluarkan kepalanya sehingga aku menyisiri rambutnya padahal aku sedang haidh [HR Bukhori Muslim]
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَتَّكِئُ فِي حِجْرِي فَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَأَنَا حَائِضٌ
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : adalah rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyandarkan diri di pangkuanku lalu beliau membaca alquran padahal aku sedang haidh [HR bukhori Muslim]
Dari hadits ini kita dapat mengetahui bahwa beliau tetap memiliki kedekatan dengan istrinya di kala haidh :
• Di kamar mandi dengan cara mandi berdua
• Di tempat tidur dengan saling bercumbu yang tidak menyebabkan persetubuhan
• Di luar rumah dengan cara menengok beliau saat i’tikaf untuk menyisiri rambut beliau
• Berada di pangkuan istri untuk membaca alquran
Sungguh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh kaum yahudi, di saat istri mereka sedang haidh mereka enggan untuk berkumpul dengannya di rumah.
Maroji’ :
- Umdatul ahkam bab haidh
- Tafsir ibnu Katsir 1/320
Mengapa kita menolak mengheningkan cipta
Mengapa kita menolak mengheningkan cipta
Berdiri dengan menundukkan kepala sementara musik mengiringinya, itulah mengheningkan cipta satu ritual doa yang ada di hampir setiap Negara. Muslim yang mencintai sunnah akan muncul sikap baro’ (penolakan) terhadapnya, kenapa ? :
Tidak pernah dicontohkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Padahal sesuai dengan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam sesuatu yang tidak dicontohkan adalah bid’ah yang sangat dicela :
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam hal ibadah yang tidak ada contohnya pada kami maka ia tertolak [muttafaq alaih]
Mengheningkan cipta berasal dari kebiasaan orang kafir. Bukankah itu tasyabbuh yang pernah dilarang oleh nabi shollallohu alaihi wasallam ?
Ada iringan musik. Apa bedanya kita dengan kaum nasrani bila masih melakukannya. Bukankah musik tidak pernah lepas dari ritual mereka ? Bukankah terlalu banyak nash yang mengharamkan musik ?
Lirik yang ada pada lagu mengheningkan cipta kalau kita perhatikan sama sekali tidak mencerminkan doa. Ia berisi slogan nasionalisme, satu madzhab yang busuk yang telah mencerai-beraikan persatuan umat islam.
Walhasil ketika kita membidahkan doa dan dzikir berjamaah sudah seyogyanya kitapun harus berani menyatakan bidahnya ritual mengheningkan cipta.
Berdiri dengan menundukkan kepala sementara musik mengiringinya, itulah mengheningkan cipta satu ritual doa yang ada di hampir setiap Negara. Muslim yang mencintai sunnah akan muncul sikap baro’ (penolakan) terhadapnya, kenapa ? :
Tidak pernah dicontohkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Padahal sesuai dengan sabda nabi shollallohu alaihi wasallam sesuatu yang tidak dicontohkan adalah bid’ah yang sangat dicela :
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam hal ibadah yang tidak ada contohnya pada kami maka ia tertolak [muttafaq alaih]
Mengheningkan cipta berasal dari kebiasaan orang kafir. Bukankah itu tasyabbuh yang pernah dilarang oleh nabi shollallohu alaihi wasallam ?
Ada iringan musik. Apa bedanya kita dengan kaum nasrani bila masih melakukannya. Bukankah musik tidak pernah lepas dari ritual mereka ? Bukankah terlalu banyak nash yang mengharamkan musik ?
Lirik yang ada pada lagu mengheningkan cipta kalau kita perhatikan sama sekali tidak mencerminkan doa. Ia berisi slogan nasionalisme, satu madzhab yang busuk yang telah mencerai-beraikan persatuan umat islam.
Walhasil ketika kita membidahkan doa dan dzikir berjamaah sudah seyogyanya kitapun harus berani menyatakan bidahnya ritual mengheningkan cipta.
Ustadz … jangan jadi caleg, ya …
Ustadz … jangan jadi caleg, ya …
Dakwah di era kontemporer ini bertujuan untuk mengembalikan kehidupan kaum muslimin ke garis yang benar demi mengarahkan mereka untuk beribadah kepada Alloh dalam segala aspeknya.
Para duat mendakwahi ekonom atau businessman tanpa harus mereka berprofesi sebagai pebisnis. Mereka mendakwahi politisi dan negarawan tanpa harus mereka beralih profesi dari da’i menjadi politisi. Mereka mendakwahi artis tanpa harus menjadi artis. Mereka mendakwahi preman tanpa harus menjadi preman.
Untuk mengubah sesuatu khususnya sebuah dunia gelap tidak mengaharuskan kita menceburkan diri dalam dunia itu. Dari contoh-contoh pendahulupun tidak melakukan hal itu karena untuk menjadi pebisnis begitu juga politisi tak semudah yang dikhayalkan oleh banyak orang.
Asumsi bahwa jika kita masuk ke sebuah dunia maka kita bisa mengubah dunia itu, ini lebih kepada teori indah tapi ketika dikerjakan amatlah berat, karena dunia bisnis dan politik itu syarat dengan kebohongan, ketidakjujuran, khianat dan haram bisa menjadi halal.
Sehingga yang terjadi ialah perubahan akhlaq dan identitas keislaman da’i yang masuk ke dalamnya. Sikap waro’ menjadi rapuh, kebohongan menjadi biasa, syubhat menjadi keharusan yang sebelumnya takut kepada yang syubhat, belakangan terkesan menjadi berani pada syubhat bahkan mungkin pada yang haram. Kewaroan dan zuhud yang menjadi muwashofat seorang da’i nyaris menjadi tidak popular. Penilaian juga berubah-rubah. Hal-hal (baca : uang) yang sebelumnya dianggap haram, harus dihindari dan merusak kewaroan, belakangan sudah dianggap biasa.
Memang masih ada orang yang mampu bertahan dengan idealismenya di dunia rawan seperti itu, tapi jumlah mereka berapa ? Yang umum adalah terbawa oleh arus utama dalam dunia yang baru dihadapinya.
Hal itu terekam nasehat nabi kepada Abu Dzar Alghifari :
وعن أبي ذر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يا أبا ذر إني أراك ضعيفاً، وإني أحب لك ما أحب لنفسي؛ لا تأمرن على اثنين، ولا تولين مال يتيم رَوَاهُ مُسلِمٌ
.
Dari Abu Dzar rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : wahai Abi Dzar, sesungguhnya aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai diriku sendiri. Kulihat engkau adalah sosok yang lemah, janganlah engkau memimpin dua orang (apalagi orang banyak) dan janganlah engkau mengurusi harta anak yatim [HR Muslim]
Inilah pesan nabi shollallohu alaihi wasallam kepada salah seorang sahabat dekatnya. Apa yang bisa kita pahami dari kisah ini ? Bahwa dunia tertentu seperti kepemimpinan publik menuntut kualifikasi tertentu, artinya tidak setiap orang sholih bisa terjun ke dunia politik. Rosul sama sekali tidak meragukan kesholihan dan ketaqwaan Abu Dzar, beliau adalah sahabat yang mulia akan tetapi kepemimpinan publik adalah dunia yang tidak cukup mengandalkan hanya kesholihan pribadi.
Batu-batu licin dan batu terjal nan tajam yang membahayakan berhamparan di sana. Padahal di jaman itu yang hidup adalah para sahabat, generasi terbaik dengan segala keistimewaannya. Namun rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak merekomendasi Abu Dzar untuk terjun ke dunia politik karena faktor-faktor pribadi yang beliau lihat pada diri Abu Dzar.
Yang terjadi dari jaman ke jaman dalam uji coba terjun ke dunia politik oleh para aktivis dakwah mirip dengan gambaran Abu Dzar itu. Semangat awal memang menkjubkan, yaitu ingin mengubah dunia hitam menjadi dunia cemerlang. Uji coba seperti itu bukan baru pertama kali dilakukan. Generasi-generasi sebelumnya di negeri ini juga sudah melakukan itu, tetapi hasilnya adalah serupa, tidak berubah.
Orang yang masuk ke sana bukan mengubah akan tetapi ikut berubah, bukan mewarnai tetapi terwarnai. Bagaimana jika yang terwarnai ini adalah sebuah rombongan besar yang bercita-cita menegakkan mega proyek besar ? Bukankah siasat itu menjadi praktek bunuh diri dan setback atau mundur dalam memahami materi-materi dakwah. Orang lainpun akan mengatakan, Kenapa anda tidak belajar dari pengalaman saudara-saudara anda sebelumnya ? Apakah anda terlalu percaya diri atau anda telah jatuh dalam isti’jal atau terburu-buru mencapai tujuan ?
Persoalan yang dihadapi bukan hanya soal uang risywah (suap menyuap) dan sejenisnya walaupun ini telah banyak mengubah orientasi aktivis islam dari idealism ke pragmatisme, akan tetapi ada hal-hal yang masuk ke dalam wilayah aqidah. Seorang muslim yang aqidahnya telah tershibghoh tauhid bagaimana dapat bekerja sama dengan kaum yang menghalalkan segala cara bahkan menghalalkan kekufuran dan kefasikan ? Bukankah Alloh pernah mengingatkan nabinya dengan peringatan yang keras yang tidak ada peringatan sekeras itu dalam firmanNya :
وَإنْ كَادُوْا لَيَفْتِنُوْنَكَ عَنِ الَّذِى أوْحَيْنَا إلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإذَا لاتَّخَذُوْكَ خَلِيْلاً
وَلَوْلاَ أنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إلَيْهِمْ شَيْأً قَلِيْلاً
إذًا لأذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لاَ تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيْرًا
73. Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia.
74. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,
75. Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. [al isro’ : 73-74]
Jika yang berjuang itu adalah nabiyulloh, yang menetapkan hatinya adalah Alloh dan wahyu turun menegurnya bila terjadi pembelokan dalam gerakan dakwahnya.
Akan tetapi ketika yang berjuang adalah manusia biasa, wahyu apakah yang turun mengingatkannya ? Yang mengingatkan hanyalah manusia yang ingin memelihara orisinilitas dakwahnya..
Akan tetapi musibah besar jika yang memberi nasehat dianggap sebagai penghalang dakwah. Padahal andaikan tidak ada “ si penghalang dakwah “ itu mereka bisa terjerumus ke dalam kebinasaan.
Peringatan keras robbani di atas seharusnya juga dipahami sebagai peringatan untuk para da’i yang berjuang menegakkan dinulloh. Mereka harus benar-benar konsisten di jalan dakwah dan tidak tergiur oleh rayuan-rayuan manusia dan bisikan-bisikan setan untuk mengubah arah pemahaman metodologi dakwah mereka. Jadi … cobaan yang dikhawatirkan bukan cobaan yang datang dari luar tetapi dari diri sendiri
Maroji’ : melawan sekulerisme, DR Daud Rosyid hal 143-150
Dakwah di era kontemporer ini bertujuan untuk mengembalikan kehidupan kaum muslimin ke garis yang benar demi mengarahkan mereka untuk beribadah kepada Alloh dalam segala aspeknya.
Para duat mendakwahi ekonom atau businessman tanpa harus mereka berprofesi sebagai pebisnis. Mereka mendakwahi politisi dan negarawan tanpa harus mereka beralih profesi dari da’i menjadi politisi. Mereka mendakwahi artis tanpa harus menjadi artis. Mereka mendakwahi preman tanpa harus menjadi preman.
Untuk mengubah sesuatu khususnya sebuah dunia gelap tidak mengaharuskan kita menceburkan diri dalam dunia itu. Dari contoh-contoh pendahulupun tidak melakukan hal itu karena untuk menjadi pebisnis begitu juga politisi tak semudah yang dikhayalkan oleh banyak orang.
Asumsi bahwa jika kita masuk ke sebuah dunia maka kita bisa mengubah dunia itu, ini lebih kepada teori indah tapi ketika dikerjakan amatlah berat, karena dunia bisnis dan politik itu syarat dengan kebohongan, ketidakjujuran, khianat dan haram bisa menjadi halal.
Sehingga yang terjadi ialah perubahan akhlaq dan identitas keislaman da’i yang masuk ke dalamnya. Sikap waro’ menjadi rapuh, kebohongan menjadi biasa, syubhat menjadi keharusan yang sebelumnya takut kepada yang syubhat, belakangan terkesan menjadi berani pada syubhat bahkan mungkin pada yang haram. Kewaroan dan zuhud yang menjadi muwashofat seorang da’i nyaris menjadi tidak popular. Penilaian juga berubah-rubah. Hal-hal (baca : uang) yang sebelumnya dianggap haram, harus dihindari dan merusak kewaroan, belakangan sudah dianggap biasa.
Memang masih ada orang yang mampu bertahan dengan idealismenya di dunia rawan seperti itu, tapi jumlah mereka berapa ? Yang umum adalah terbawa oleh arus utama dalam dunia yang baru dihadapinya.
Hal itu terekam nasehat nabi kepada Abu Dzar Alghifari :
وعن أبي ذر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يا أبا ذر إني أراك ضعيفاً، وإني أحب لك ما أحب لنفسي؛ لا تأمرن على اثنين، ولا تولين مال يتيم رَوَاهُ مُسلِمٌ
.
Dari Abu Dzar rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : wahai Abi Dzar, sesungguhnya aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai diriku sendiri. Kulihat engkau adalah sosok yang lemah, janganlah engkau memimpin dua orang (apalagi orang banyak) dan janganlah engkau mengurusi harta anak yatim [HR Muslim]
Inilah pesan nabi shollallohu alaihi wasallam kepada salah seorang sahabat dekatnya. Apa yang bisa kita pahami dari kisah ini ? Bahwa dunia tertentu seperti kepemimpinan publik menuntut kualifikasi tertentu, artinya tidak setiap orang sholih bisa terjun ke dunia politik. Rosul sama sekali tidak meragukan kesholihan dan ketaqwaan Abu Dzar, beliau adalah sahabat yang mulia akan tetapi kepemimpinan publik adalah dunia yang tidak cukup mengandalkan hanya kesholihan pribadi.
Batu-batu licin dan batu terjal nan tajam yang membahayakan berhamparan di sana. Padahal di jaman itu yang hidup adalah para sahabat, generasi terbaik dengan segala keistimewaannya. Namun rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak merekomendasi Abu Dzar untuk terjun ke dunia politik karena faktor-faktor pribadi yang beliau lihat pada diri Abu Dzar.
Yang terjadi dari jaman ke jaman dalam uji coba terjun ke dunia politik oleh para aktivis dakwah mirip dengan gambaran Abu Dzar itu. Semangat awal memang menkjubkan, yaitu ingin mengubah dunia hitam menjadi dunia cemerlang. Uji coba seperti itu bukan baru pertama kali dilakukan. Generasi-generasi sebelumnya di negeri ini juga sudah melakukan itu, tetapi hasilnya adalah serupa, tidak berubah.
Orang yang masuk ke sana bukan mengubah akan tetapi ikut berubah, bukan mewarnai tetapi terwarnai. Bagaimana jika yang terwarnai ini adalah sebuah rombongan besar yang bercita-cita menegakkan mega proyek besar ? Bukankah siasat itu menjadi praktek bunuh diri dan setback atau mundur dalam memahami materi-materi dakwah. Orang lainpun akan mengatakan, Kenapa anda tidak belajar dari pengalaman saudara-saudara anda sebelumnya ? Apakah anda terlalu percaya diri atau anda telah jatuh dalam isti’jal atau terburu-buru mencapai tujuan ?
Persoalan yang dihadapi bukan hanya soal uang risywah (suap menyuap) dan sejenisnya walaupun ini telah banyak mengubah orientasi aktivis islam dari idealism ke pragmatisme, akan tetapi ada hal-hal yang masuk ke dalam wilayah aqidah. Seorang muslim yang aqidahnya telah tershibghoh tauhid bagaimana dapat bekerja sama dengan kaum yang menghalalkan segala cara bahkan menghalalkan kekufuran dan kefasikan ? Bukankah Alloh pernah mengingatkan nabinya dengan peringatan yang keras yang tidak ada peringatan sekeras itu dalam firmanNya :
وَإنْ كَادُوْا لَيَفْتِنُوْنَكَ عَنِ الَّذِى أوْحَيْنَا إلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإذَا لاتَّخَذُوْكَ خَلِيْلاً
وَلَوْلاَ أنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إلَيْهِمْ شَيْأً قَلِيْلاً
إذًا لأذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لاَ تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيْرًا
73. Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia.
74. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,
75. Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. [al isro’ : 73-74]
Jika yang berjuang itu adalah nabiyulloh, yang menetapkan hatinya adalah Alloh dan wahyu turun menegurnya bila terjadi pembelokan dalam gerakan dakwahnya.
Akan tetapi ketika yang berjuang adalah manusia biasa, wahyu apakah yang turun mengingatkannya ? Yang mengingatkan hanyalah manusia yang ingin memelihara orisinilitas dakwahnya..
Akan tetapi musibah besar jika yang memberi nasehat dianggap sebagai penghalang dakwah. Padahal andaikan tidak ada “ si penghalang dakwah “ itu mereka bisa terjerumus ke dalam kebinasaan.
Peringatan keras robbani di atas seharusnya juga dipahami sebagai peringatan untuk para da’i yang berjuang menegakkan dinulloh. Mereka harus benar-benar konsisten di jalan dakwah dan tidak tergiur oleh rayuan-rayuan manusia dan bisikan-bisikan setan untuk mengubah arah pemahaman metodologi dakwah mereka. Jadi … cobaan yang dikhawatirkan bukan cobaan yang datang dari luar tetapi dari diri sendiri
Maroji’ : melawan sekulerisme, DR Daud Rosyid hal 143-150
Tidak semua yang haram adalah najis
Tidak semua yang haram adalah najis
Sebuah kaedah fiqih mengatakan :
إنَّ كُلَّ نَجَسٍ فَهُوَ حَرَامٌ وَلَيْسَ كُلُّ حَرَامٍ نَجَسٌ
Untuk yang pertama kita bisa melihat bahwa kencing, darah haidh, air madzi dll dimasukkan oleh para ulama sebagai dzat yang najis yang otomatis statusnya adalah haram untuk dikonsumsi.
Sementara emas dan sutra yang haram dikenakan oleh pria tidak serta merta ketika para pria memegangnya menyebabkan yang bersangkutan harus mencuci tangannya.
Kodok, semut, lebah dll adalah binatang yang dilarang dibunuh sehingga imam Syafi’i berpendapat bahwa jika binatang tersebut haram untuk dibunuh maka haram pula memakannya akan tetapi di saat kita memegangnya tidak ada kewajiban bagi kita untuk membersihkan diri karena binatang-binatang tersebut tidak dikategorikan sebagai binatang najis.
Rokok, narkotika dan sejenisnya adalah haram akan tetapi tidak ada satupun dalil yang memvonisnya sebagai dzat yang najis.
Maroji’ : syarh shohih Muslim tahqiq Ridwan Jami’ Ridwan
Sebuah kaedah fiqih mengatakan :
إنَّ كُلَّ نَجَسٍ فَهُوَ حَرَامٌ وَلَيْسَ كُلُّ حَرَامٍ نَجَسٌ
Untuk yang pertama kita bisa melihat bahwa kencing, darah haidh, air madzi dll dimasukkan oleh para ulama sebagai dzat yang najis yang otomatis statusnya adalah haram untuk dikonsumsi.
Sementara emas dan sutra yang haram dikenakan oleh pria tidak serta merta ketika para pria memegangnya menyebabkan yang bersangkutan harus mencuci tangannya.
Kodok, semut, lebah dll adalah binatang yang dilarang dibunuh sehingga imam Syafi’i berpendapat bahwa jika binatang tersebut haram untuk dibunuh maka haram pula memakannya akan tetapi di saat kita memegangnya tidak ada kewajiban bagi kita untuk membersihkan diri karena binatang-binatang tersebut tidak dikategorikan sebagai binatang najis.
Rokok, narkotika dan sejenisnya adalah haram akan tetapi tidak ada satupun dalil yang memvonisnya sebagai dzat yang najis.
Maroji’ : syarh shohih Muslim tahqiq Ridwan Jami’ Ridwan
Ruginya orang yang malas bersholawat
Ruginya orang yang malas bersholawat
1. Didoakan kejelekan oleh malaikat dan diaminkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم رغم أنف رجل ذكرت عنده فلم يصل عليّ رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : celakalah seseorang yang namaku disebut di sisinya sementara ia tidak bersholawat kepadaku [HR Tirmidzi]
2. Mendapat gelar buruk
وعن عليّ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم البخيل من ذكرت عنده فلم يصل عليّ رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari Ali rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : seorang disebut pelit bila namaku disebut di sisinya sementara ia tidak bersholawat untukku [HR Tirmidzi]
3. Kehilangan banyak kebaikan
وعن عبد اللَّه بن عمرو بن العاص رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما أنه سمع رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم
يقول من صلي عليّ صلاة صلى اللَّه عليه بها عشراً رَوَاهُ مُسلِمٌ
Dari Abdulloh bin Amru bin Ash rodliyallohu anhuma bahwasanya ia mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Alloh akan bersholawat untuknya sepuluh kali [HR Muslim]
وعن ابن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم عليّ صلاة رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari ibnu Mas’ud rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bersholawat untukku [HR Tirmidzi]
1. Didoakan kejelekan oleh malaikat dan diaminkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم رغم أنف رجل ذكرت عنده فلم يصل عليّ رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : celakalah seseorang yang namaku disebut di sisinya sementara ia tidak bersholawat kepadaku [HR Tirmidzi]
2. Mendapat gelar buruk
وعن عليّ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم البخيل من ذكرت عنده فلم يصل عليّ رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari Ali rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : seorang disebut pelit bila namaku disebut di sisinya sementara ia tidak bersholawat untukku [HR Tirmidzi]
3. Kehilangan banyak kebaikan
وعن عبد اللَّه بن عمرو بن العاص رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما أنه سمع رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم
يقول من صلي عليّ صلاة صلى اللَّه عليه بها عشراً رَوَاهُ مُسلِمٌ
Dari Abdulloh bin Amru bin Ash rodliyallohu anhuma bahwasanya ia mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Alloh akan bersholawat untuknya sepuluh kali [HR Muslim]
وعن ابن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم عليّ صلاة رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari ibnu Mas’ud rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bersholawat untukku [HR Tirmidzi]
Pemimpin dan para penjilatnya
Pemimpin dan para penjilatnya
Di dunia ini begitu mudahnya kita mendapatkan pemimpin yang dikelilingi oleh para penjilat yang berprinsip ABS (Asal Bapak Senang). Sebaliknya kita akan menemui kesulitan luar biasa mencari pemimpin yang dikelilingi oleh para menteri yang dengan ketulusan cintanya kepada pemimpin berani mengingatkannya dari kesalahan.
Untuk hal ini maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam telah mengingatkan :
وعن أبي سعيد وأبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال ما بعث اللَّه من نبي ولا استخلف من خليفة إلا كانت له بطانتان بطانة تأمره بالمعروف وتحضه عليه، وبطانة تأمره بالشر وتحضه عليه؛ والمعصوم من عصم اللَّه رَوَاهُ البُخَارِيُّ
.
Dari Abu Said dan Abu Huroiroh rodliyallohu anhuma bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : tidaklah Alloh mengutus seorang nabi dan tidaklah Alloh menetapkan seorang untuk berkuasa kecuali memiliki dua tipe bithonah (teman dekat) yaitu bithonah yang mengajak kepada kebaikan dan menganjurkannya dan bithonah yang mengajak kepada perbuatan jahat dan menganjurkannya, adapun yang ma’shum (yang terjaga) adalah orang yang mendapat penjagaan dari Alloh [HR Bukhori]
وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إذا أراد اللَّه بالأمير خيراً جعل له وزير صدق إن نسي ذكره، وإن ذكر أعانه، وإذا أراد به غير ذلك جعل له وزير سوء إن نسي لم يذكره، وإن ذكر لم يعنه رواه أبو داود
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : bersabda rosululoh shollallohu alaihi wasallam : apabila Alloh berkehendak kebaikan kepada seorang pemimpin maka Alloh akan mendampingkannya dengan seorang wazir (pemimpin, pembantu)yang jujur. Bila pemimpin lalai maka ia akan mengingatkannya, bila ingat ia akan membantunya. Sebaliknya bila Alloh menghendaki keburukan kepada seorang pemimpin maka ia akan menyandingkannya dengan wazir yang jahat. Bila pemimpin lalai maka ia tidak akan mengingatkannya bila ingat ia tidak akan membantunya [HR Abu Daud]
Alangkah baiknya bila kita melihat kepada Umar bin Khothob rodliyallohu anhu sebagai perbandingan antara kepemimpinan yang kita lihat secara umum di dunia dengan kepemimpinan seorang yang diridloi oleh Alloh dan rosulNya Umar bin Khothob rodliyallohu anhu. Inilah yang dituturkan oleh Abdulloh ibnu Abbas rodliyallohu anhu :
وعَنْ ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهماُ قال: قدم عيينة بن حصن فنزل عَلَى ابن أخيه الحر بن قيس، وكان مِنْ النفر الذين يدنيهم عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وكان القراء أصحاب مجلس عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ومشاورته كهولا كانوا أو شبانا. فقال عيينه لابن أخيه يا ابن أخي لك وجه عند هذا الأمير فاستأذن لي عليه. فاستأذن فأذن له عمر. فلما دخل قال هي يا ابن الخطاب! فواللَّه ما تعطينا الجزل، ولا تحكم فينا بالعدل. فغضب عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حتى هم أن يوقع به. فقال له الحر: يا أمير المؤمنين إن اللَّه تعالى قال لنبيه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ خذ العفو، وأمر بالعرف، وأعرض عَنْ الجاهلين وإن هذا مِنْ الجاهلين. واللَّه ما جاوزها عمر حين تلاها، وكان وقافا عند كتاب اللَّه تعالى. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.
Dari ibnu Abbas rodliyallohu anhuma berkata : Uyainah bin Hishn tiba dan singgah di tempat keponakannya yang bernama Alhur bin Qois dimana ia termasuk orang kepercayaan Umar rodliyallohu anhu. Para Qurro’ (penghafal alquran) adalah teman majlis dan musyawarah Umar rodliyallohu anhu baik dari kalangan tua maupun muda. Uyainah berkata kepada keponakannya : wahai keponakanku, engkau memiliki kedudukan istimewa di sisi amirulmu’minin oleh karena itu tolong beri kesempatan kepadaku agar aku bisa menjumpainya. Akhirnya ia meminta izin dan Umar memberi kesempatan padanya. Tatkala masuk menemuinya ia berkata : wahai anak Khothob ! engkau tidak memberikan kepada kami hak yang banyak dan engkau tidak memimpin kami dengan adil ! Umar murka hingga hendak memukulnya. Alhur berkata : wahai Amirulmu’minin, sesungguhnya Alloh telah berfirman kepada nabiNya shollallohu alaihi wasallam “ berikan maaf, perintahkan yang baik dan berpalinglah dari orang bodoh “ sesungguhnya orang ini adalah bodoh. Demi Alloh Umar tidak melampaui ayat itu di saat dibacakan karena ia adalah orang yang senantiasa tunduk di sisi kitabulloh Ta’ala [HR Bukhori]
Di dunia ini begitu mudahnya kita mendapatkan pemimpin yang dikelilingi oleh para penjilat yang berprinsip ABS (Asal Bapak Senang). Sebaliknya kita akan menemui kesulitan luar biasa mencari pemimpin yang dikelilingi oleh para menteri yang dengan ketulusan cintanya kepada pemimpin berani mengingatkannya dari kesalahan.
Untuk hal ini maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam telah mengingatkan :
وعن أبي سعيد وأبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال ما بعث اللَّه من نبي ولا استخلف من خليفة إلا كانت له بطانتان بطانة تأمره بالمعروف وتحضه عليه، وبطانة تأمره بالشر وتحضه عليه؛ والمعصوم من عصم اللَّه رَوَاهُ البُخَارِيُّ
.
Dari Abu Said dan Abu Huroiroh rodliyallohu anhuma bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : tidaklah Alloh mengutus seorang nabi dan tidaklah Alloh menetapkan seorang untuk berkuasa kecuali memiliki dua tipe bithonah (teman dekat) yaitu bithonah yang mengajak kepada kebaikan dan menganjurkannya dan bithonah yang mengajak kepada perbuatan jahat dan menganjurkannya, adapun yang ma’shum (yang terjaga) adalah orang yang mendapat penjagaan dari Alloh [HR Bukhori]
وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إذا أراد اللَّه بالأمير خيراً جعل له وزير صدق إن نسي ذكره، وإن ذكر أعانه، وإذا أراد به غير ذلك جعل له وزير سوء إن نسي لم يذكره، وإن ذكر لم يعنه رواه أبو داود
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : bersabda rosululoh shollallohu alaihi wasallam : apabila Alloh berkehendak kebaikan kepada seorang pemimpin maka Alloh akan mendampingkannya dengan seorang wazir (pemimpin, pembantu)yang jujur. Bila pemimpin lalai maka ia akan mengingatkannya, bila ingat ia akan membantunya. Sebaliknya bila Alloh menghendaki keburukan kepada seorang pemimpin maka ia akan menyandingkannya dengan wazir yang jahat. Bila pemimpin lalai maka ia tidak akan mengingatkannya bila ingat ia tidak akan membantunya [HR Abu Daud]
Alangkah baiknya bila kita melihat kepada Umar bin Khothob rodliyallohu anhu sebagai perbandingan antara kepemimpinan yang kita lihat secara umum di dunia dengan kepemimpinan seorang yang diridloi oleh Alloh dan rosulNya Umar bin Khothob rodliyallohu anhu. Inilah yang dituturkan oleh Abdulloh ibnu Abbas rodliyallohu anhu :
وعَنْ ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهماُ قال: قدم عيينة بن حصن فنزل عَلَى ابن أخيه الحر بن قيس، وكان مِنْ النفر الذين يدنيهم عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وكان القراء أصحاب مجلس عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ومشاورته كهولا كانوا أو شبانا. فقال عيينه لابن أخيه يا ابن أخي لك وجه عند هذا الأمير فاستأذن لي عليه. فاستأذن فأذن له عمر. فلما دخل قال هي يا ابن الخطاب! فواللَّه ما تعطينا الجزل، ولا تحكم فينا بالعدل. فغضب عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حتى هم أن يوقع به. فقال له الحر: يا أمير المؤمنين إن اللَّه تعالى قال لنبيه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ خذ العفو، وأمر بالعرف، وأعرض عَنْ الجاهلين وإن هذا مِنْ الجاهلين. واللَّه ما جاوزها عمر حين تلاها، وكان وقافا عند كتاب اللَّه تعالى. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.
Dari ibnu Abbas rodliyallohu anhuma berkata : Uyainah bin Hishn tiba dan singgah di tempat keponakannya yang bernama Alhur bin Qois dimana ia termasuk orang kepercayaan Umar rodliyallohu anhu. Para Qurro’ (penghafal alquran) adalah teman majlis dan musyawarah Umar rodliyallohu anhu baik dari kalangan tua maupun muda. Uyainah berkata kepada keponakannya : wahai keponakanku, engkau memiliki kedudukan istimewa di sisi amirulmu’minin oleh karena itu tolong beri kesempatan kepadaku agar aku bisa menjumpainya. Akhirnya ia meminta izin dan Umar memberi kesempatan padanya. Tatkala masuk menemuinya ia berkata : wahai anak Khothob ! engkau tidak memberikan kepada kami hak yang banyak dan engkau tidak memimpin kami dengan adil ! Umar murka hingga hendak memukulnya. Alhur berkata : wahai Amirulmu’minin, sesungguhnya Alloh telah berfirman kepada nabiNya shollallohu alaihi wasallam “ berikan maaf, perintahkan yang baik dan berpalinglah dari orang bodoh “ sesungguhnya orang ini adalah bodoh. Demi Alloh Umar tidak melampaui ayat itu di saat dibacakan karena ia adalah orang yang senantiasa tunduk di sisi kitabulloh Ta’ala [HR Bukhori]
Menengok orang sakit
Menengok orang sakit
Sakitnya seorang muslim akan menjadi ladang pahala bagi muslim lainnya. Ia bisa menengoknya untuk menghiburnya, mendoakannya atau memberi sedikit rizki untuk meringankan biaya pengobatan. Sungguh menengok orang sakit adalah perbuatan mulia yang ringan akan tetapi Alloh akan memberikan pembalasan dengan sebaik-baik pembalasan.
• Mendapat aljannah
عن أبى هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم من عاد مريضاً أو زار أخاً له في اللَّه ناداه مناد بأن طبت وطاب ممشاك، وتبوأت من الجنة منزلاً رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
Dari Abu huroiroh rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : barangsiapa menengok orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Alloh maka maka ada yang menyeru di langit “ semoga perjalananmu mendapat kebaikan dan engkau akan mendapat tempat di dalam aljannah ” [HR Tirmidzi]
وعن ثوبان رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال إن المسلم إذا عاد أخاه المسلم لم يزل في خرفة الجنة حتى يرجع قيل يا رَسُول اللَّهِ وما خرفة الجنة ؟ قال جناها رَوَاهُ مُسلِم
Dari Tsauban rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : seorang muslim bila menjenguk saudaranya ia dinilai berada di khurfatul jannah (kebun yang di dalam aljannah) hingga ia kembali. Ada yang bertanya : ya rosulalloh apakah khurfatul jannah itu ? beliau menjawab : kebun yang sedang berbuah [HR Muslim]
• Diserupakan dengan menengok Alloh
وعنه رَضيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إن اللَّه عز وجل يقول يوم القيامة يا ابن آدم مرضت فلم تعدني قال يا رب كيف أعودك وأنت رب العالمين ؟ قال أما علمت أن عبدي فلاناً مرض فلم تعده ؟ أما علمت أنك لو عدته لوجدتني عنده ….. رَوَاهُ مُسلِمٌ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : pada hari kiamat Alloh akan memanggil : wahai anak Adam Aku sakit dan engkau tidak menjengukku. Ia menjawab : wahai Robku bagaimana mungkin aku menjengukMu sementara Engkau adalah Rob semesta alam. Alloh berfirman : apakah engkau tidak tahu ada hambaku si fulan sakit dan engkau tidak menjengukku, bukankah engkau tahu kalau engkau menjenguknya maka engkau akan mendapatiKu di sana …… [HR muslim]
• Didoakan para malaikat
وعن علي رَضِي اللَّهُ عَنهُ قال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يقول ما من مسلم يعود مسلماً غدوة إلا صلى عليه سبعون ألف ملك حتى يمسي، وإن عاده عشية إلا صلى عليه سبعون ألف ملك حتى يصبح وكان له خريف في الجنة رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari Ali rodliyallohu anhu aku m,endengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : tidaklah seorang muslim yang menengok muslim lainnya pada waktu pagi kecuali ia didoakan oleh 70.000 malaikat hingga sore hari. Bila menengoknya pada sore hari maka ia didoakan 70.000 malaikat hingga pagi hari dan mendapat jaminan buah yang terketam di dalam aljannah [HR Tirmidzi]
Sakitnya seorang muslim akan menjadi ladang pahala bagi muslim lainnya. Ia bisa menengoknya untuk menghiburnya, mendoakannya atau memberi sedikit rizki untuk meringankan biaya pengobatan. Sungguh menengok orang sakit adalah perbuatan mulia yang ringan akan tetapi Alloh akan memberikan pembalasan dengan sebaik-baik pembalasan.
• Mendapat aljannah
عن أبى هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم من عاد مريضاً أو زار أخاً له في اللَّه ناداه مناد بأن طبت وطاب ممشاك، وتبوأت من الجنة منزلاً رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
Dari Abu huroiroh rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : barangsiapa menengok orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Alloh maka maka ada yang menyeru di langit “ semoga perjalananmu mendapat kebaikan dan engkau akan mendapat tempat di dalam aljannah ” [HR Tirmidzi]
وعن ثوبان رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال إن المسلم إذا عاد أخاه المسلم لم يزل في خرفة الجنة حتى يرجع قيل يا رَسُول اللَّهِ وما خرفة الجنة ؟ قال جناها رَوَاهُ مُسلِم
Dari Tsauban rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : seorang muslim bila menjenguk saudaranya ia dinilai berada di khurfatul jannah (kebun yang di dalam aljannah) hingga ia kembali. Ada yang bertanya : ya rosulalloh apakah khurfatul jannah itu ? beliau menjawab : kebun yang sedang berbuah [HR Muslim]
• Diserupakan dengan menengok Alloh
وعنه رَضيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إن اللَّه عز وجل يقول يوم القيامة يا ابن آدم مرضت فلم تعدني قال يا رب كيف أعودك وأنت رب العالمين ؟ قال أما علمت أن عبدي فلاناً مرض فلم تعده ؟ أما علمت أنك لو عدته لوجدتني عنده ….. رَوَاهُ مُسلِمٌ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : pada hari kiamat Alloh akan memanggil : wahai anak Adam Aku sakit dan engkau tidak menjengukku. Ia menjawab : wahai Robku bagaimana mungkin aku menjengukMu sementara Engkau adalah Rob semesta alam. Alloh berfirman : apakah engkau tidak tahu ada hambaku si fulan sakit dan engkau tidak menjengukku, bukankah engkau tahu kalau engkau menjenguknya maka engkau akan mendapatiKu di sana …… [HR muslim]
• Didoakan para malaikat
وعن علي رَضِي اللَّهُ عَنهُ قال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يقول ما من مسلم يعود مسلماً غدوة إلا صلى عليه سبعون ألف ملك حتى يمسي، وإن عاده عشية إلا صلى عليه سبعون ألف ملك حتى يصبح وكان له خريف في الجنة رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ
Dari Ali rodliyallohu anhu aku m,endengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : tidaklah seorang muslim yang menengok muslim lainnya pada waktu pagi kecuali ia didoakan oleh 70.000 malaikat hingga sore hari. Bila menengoknya pada sore hari maka ia didoakan 70.000 malaikat hingga pagi hari dan mendapat jaminan buah yang terketam di dalam aljannah [HR Tirmidzi]
Ketika bermusyawarah
Ketika bermusyawarah
Banyak umat islam berpecah belah terjadi setelah mereka bermusyawarah. Muktamar sebuah organisasi islam menghasilkan keputusan yang sangat bermanfaat akan tetapi tidak luput dari perpecahan yang mengakibatkan putusnya tali ukhuwah. Demikian juga di saat menyambut bulan romadlon. Jamaah bermusyawarah untuk menentukan formasi rokaat sholat tarwih ternyata perpecahan tidak bisa dihindari sehingga putuslah tali silaturrohim. Padahal sholat tarwih hukumnya sunnah, artinya bila kita tinggalkan kita tidak dikenai beban dosa sementara menjaga persatuan umat islam hukumnya wajib. Apakah gara-gara mengejar yang sunnah kemudian meninggalkan yang wajib ?
Maka ada 3 nasehat sehubungan dengan musyawarah :
Masuklah ke ruang rapat dengan membawa usulan bukan kesimpulan, karena ketika kita membawa kesimpulan maka ada perasaan bahwa apa yang akan kita sampaikan pastilah kebenaran yang harus diterima padahal tidak menutupkemungkina di saat kita sampaikan kesimpulan itu sementara ada tanggapan dari peserta lain kita bisa mendapatkan kenyataan bahwa apa yang kita utarakan ternyata salah. Di sisi lain bila kita memasuki rapat dengan membawa usulan maka sikap tawadlu akan membimbing kita karena kita akan sadar bahwa saudara kita yang lainpun membawa kesimpulan yang tidak menutup kemungkinan bahwa usulan orang lain ternyata lebih afdhol dan lebih layak untuk diterima.
Bila usulan kita ditolak maka bersyukurlah kepada Alloh karena kita lepas tanggung jawab di hadapan Alloh pada hari kiamat.
Sebaliknya bila usulan kita diterima maka segeralah beristighfar kepada Alloh karena usulan yang diterima akan dijalankan oleh para peserta maka kitalah yang pertamakali dimintai pertanggung jawaban di sisi Alloh. Kalau usulan kita baik sementara ada usulan orang lain yang lebih baik akan tetapi karena kecakapan kita dalam menyampaikan pendapat sehingga usulan kitalah yang diterima berarti kita telah menyingkirkan sesuatu yang lebih berharga dan itu akan menjadi perhitungan tersendiri di sisi Alloh terlebih jika usulan kita adalah kebatilan wal ‘iyaadzu billah
Banyak umat islam berpecah belah terjadi setelah mereka bermusyawarah. Muktamar sebuah organisasi islam menghasilkan keputusan yang sangat bermanfaat akan tetapi tidak luput dari perpecahan yang mengakibatkan putusnya tali ukhuwah. Demikian juga di saat menyambut bulan romadlon. Jamaah bermusyawarah untuk menentukan formasi rokaat sholat tarwih ternyata perpecahan tidak bisa dihindari sehingga putuslah tali silaturrohim. Padahal sholat tarwih hukumnya sunnah, artinya bila kita tinggalkan kita tidak dikenai beban dosa sementara menjaga persatuan umat islam hukumnya wajib. Apakah gara-gara mengejar yang sunnah kemudian meninggalkan yang wajib ?
Maka ada 3 nasehat sehubungan dengan musyawarah :
Masuklah ke ruang rapat dengan membawa usulan bukan kesimpulan, karena ketika kita membawa kesimpulan maka ada perasaan bahwa apa yang akan kita sampaikan pastilah kebenaran yang harus diterima padahal tidak menutupkemungkina di saat kita sampaikan kesimpulan itu sementara ada tanggapan dari peserta lain kita bisa mendapatkan kenyataan bahwa apa yang kita utarakan ternyata salah. Di sisi lain bila kita memasuki rapat dengan membawa usulan maka sikap tawadlu akan membimbing kita karena kita akan sadar bahwa saudara kita yang lainpun membawa kesimpulan yang tidak menutup kemungkinan bahwa usulan orang lain ternyata lebih afdhol dan lebih layak untuk diterima.
Bila usulan kita ditolak maka bersyukurlah kepada Alloh karena kita lepas tanggung jawab di hadapan Alloh pada hari kiamat.
Sebaliknya bila usulan kita diterima maka segeralah beristighfar kepada Alloh karena usulan yang diterima akan dijalankan oleh para peserta maka kitalah yang pertamakali dimintai pertanggung jawaban di sisi Alloh. Kalau usulan kita baik sementara ada usulan orang lain yang lebih baik akan tetapi karena kecakapan kita dalam menyampaikan pendapat sehingga usulan kitalah yang diterima berarti kita telah menyingkirkan sesuatu yang lebih berharga dan itu akan menjadi perhitungan tersendiri di sisi Alloh terlebih jika usulan kita adalah kebatilan wal ‘iyaadzu billah
Kalender hijriyyah lebih baik dari kalender masehi
Kalender hijriyyah lebih baik dari kalender masehi
فاَلِقُ الإِصْبَاحِ وَجَعَلَ الَّيْلَ سَكَناً وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْباَنًا ذَالِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. [al an’am : 96]
Matahari selalu terbit dan terbenam dengan tepat waktu dari hari ke hari. Namun apakah matahari hanya sekedar pengantar kita beraktivitas ? Ternyata tidak. Matahari juga adalah alat hitung yang Alloh ciptakan untuk menandai pergantian hari dan tanggal dari terbenam ke terbenam. Demikian juga bulan yang menemani masa-masa malam kita, bulan bukan sekedar pemberi cahaya dan penghias langit di malam hari akan tetapi bulan Alloh ciptakan sebagai tempat berhimpunnya hitungan hari dan tanggal yang Alloh simpulkan dalam ikatan bulan. Jadi sejatinya bulan dan matahari adalah sepasang alat hitung yang Alloh ciptakan dimana keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagaimana yang Alloh terangkan dalam firmanNya di atas. Bahwa matahari dan bulan Aloh ciptakan sebagai alat penghitung waktu. Dan di sini terlihat perbedaan yang sangat nyata antara penanggalan hijriyah dan penanggalan masehi. Kalau penanggalan masehi hanya menggunakan matahari saja sebagai alat hitungnya, maka penanggalan hijriyah menggunakan kedua-duanya secara lengkap sesuai peruntukannya masing-masing, matahari untuk menghitung satuan hari dan bulan untuk menghitung satuan dalam satuan bulan. Demikian itulah semestinya sebuah penanggalan yang sebenarnya, harus menggunakan kedua-duanya, tidak menggunakan matahari saja tanpa bulan atau bulan saja tanpa matahari.
فاَلِقُ الإِصْبَاحِ وَجَعَلَ الَّيْلَ سَكَناً وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْباَنًا ذَالِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. [al an’am : 96]
Matahari selalu terbit dan terbenam dengan tepat waktu dari hari ke hari. Namun apakah matahari hanya sekedar pengantar kita beraktivitas ? Ternyata tidak. Matahari juga adalah alat hitung yang Alloh ciptakan untuk menandai pergantian hari dan tanggal dari terbenam ke terbenam. Demikian juga bulan yang menemani masa-masa malam kita, bulan bukan sekedar pemberi cahaya dan penghias langit di malam hari akan tetapi bulan Alloh ciptakan sebagai tempat berhimpunnya hitungan hari dan tanggal yang Alloh simpulkan dalam ikatan bulan. Jadi sejatinya bulan dan matahari adalah sepasang alat hitung yang Alloh ciptakan dimana keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagaimana yang Alloh terangkan dalam firmanNya di atas. Bahwa matahari dan bulan Aloh ciptakan sebagai alat penghitung waktu. Dan di sini terlihat perbedaan yang sangat nyata antara penanggalan hijriyah dan penanggalan masehi. Kalau penanggalan masehi hanya menggunakan matahari saja sebagai alat hitungnya, maka penanggalan hijriyah menggunakan kedua-duanya secara lengkap sesuai peruntukannya masing-masing, matahari untuk menghitung satuan hari dan bulan untuk menghitung satuan dalam satuan bulan. Demikian itulah semestinya sebuah penanggalan yang sebenarnya, harus menggunakan kedua-duanya, tidak menggunakan matahari saja tanpa bulan atau bulan saja tanpa matahari.
Dicegat malaikat
Dicegat malaikat
Ada orang melakukan kunjungan terhadap saudaranya karena termotivasi oleh kekayaan saudaranya atau karena ingin mendapat oleh-oleh setelah saudaranya bepergian ke luar negeri. Tapi bila anda ingin mendapat nilai ibadah dalam kunjungan maka tetapkan niat bahwa yang ada lakukan karena semata mencintai saudara karena Alloh, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits :
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أن رجلاً زار أخاً له في قرية أخرى فأرصد اللَّه تعالى على مدرجته ملكاً فلما أتى عليه قال أين تريد ؟ قال أريد أخاً لي في هذه القرية قال هل لك عليه من نعمة تربها عليه قال لا، غير أني أحببته في اللَّه تعالى قال فإني رَسُول اللَّهِ إليك بأن اللَّه قد أحبك كما أحببته فيه رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bahwasanya ada seorang lelaki mengunjungi saudaranya di desa lain. Maka Alloh mengutus malaikat untuk menghadangnya di perjalanannya. Tatkala mendatanginya malaikat bertanya : hendak ke mana engkau ? Ia berkata : aku ingin mengunjungi saudaraku di desa itu. Malaikat berkata : apakah ada keni’matan yang engkau tuju untuk mendapatkannya ? ia menjawab : tidak, aku melakukannya karena aku mencintainya karena Alloh Ta’ala. Malaikat berkata : sesungguhnya aku adalah utusan Alloh untuk menjumpaimu untuk menyampaikan bahwa Alloh mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Alloh [HR Muslim]
Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita :
• Keutamaan mencintai seseorang karena Alloh karena ia akan menyebabkan Alloh mencintai kita
• Keutamaan mengunjungi saudara dan orang-orang sholih
• Terkadang manusia selain nabi bisa bertemu dengan malaikat (tentunya bukan dalam bentuk aslinya)
Syarh shohih muslim, Imam Nawawi 16/128
Ada orang melakukan kunjungan terhadap saudaranya karena termotivasi oleh kekayaan saudaranya atau karena ingin mendapat oleh-oleh setelah saudaranya bepergian ke luar negeri. Tapi bila anda ingin mendapat nilai ibadah dalam kunjungan maka tetapkan niat bahwa yang ada lakukan karena semata mencintai saudara karena Alloh, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits :
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أن رجلاً زار أخاً له في قرية أخرى فأرصد اللَّه تعالى على مدرجته ملكاً فلما أتى عليه قال أين تريد ؟ قال أريد أخاً لي في هذه القرية قال هل لك عليه من نعمة تربها عليه قال لا، غير أني أحببته في اللَّه تعالى قال فإني رَسُول اللَّهِ إليك بأن اللَّه قد أحبك كما أحببته فيه رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bahwasanya ada seorang lelaki mengunjungi saudaranya di desa lain. Maka Alloh mengutus malaikat untuk menghadangnya di perjalanannya. Tatkala mendatanginya malaikat bertanya : hendak ke mana engkau ? Ia berkata : aku ingin mengunjungi saudaraku di desa itu. Malaikat berkata : apakah ada keni’matan yang engkau tuju untuk mendapatkannya ? ia menjawab : tidak, aku melakukannya karena aku mencintainya karena Alloh Ta’ala. Malaikat berkata : sesungguhnya aku adalah utusan Alloh untuk menjumpaimu untuk menyampaikan bahwa Alloh mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Alloh [HR Muslim]
Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita :
• Keutamaan mencintai seseorang karena Alloh karena ia akan menyebabkan Alloh mencintai kita
• Keutamaan mengunjungi saudara dan orang-orang sholih
• Terkadang manusia selain nabi bisa bertemu dengan malaikat (tentunya bukan dalam bentuk aslinya)
Syarh shohih muslim, Imam Nawawi 16/128
Demi adik-adik kunikahi janda … …
Demi adik-adik kunikahi janda … …
Menikahi gadis adalah pilihan para pria kecuali diantaranya adalah rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang hampir sebagian istri-istri beliau adalah para janda.
Dari berbagai segi menikahi gadis lebih menguntungkan. Ia lebih menarik dan lebih cantik dibanding janda sehingga sebagian masyarakat menganggap aneh manakala melihat jejaka menikahi gadis tak terkecuali rosululloh shollallohu alaihi wasallam ketika beliau mendengar berita bahwa Jabir bin Abdulloh menikahi janda sehingga beliau bertanya :
هَلاَّ تَزَوَّجْتَ بِكْرًا تُلاَعِبُهَا وَتُلاَعِبُكَ ؟ قُلْتُ يَا رَسُوْل الله تُوُفِّيَ وَالِدِي وَلِي أخْوَاتٌ صِغَار فَكَرِهْتُ أنْ أتَزَوَّجَ مِثْلَهُنَّ فَلاَ تُؤَدِّبُهُنَّ وَلاَ تَقُوْمُ عَلَيْهِنَّ فَتَزَوَّجْتُ ثَيْبًا لِتَقُوْمَ عَلَيْهِنَّ وَتُؤَدِّبُهُنَّ رواه بخارى مسلم
Kenapa engkau tidak menikahi gadis sehingga engkau lebih bisa berccanda dengannya ? Aku berkata : ya rosulalloh, orang tuaku meninggal dunia sementara aku mempunyai adik-adik yang masih kecil sehingga aku enggan untuk menikahi gadis karena belum bisa mendidik dan mengurusi mereka yang akhirnya aku menikahi janda agar bisa mengurus dan mendidik mereka [HR Bukhori Muslim]
Imam Nawawi berkata : hadits ini mengandung pelajaran tentang keutamaan Jabir bin Abdullah yang mengabaikan keinginan pribadinya untuk menikahi gadis demi maslahat bagi adik-adiknya yang masih kecil agar bisa mengurusi mereka
Maroji’ : syarh shohih Muslim, Imam Nawawi 11/38
Menikahi gadis adalah pilihan para pria kecuali diantaranya adalah rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang hampir sebagian istri-istri beliau adalah para janda.
Dari berbagai segi menikahi gadis lebih menguntungkan. Ia lebih menarik dan lebih cantik dibanding janda sehingga sebagian masyarakat menganggap aneh manakala melihat jejaka menikahi gadis tak terkecuali rosululloh shollallohu alaihi wasallam ketika beliau mendengar berita bahwa Jabir bin Abdulloh menikahi janda sehingga beliau bertanya :
هَلاَّ تَزَوَّجْتَ بِكْرًا تُلاَعِبُهَا وَتُلاَعِبُكَ ؟ قُلْتُ يَا رَسُوْل الله تُوُفِّيَ وَالِدِي وَلِي أخْوَاتٌ صِغَار فَكَرِهْتُ أنْ أتَزَوَّجَ مِثْلَهُنَّ فَلاَ تُؤَدِّبُهُنَّ وَلاَ تَقُوْمُ عَلَيْهِنَّ فَتَزَوَّجْتُ ثَيْبًا لِتَقُوْمَ عَلَيْهِنَّ وَتُؤَدِّبُهُنَّ رواه بخارى مسلم
Kenapa engkau tidak menikahi gadis sehingga engkau lebih bisa berccanda dengannya ? Aku berkata : ya rosulalloh, orang tuaku meninggal dunia sementara aku mempunyai adik-adik yang masih kecil sehingga aku enggan untuk menikahi gadis karena belum bisa mendidik dan mengurusi mereka yang akhirnya aku menikahi janda agar bisa mengurus dan mendidik mereka [HR Bukhori Muslim]
Imam Nawawi berkata : hadits ini mengandung pelajaran tentang keutamaan Jabir bin Abdullah yang mengabaikan keinginan pribadinya untuk menikahi gadis demi maslahat bagi adik-adiknya yang masih kecil agar bisa mengurusi mereka
Maroji’ : syarh shohih Muslim, Imam Nawawi 11/38
Berkemah di dunia dan di akhirat
Berkemah di dunia dan di akhirat
Kemah bisa kita saksikan pada saat outbond yang dilakukan anak-anak pramuka atau para prajurit yang sedang bertempur sebagai sarana tempat istirahat mereka. Kitapun akan mendapatkannya pada saat bencana alam terjadi untuk penampungan sementara para pengungsi.
Pada jaman rosulullloh shollallohu alaihi wasallam kemah pernah beliau dirikan di masjid untuk menampung Sa’adz bin Muadz yang terluka parah pada perang khondaq sebagaimana tersebut dalam riwayat :
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ أُصِيبَ سَعْدٌ يَوْمَ اَلْخَنْدَقِ فَضَرَبَ عَلَيْهِ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَيْمَةً فِي اَلْمَسْجِدِ لِيَعُودَهُ مِنْ قَرِيبٍ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Sa'ad terluka pada waktu perang khandaq lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendirikan tenda untuknya di dalam masjid agar beliau dapat menengoknya dari dekat. [Muttafaq Alaihi]
Ketika hari kiamatpun kita akan melihat kemah-kemah yang jauh lebih indah dan lebih besar dan itu tidak dihuni oleh orang-orang sakit atau korban bencana alam melainkan para bidadari sebagaimana yang Alloh tuturkan :
فِيْهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ فَبِأَيِّ ءَالاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ حُوْرٌ مَقْصُوْرَاتٌ فِى الْخِيَامِ فَبِأَيِّ ءَالاَءِرَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلاَ جَانٌّ فَبِأَيِّ ءَالاَءِرَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
70. Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.
71. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?
72. (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam kemah-kemah.
73. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?
74. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.
75. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ? [arrohman : 70-75]
Ibnu Katsir menerangkan bahwa kemah itu terbuat dari mutiara yang luasnya 60 mil yang memiliki 60 pintu.
Abdurrohman Nashir Assa’di mengatakan bahwa bidadari itu dipingit di kemah-kemah mutiara dimana mereka sudah mempersiapkan diri untuk menyambut para suaminya.
Sementara rosululloh shollallohu alaihi wasallam menambah keterangan tentang keindahan kemah itu dengan bersabda :
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ خَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ مُجَوَّفَةٍ عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلًا فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ مَا يَرَوْنَ الْآخَرِينَ يَطُوفُ عَلَيْهِمْ الْمُؤْمِنُونَ وَجَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَجَنَّتَانِ مِنْ كَذَا آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ إِلَّا رِدَاءُ الْكِبْرِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ
Dari Abu Bakr bin Abdullah bin Qais dari bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dalam surga terdapat kemah yang terbuat dari permata yang berongga dengan luas enam puluh mil. Pada setiap sudutnya terdapat penghuni, namun mereka tidak dapat melihat yang lain, orang-orang mukmin mengelilingi mereka. Dan (di dalam surga juga terdapat) dua kebun yang gelas-gelas, serta segala sesuatu yang berada di dalamnya terbuat dari perak. Tidak ada lagi yang menghalangi antara suatu kaum untuk melihat Rabb mereka kecuali pakaian kesombongan yang melekat di wajah-Nya di dalam Jannah Aden." [muttafaq alaih]
Ya Alloh … … pertemukan kami dengan kemah-kemah itu, aamiin … …
Maroji’ :
Tafsir ibnu Katsir 4/337
Taisirul kalim Arrohman 2/1337
Kemah bisa kita saksikan pada saat outbond yang dilakukan anak-anak pramuka atau para prajurit yang sedang bertempur sebagai sarana tempat istirahat mereka. Kitapun akan mendapatkannya pada saat bencana alam terjadi untuk penampungan sementara para pengungsi.
Pada jaman rosulullloh shollallohu alaihi wasallam kemah pernah beliau dirikan di masjid untuk menampung Sa’adz bin Muadz yang terluka parah pada perang khondaq sebagaimana tersebut dalam riwayat :
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ أُصِيبَ سَعْدٌ يَوْمَ اَلْخَنْدَقِ فَضَرَبَ عَلَيْهِ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَيْمَةً فِي اَلْمَسْجِدِ لِيَعُودَهُ مِنْ قَرِيبٍ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Sa'ad terluka pada waktu perang khandaq lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mendirikan tenda untuknya di dalam masjid agar beliau dapat menengoknya dari dekat. [Muttafaq Alaihi]
Ketika hari kiamatpun kita akan melihat kemah-kemah yang jauh lebih indah dan lebih besar dan itu tidak dihuni oleh orang-orang sakit atau korban bencana alam melainkan para bidadari sebagaimana yang Alloh tuturkan :
فِيْهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ فَبِأَيِّ ءَالاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ حُوْرٌ مَقْصُوْرَاتٌ فِى الْخِيَامِ فَبِأَيِّ ءَالاَءِرَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلاَ جَانٌّ فَبِأَيِّ ءَالاَءِرَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
70. Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.
71. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?
72. (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam kemah-kemah.
73. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?
74. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.
75. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ? [arrohman : 70-75]
Ibnu Katsir menerangkan bahwa kemah itu terbuat dari mutiara yang luasnya 60 mil yang memiliki 60 pintu.
Abdurrohman Nashir Assa’di mengatakan bahwa bidadari itu dipingit di kemah-kemah mutiara dimana mereka sudah mempersiapkan diri untuk menyambut para suaminya.
Sementara rosululloh shollallohu alaihi wasallam menambah keterangan tentang keindahan kemah itu dengan bersabda :
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ خَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ مُجَوَّفَةٍ عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلًا فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ مَا يَرَوْنَ الْآخَرِينَ يَطُوفُ عَلَيْهِمْ الْمُؤْمِنُونَ وَجَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَجَنَّتَانِ مِنْ كَذَا آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ إِلَّا رِدَاءُ الْكِبْرِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ
Dari Abu Bakr bin Abdullah bin Qais dari bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dalam surga terdapat kemah yang terbuat dari permata yang berongga dengan luas enam puluh mil. Pada setiap sudutnya terdapat penghuni, namun mereka tidak dapat melihat yang lain, orang-orang mukmin mengelilingi mereka. Dan (di dalam surga juga terdapat) dua kebun yang gelas-gelas, serta segala sesuatu yang berada di dalamnya terbuat dari perak. Tidak ada lagi yang menghalangi antara suatu kaum untuk melihat Rabb mereka kecuali pakaian kesombongan yang melekat di wajah-Nya di dalam Jannah Aden." [muttafaq alaih]
Ya Alloh … … pertemukan kami dengan kemah-kemah itu, aamiin … …
Maroji’ :
Tafsir ibnu Katsir 4/337
Taisirul kalim Arrohman 2/1337
Hasbunalloh wani’mal wakil
Hasbunalloh wani’mal wakil
Ia adalah kalimat agung yang menunjukkan kepasrahan seorang hamba kepada Robnya. Kalimat yang pertama kali diucapkan oleh Ibrohim alaihissalam dan kemudian diucapkan oleh keturunannya yaitu Muhammad shollallohu alaihi wasallam. Itu diucapkan oleh keduanya di saat mengalami kondisi yang sangat mencekam sebagaimana dalam sebuah riwayat :
حسبنا الله ونعم الوكيل
Cukuplah Allah bagi kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung [QS. Ali Imran, 173]
Kalimat ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim saat beliau dicampakkan ke dalam kobaran api, dan diucapkan pula oleh Nabi Muhammad disaat ada yang berkata kepada beliau : “Sesungguhnya orang-orang quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, tetapi perkataan itu malah menambah keimanan beliau …” (QS. Ali Imran, 173)
Maroji’ : kitab tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bab tawakal
Ia adalah kalimat agung yang menunjukkan kepasrahan seorang hamba kepada Robnya. Kalimat yang pertama kali diucapkan oleh Ibrohim alaihissalam dan kemudian diucapkan oleh keturunannya yaitu Muhammad shollallohu alaihi wasallam. Itu diucapkan oleh keduanya di saat mengalami kondisi yang sangat mencekam sebagaimana dalam sebuah riwayat :
حسبنا الله ونعم الوكيل
Cukuplah Allah bagi kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung [QS. Ali Imran, 173]
Kalimat ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim saat beliau dicampakkan ke dalam kobaran api, dan diucapkan pula oleh Nabi Muhammad disaat ada yang berkata kepada beliau : “Sesungguhnya orang-orang quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, tetapi perkataan itu malah menambah keimanan beliau …” (QS. Ali Imran, 173)
Maroji’ : kitab tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bab tawakal
Tidak semua ilmu boleh diamalkan
Tidak semua ilmu boleh diamalkan
Terdengar aneh. Bukankah orang yahudi dimurkai oleh Alloh karena berilmu dan tidak beramal ? Bukankah berpadunya antara ilmu dan amal adalah ciri orang beriman ?
Bila anda mempelajari ilmu fiqh bab thalaq. Anda akan mempelajari definisi thalaq, macam-macamnya, syarat-syaratnya dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan thalaq. Setelah pulang ke rumah anda mendapati keluarga anda begitu harmonis, suami menyayangi istrinya sementara sang istri sungguh setia terhadap suaminya. Apakah anda mau bab thalaq yang sudah anda pelajari di majlis ta’lim anda praktekkan di rumah tangga anda padahal anda sudah sangat berbahagia dengan istri anda ?
Anda pelajari hudud dalam islam dari rajam bagi pezina, qishosh bagi pembunuh dan potong tangan bagi pencuri. Tentu anda tidak akan mempraktekannya selepas anda keluar dari majlis ta’lim karena anda sedang berada di negeri sekuler yang menolak mentah-mentah hukum islam.
Demikian juga jihad fisabilillah bila belum memungkinkan untuk ditegakkan, tahrik (menggerakkan-gerakkan jari telunjuk di saat duduk attahiyat) bila anda berada di lingkungan masyarakat yang masih sensitif dengannya.
Terdengar aneh. Bukankah orang yahudi dimurkai oleh Alloh karena berilmu dan tidak beramal ? Bukankah berpadunya antara ilmu dan amal adalah ciri orang beriman ?
Bila anda mempelajari ilmu fiqh bab thalaq. Anda akan mempelajari definisi thalaq, macam-macamnya, syarat-syaratnya dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan thalaq. Setelah pulang ke rumah anda mendapati keluarga anda begitu harmonis, suami menyayangi istrinya sementara sang istri sungguh setia terhadap suaminya. Apakah anda mau bab thalaq yang sudah anda pelajari di majlis ta’lim anda praktekkan di rumah tangga anda padahal anda sudah sangat berbahagia dengan istri anda ?
Anda pelajari hudud dalam islam dari rajam bagi pezina, qishosh bagi pembunuh dan potong tangan bagi pencuri. Tentu anda tidak akan mempraktekannya selepas anda keluar dari majlis ta’lim karena anda sedang berada di negeri sekuler yang menolak mentah-mentah hukum islam.
Demikian juga jihad fisabilillah bila belum memungkinkan untuk ditegakkan, tahrik (menggerakkan-gerakkan jari telunjuk di saat duduk attahiyat) bila anda berada di lingkungan masyarakat yang masih sensitif dengannya.
Yahudi dan nasrani tidak akur
Yahudi dan nasrani tidak akur
Demikianlah ketidak akuran meraka oleh Alloh disitir dalam alquran :
وقالت اليهود ليست النصارى على شيئ وقالت النصارى ليست اليهود على شيئ وهم يتلون الكتاب كذالك قال الذين لا يعلمون مثل قولهم فالله يحكم بينهم يوم القيامة فيما كانوا فيه يختلفون
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," Padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti Ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. [albaqoroh : 113]
Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa ayat ini bercerita berkenaan dengan pertengkaran antara kaum nasrani Najran dengan para pendeta Yahudi di hadapan rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Kaum nasrani menuduh Yahudi sebagai kafir karena menolak kenabian Isa alaihissalam sementara yahudi menuduh nasrani sebagai kafir karena menolak kenabian Musa alaihissalam. Padahal seandainya keduanya dengan seksama membaca kitab taurot dan injil maka akan didapati bahwa kitab taurot pegangan yahudi pasti akan menyebut kenabian Isa alaihissalam sebagaimana kitab injilpun menyebut pula kenabian Musa alaihissalam.
Demikianlah sepanjang sejarah kedua kelompok ini tidak pernah akur bahkan saling bunuh sebagaimana yang dituturkan oleh Abu Hasan Annadawi dalam madza khosirol ‘alam bin khithothil muslim.
Demikianlah kondisi tidak jauh berbeda dengan hubungan sesama muslim. Saling tuduh, saling menghujat dan saling menvonis sesat bahkan kafir mengkafirkan satu kelompok dengan kelompok lain adalah pemandangan yang mudah kita dapatkan. Senjata yang digunakan untuk menvonis saudara sesama muslimpun sama yaitu quran, sunnah dan perkataan para masyayikh.
Demikianlah ketidak akuran meraka oleh Alloh disitir dalam alquran :
وقالت اليهود ليست النصارى على شيئ وقالت النصارى ليست اليهود على شيئ وهم يتلون الكتاب كذالك قال الذين لا يعلمون مثل قولهم فالله يحكم بينهم يوم القيامة فيما كانوا فيه يختلفون
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," Padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti Ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. [albaqoroh : 113]
Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa ayat ini bercerita berkenaan dengan pertengkaran antara kaum nasrani Najran dengan para pendeta Yahudi di hadapan rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Kaum nasrani menuduh Yahudi sebagai kafir karena menolak kenabian Isa alaihissalam sementara yahudi menuduh nasrani sebagai kafir karena menolak kenabian Musa alaihissalam. Padahal seandainya keduanya dengan seksama membaca kitab taurot dan injil maka akan didapati bahwa kitab taurot pegangan yahudi pasti akan menyebut kenabian Isa alaihissalam sebagaimana kitab injilpun menyebut pula kenabian Musa alaihissalam.
Demikianlah sepanjang sejarah kedua kelompok ini tidak pernah akur bahkan saling bunuh sebagaimana yang dituturkan oleh Abu Hasan Annadawi dalam madza khosirol ‘alam bin khithothil muslim.
Demikianlah kondisi tidak jauh berbeda dengan hubungan sesama muslim. Saling tuduh, saling menghujat dan saling menvonis sesat bahkan kafir mengkafirkan satu kelompok dengan kelompok lain adalah pemandangan yang mudah kita dapatkan. Senjata yang digunakan untuk menvonis saudara sesama muslimpun sama yaitu quran, sunnah dan perkataan para masyayikh.
Anak perempuan
Anak perempuan
Arab jahiliyah terutama suku Khoza’ah dan Kinanah sangat menghinakan anak perempuan. Perilaku mereka Alloh abadikan dalam alquran :
وَيَجْعَلُوْنَ لله البْناَتِ سُبْحَانَهُ وَلَهُمْ مَّايَشْتَهُوْنَ وَإِذَا بُشِّرَ أحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أيُمْسِكُهُ عَلَى هُوْنٍ أمْ يَدُسُّهُ فِى التُّرَابِ ألاَ سَاءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
57. Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan (831). Maha suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (Yaitu anak-anak laki-laki).
58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah.
59. Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. [annahl : 57-59]
[831] Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak perempuan Yaitu malaikat-malaikat karena mereka sangat benci kepada anak-anak perempuan sebagaimana tersebut dalam ayat berikutnya.
وَإذَا بُشِّرَ أحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ للرَّحْمنِ مَثَلاً ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ أوَمَنْ يُنَشَّؤُا فِى الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِى الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِيْنٍ وَجَعَلُوْا الْمَلاَئِكَةَ الّذِيْنَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَانِ إنَاثًا أشَهِدُوْا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْئَلُوْنَ وَقَالُوْا لَوْشَاءَ الرَّحْمن مَاعَبَدْنَاهُمْ مَالَهُمْ بِذَالِكَ مِنْ عِلْمٍ إنْ هُمْ إلاَّ يَخْرُصُوْنَ
17. Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang Dia Amat menahan sedih
18. Dan Apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam Keadaan berperhiasan sedang Dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran
19. Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban. [azzukhruf : 17-19]
Secara singkat ayat ini menerangkan kepada kita tentang keanehan orang-orang kafir quraisy. Di satu sisi mereka merasa hina bila memiliki anak perempuan akan tetapi di sisi lain anak perempuan yang mereka hinakan dinisbatkan kepada Alloh Azza Wajalla dengan meyakini bahwa anak itu adalah anak-anak Alloh.
Sebagai bentuk pelampiasan perasaan hina bila anak lahir adalah perempuan mereka menyembunyikan diri dari manusia atau mereka akan melenyapkan anak itu dengan cara menguburnya hidup-hidup. Maka Alloh mengancam mereka dengan meminta pertanggungjawaban pada hari kiamat sesuai dengan ayat 19 dari surat azzkhruf
Lalu bagaimana dengan islam ? sungguh islam adalah sebaik-baik din yang sangat menghargai anak perempuan. Kita dapati banyak hadits yang menerangkan betapa memiliki anak perempuan adalah kemuliaan sebagaimana sebuah hadits shohih menyebutkan :
وعن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال من عال جاريتين حتى تبلغا جاء يوم القيامة أنا وهو كهاتين وضم أصابعه رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Anas rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa mengurusi dua anak perempuannya hingga dewasa maka pasti akan datang pada hari kiamat dimana aku dengannya seperti ini, beliau merapatkan jari-jarinya [HR Muslim]
Maroji’ : Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 765
Arab jahiliyah terutama suku Khoza’ah dan Kinanah sangat menghinakan anak perempuan. Perilaku mereka Alloh abadikan dalam alquran :
وَيَجْعَلُوْنَ لله البْناَتِ سُبْحَانَهُ وَلَهُمْ مَّايَشْتَهُوْنَ وَإِذَا بُشِّرَ أحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أيُمْسِكُهُ عَلَى هُوْنٍ أمْ يَدُسُّهُ فِى التُّرَابِ ألاَ سَاءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
57. Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan (831). Maha suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (Yaitu anak-anak laki-laki).
58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah.
59. Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. [annahl : 57-59]
[831] Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak perempuan Yaitu malaikat-malaikat karena mereka sangat benci kepada anak-anak perempuan sebagaimana tersebut dalam ayat berikutnya.
وَإذَا بُشِّرَ أحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ للرَّحْمنِ مَثَلاً ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ أوَمَنْ يُنَشَّؤُا فِى الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِى الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِيْنٍ وَجَعَلُوْا الْمَلاَئِكَةَ الّذِيْنَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَانِ إنَاثًا أشَهِدُوْا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْئَلُوْنَ وَقَالُوْا لَوْشَاءَ الرَّحْمن مَاعَبَدْنَاهُمْ مَالَهُمْ بِذَالِكَ مِنْ عِلْمٍ إنْ هُمْ إلاَّ يَخْرُصُوْنَ
17. Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang Dia Amat menahan sedih
18. Dan Apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam Keadaan berperhiasan sedang Dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran
19. Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban. [azzukhruf : 17-19]
Secara singkat ayat ini menerangkan kepada kita tentang keanehan orang-orang kafir quraisy. Di satu sisi mereka merasa hina bila memiliki anak perempuan akan tetapi di sisi lain anak perempuan yang mereka hinakan dinisbatkan kepada Alloh Azza Wajalla dengan meyakini bahwa anak itu adalah anak-anak Alloh.
Sebagai bentuk pelampiasan perasaan hina bila anak lahir adalah perempuan mereka menyembunyikan diri dari manusia atau mereka akan melenyapkan anak itu dengan cara menguburnya hidup-hidup. Maka Alloh mengancam mereka dengan meminta pertanggungjawaban pada hari kiamat sesuai dengan ayat 19 dari surat azzkhruf
Lalu bagaimana dengan islam ? sungguh islam adalah sebaik-baik din yang sangat menghargai anak perempuan. Kita dapati banyak hadits yang menerangkan betapa memiliki anak perempuan adalah kemuliaan sebagaimana sebuah hadits shohih menyebutkan :
وعن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال من عال جاريتين حتى تبلغا جاء يوم القيامة أنا وهو كهاتين وضم أصابعه رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Anas rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : barangsiapa mengurusi dua anak perempuannya hingga dewasa maka pasti akan datang pada hari kiamat dimana aku dengannya seperti ini, beliau merapatkan jari-jarinya [HR Muslim]
Maroji’ : Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 765
Urusan perang Yahudi, musyrikin dan munafiq sama saja
Urusan perang Yahudi, musyrikin dan munafiq sama saja
Ketiga komunitas ini sama-sama pengecut sehingga ini bisa menjadi pemicu bagi kita untuk tidak mengkhawatirkan diri kita di saat berhadapan dengan mereka di medan laga.
Tentang pengecutnya orang yahudi terhadap perang maka ini Alloh tuturkan dalam firmannya :
ألَمْ تَرَ إلَى الْمَلإِ مِنْ بِنِى إسْرَاءِيْلَ مِنْ بَعْدِ مُوْسَى إذ ْقَالُوْا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِى سَبِيْلِ الله قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ ألاَّ تُقَاتِلُوْا قَالُوْا وَمَالَنَا ألاَّ نُقَاتِلَ فِى سَبِيْلِ الله وَقَدْ أخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إلاَّ قَلِيْلاً مِنْهُمْ وَالله عَلِيْمٌ بِالظَّالِمِيْنَ
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, Yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk Kami seorang raja supaya Kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang". mereka menjawab: "Mengapa Kami tidak mau berperang di jalan Allah, Padahal Sesungguhnya Kami telah diusir dari anak-anak kami?" (155). Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. dan Allah Maha mengetahui siapa orang-orang yang zalim. [albaqoroh : 246]
[155] Maksudnya: mereka diusir dan anak-anak mereka ditawan.
Hal ini terbukti pada jaman rosululloh shollalllohu alaihi wasallam tatkala perang khoibar, Alloh kisahkan kepengecutan mereka :
لأَنْتُمْ أشَدُّ رَهْبَةً فِي صُدُوْرِهِمْ مِنَ الله ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ
لاَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا إلاَّ فِى قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتًّى ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَيَعْقِلُوْنَ
13. Sesungguhnya kamu dalam hati mereka (yahudi) lebih ditakuti daripada Allah. yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti.
14. Mereka tidak akan memerangi kamu dalam Keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. yang demikian itu karena Sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti. [alhasyr : 13-14]
Orang kafir musyrik ternyata memiliki kesamaan yang tak jauh berbeda dengan orang yahudi untuk urusan yang satu ini yaitu perang :
سَنُلْقِى فِى قُلُوْبِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا الرُّعْبَ بِمَا أشْرَكُوْا بِالله مَالَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِيْنَ
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. tempat kembali mereka ialah neraka; dan Itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. [ali imron : 151]
Sementara orang-orang munafiq bisa kita lihat penjelasan Alloh dalam surat alhasyr :
ألَمْ تَرَ إلَى الَّذِيْنَ نَافَقُوْا يَقُوْلُوْنَ لإِخْوَانِهِمُ الّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلاَ نُطِيْعُ فِيْكُمْ أحَدًا أبَدًا وَإِنْ قُوْتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَالله يَشْهَدُ إنَّهُمْ لَكَاذِبُوْنَ
لَئِنْ أخْرِجُوْا لاَيَخْرُجُوْنَ مَعَهُمْ وَلَئِنْ قُوْتِلُوْا لاَ يَنْصُرُوْنَهُمْ وَلَئِنْ نَصَرُوْهُمْ لَيُوَلُّنَّ الأَدْبَارَ ثُمَّ لاَ يُنْصَرُوْنَ
11. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir (1467) di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya Kamipun akan keluar bersamamu; dan Kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti Kami akan membantu kamu." dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.
12. Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan Sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; Sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan. [alhasyr : 11-12]
[1467] Maksudnya: Bani Nadhir.
ألَمْ تَرَ إلَى الَّذِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ كُفُّوْا أيْدِيَكُمْ وَأقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَءَاتُوْاالزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إذَا فَرِيْقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ الله أوْ أشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلاَ أخَّرْتَنَا إلَى أجَلٍ قَرِيْبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌ وَالأخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلاً
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun [annisa : 77].
وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا لَوْلاَ نُزِّلَتْ سُوْرَةٌ فَإِذَا أنْزِلَتْ سُوْرَةٌ مُّحْكَمَةٌ وَذُكِرَ فِيْهَا الْقِتَالُ رَأيْتَ الَّذِيْنَ فِي قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ يَنْظُرُوْنَ إلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَأَوْلَى لَهُمْ
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas Maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu Lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka. [Muhammad : 20]
Ketiga komunitas ini sama-sama pengecut sehingga ini bisa menjadi pemicu bagi kita untuk tidak mengkhawatirkan diri kita di saat berhadapan dengan mereka di medan laga.
Tentang pengecutnya orang yahudi terhadap perang maka ini Alloh tuturkan dalam firmannya :
ألَمْ تَرَ إلَى الْمَلإِ مِنْ بِنِى إسْرَاءِيْلَ مِنْ بَعْدِ مُوْسَى إذ ْقَالُوْا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِى سَبِيْلِ الله قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ ألاَّ تُقَاتِلُوْا قَالُوْا وَمَالَنَا ألاَّ نُقَاتِلَ فِى سَبِيْلِ الله وَقَدْ أخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إلاَّ قَلِيْلاً مِنْهُمْ وَالله عَلِيْمٌ بِالظَّالِمِيْنَ
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, Yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk Kami seorang raja supaya Kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang". mereka menjawab: "Mengapa Kami tidak mau berperang di jalan Allah, Padahal Sesungguhnya Kami telah diusir dari anak-anak kami?" (155). Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. dan Allah Maha mengetahui siapa orang-orang yang zalim. [albaqoroh : 246]
[155] Maksudnya: mereka diusir dan anak-anak mereka ditawan.
Hal ini terbukti pada jaman rosululloh shollalllohu alaihi wasallam tatkala perang khoibar, Alloh kisahkan kepengecutan mereka :
لأَنْتُمْ أشَدُّ رَهْبَةً فِي صُدُوْرِهِمْ مِنَ الله ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ
لاَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا إلاَّ فِى قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتًّى ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَيَعْقِلُوْنَ
13. Sesungguhnya kamu dalam hati mereka (yahudi) lebih ditakuti daripada Allah. yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti.
14. Mereka tidak akan memerangi kamu dalam Keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. yang demikian itu karena Sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti. [alhasyr : 13-14]
Orang kafir musyrik ternyata memiliki kesamaan yang tak jauh berbeda dengan orang yahudi untuk urusan yang satu ini yaitu perang :
سَنُلْقِى فِى قُلُوْبِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا الرُّعْبَ بِمَا أشْرَكُوْا بِالله مَالَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِيْنَ
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. tempat kembali mereka ialah neraka; dan Itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. [ali imron : 151]
Sementara orang-orang munafiq bisa kita lihat penjelasan Alloh dalam surat alhasyr :
ألَمْ تَرَ إلَى الَّذِيْنَ نَافَقُوْا يَقُوْلُوْنَ لإِخْوَانِهِمُ الّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلاَ نُطِيْعُ فِيْكُمْ أحَدًا أبَدًا وَإِنْ قُوْتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَالله يَشْهَدُ إنَّهُمْ لَكَاذِبُوْنَ
لَئِنْ أخْرِجُوْا لاَيَخْرُجُوْنَ مَعَهُمْ وَلَئِنْ قُوْتِلُوْا لاَ يَنْصُرُوْنَهُمْ وَلَئِنْ نَصَرُوْهُمْ لَيُوَلُّنَّ الأَدْبَارَ ثُمَّ لاَ يُنْصَرُوْنَ
11. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir (1467) di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya Kamipun akan keluar bersamamu; dan Kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti Kami akan membantu kamu." dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.
12. Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan Sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; Sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan. [alhasyr : 11-12]
[1467] Maksudnya: Bani Nadhir.
ألَمْ تَرَ إلَى الَّذِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ كُفُّوْا أيْدِيَكُمْ وَأقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَءَاتُوْاالزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إذَا فَرِيْقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ الله أوْ أشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلاَ أخَّرْتَنَا إلَى أجَلٍ قَرِيْبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌ وَالأخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلاً
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun [annisa : 77].
وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا لَوْلاَ نُزِّلَتْ سُوْرَةٌ فَإِذَا أنْزِلَتْ سُوْرَةٌ مُّحْكَمَةٌ وَذُكِرَ فِيْهَا الْقِتَالُ رَأيْتَ الَّذِيْنَ فِي قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ يَنْظُرُوْنَ إلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَأَوْلَى لَهُمْ
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas Maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu Lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka. [Muhammad : 20]
Kapan kita telanjang ?
Kapan kita telanjang ?
• Di saat kita lahir
• Di saat kita mandi
Hukum asal mandi dengan telanjang adalah mubah. Imam Bukhori mengatakan dalam kitabnya “ bab mandi sendiri dalam keadaan telanjang akan tetapi bersutroh (penutup) lebih afdhol “ Ada dua dalil yang dijadikan imam Bukhori dalam hal ini :
عن أبى هريرة رضى الله عنه عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم قال كَانَتْ بِنِى إسْرَائِيْلَ يَغْتَسِلُوْنَ عُرَاةً يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إلَى بَعْضٍ وَكَانَ مُوْسَى عليه السّلام يَغْتَسِلُ وَحْدَهُ فَقَالُوْا وَاللهِ مَا يَمْنَعُ مُوْسَى أنْ يَغْتَسِلَ مَعَنَا إلاَّ أنَّهُ ادَرٌ فَذَهَبَ مَرَّةً يَغْتَسِلُ فَوَضَعَ ثَوْبَهُ عَلَى حَجَرٍ فَفَرَّ الْحَجَرُ بِثَوْبِهِ فَخَرَجَ مُوْسَى فِى إثْرِهِ يَقُوْلُ ثَوْبِي يَا حَجَرُ حَتَّى نَظَرَتْ بَنُوإسْرَائيْلَ إلَى مُوْسَى فَقَالُوْا مَا بِمُوْسَى مِنْ بَأسٍ وَأخَذَ ثَوْبَهُ فَطَفِقَ بِالْحَجَرِ ضَرْبًَا رواه بخارى
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam berkata : adalah bani Isroil biasa mandi telanjang sehingga satu dengan lain saling melihat aurot, adapun nabi Musa alaihissalam biasa mandi sendirian. Mereka berkata : demi Alloh tidak ada yang menghalangi Musa untuk mandi bersama kita kecuali karena kemaluannya besar. Pada suatu hari Musa pergi untuk mandi. Ia letakkan bajunya di atas batu. Tiba-tiba batupun lari dengan bajunya. Musa keluar untuk menyisiri jejak batu tersebut. Ia berkata : wahai batu, bajuku ! hingga bani Isroil melihat Musa seraya berkata : ternyata Musa tidak apa-apa ( kemaluannya tidak sebagaimana yang mereka sangka sebelumnya) Musa akhirnya mengambil bajunya seraya memukul batu [HR Bukhori]
عن أبى هريرة رضى الله عنه عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم قال بَيْنَمَا أيُّوْبَ يَغْتَسِلُ عُرْيَانًا فَخَرَّ عَلَيْهِ جَرَادٌ مِنْ ذَهَبٍ فَجَعَلَ أيُّوْبَ بَحْتَثِى بِثَوْبِهِ .... رواه بخارى
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam berkata : pada suatu hari Ayyub mandi telanjang, tiba-tiba turunlah emas sebesar belalang, Ayub pun mengumpulkannya di bajunya …. [HR Bukhori]
Walhasil nabi Musa dan nabi Ayyub alaihimassalam keduanya mandi telanjang dan tidak diingkari oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam berarti mandi telanjang hukumnya adalah mubah
• Di saat suami istri mengadakan hubungan badan karena tidak ada satu dalilpun yang shohih yang mengharamkannya
• Di saat dimandikan setelah wafat kecuali rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( لَمَّا أَرَادُوا غَسْلَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالُوا: وَاَللَّهُ مَا نَدْرِي, نُجَرِّدُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَمَا نُجَرِّدُ مَوْتَانَا, أَمْ لا؟ ) اَلْحَدِيثَ، رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa ketika mereka akan memandikan jenazah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, mereka bertanya-tanya: Demi Allah kami tidak mengerti, apakah kami harus melucuti pakaian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana kami melucuti pakaian mayit kami atau tidak ? Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud. Sementara riwayat yang lengkap adalah : di saat mereka berbeda pendapat tentang pakaian rosululloh shollallohu alaihi wasallam apakah dilucuti atau tidak, Alloh timpakan kantuk kepada mereka sehingga semuanya tertidur sehingga tidak ada satupun di antara mereka kecuali dagunya ada pada dadanya. Lalu tiba-tiba ada seseorang berkata di ujung rumah (tidak diketahui siapakah dia) : mandikan rosululloh shollallohu alaihi wasallam dengan tetap beliau mengenakan pakaiannya.
Akhirnya mereka memandikan beliau sementara pakaian tetap beliau kenakan. Mereka guyur air di atas pakaian beliau, mereka gosok badan beliau pada gamisnya tanpa tangan bersentuh langsung dengan kulitnya
• Di saat kita berkumpul di padang mahsyar
وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قالت سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يقول يحشر الناس يوم القيامة حفاةً، عراةً، غرلا قلت يا رَسُول اللَّهِ الرجال والنساء جميعاً ينظر بعضهم إلى بعض؟ قال يا عائشة الأمر أشد من أن يهمهم ذلك وفي رواية الأمر أهم من أن ينظر بعضهم إلى بعض مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan kemaluan belum dikhitan. Aku berkata : ya rosulalloh, berarti laki-laki dan perempuan akan saling melihat : Beliau bersabda : perkara pada hari itu lebih dahsyat dari sekedar memperhatikan telanjangnya mereka. Pada riwayat lain : daripada sekedar untuk saling lihat satu dengan lainnya [muttafaq alaih]
• Di saat kita lahir
• Di saat kita mandi
Hukum asal mandi dengan telanjang adalah mubah. Imam Bukhori mengatakan dalam kitabnya “ bab mandi sendiri dalam keadaan telanjang akan tetapi bersutroh (penutup) lebih afdhol “ Ada dua dalil yang dijadikan imam Bukhori dalam hal ini :
عن أبى هريرة رضى الله عنه عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم قال كَانَتْ بِنِى إسْرَائِيْلَ يَغْتَسِلُوْنَ عُرَاةً يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إلَى بَعْضٍ وَكَانَ مُوْسَى عليه السّلام يَغْتَسِلُ وَحْدَهُ فَقَالُوْا وَاللهِ مَا يَمْنَعُ مُوْسَى أنْ يَغْتَسِلَ مَعَنَا إلاَّ أنَّهُ ادَرٌ فَذَهَبَ مَرَّةً يَغْتَسِلُ فَوَضَعَ ثَوْبَهُ عَلَى حَجَرٍ فَفَرَّ الْحَجَرُ بِثَوْبِهِ فَخَرَجَ مُوْسَى فِى إثْرِهِ يَقُوْلُ ثَوْبِي يَا حَجَرُ حَتَّى نَظَرَتْ بَنُوإسْرَائيْلَ إلَى مُوْسَى فَقَالُوْا مَا بِمُوْسَى مِنْ بَأسٍ وَأخَذَ ثَوْبَهُ فَطَفِقَ بِالْحَجَرِ ضَرْبًَا رواه بخارى
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam berkata : adalah bani Isroil biasa mandi telanjang sehingga satu dengan lain saling melihat aurot, adapun nabi Musa alaihissalam biasa mandi sendirian. Mereka berkata : demi Alloh tidak ada yang menghalangi Musa untuk mandi bersama kita kecuali karena kemaluannya besar. Pada suatu hari Musa pergi untuk mandi. Ia letakkan bajunya di atas batu. Tiba-tiba batupun lari dengan bajunya. Musa keluar untuk menyisiri jejak batu tersebut. Ia berkata : wahai batu, bajuku ! hingga bani Isroil melihat Musa seraya berkata : ternyata Musa tidak apa-apa ( kemaluannya tidak sebagaimana yang mereka sangka sebelumnya) Musa akhirnya mengambil bajunya seraya memukul batu [HR Bukhori]
عن أبى هريرة رضى الله عنه عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم قال بَيْنَمَا أيُّوْبَ يَغْتَسِلُ عُرْيَانًا فَخَرَّ عَلَيْهِ جَرَادٌ مِنْ ذَهَبٍ فَجَعَلَ أيُّوْبَ بَحْتَثِى بِثَوْبِهِ .... رواه بخارى
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam berkata : pada suatu hari Ayyub mandi telanjang, tiba-tiba turunlah emas sebesar belalang, Ayub pun mengumpulkannya di bajunya …. [HR Bukhori]
Walhasil nabi Musa dan nabi Ayyub alaihimassalam keduanya mandi telanjang dan tidak diingkari oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam berarti mandi telanjang hukumnya adalah mubah
• Di saat suami istri mengadakan hubungan badan karena tidak ada satu dalilpun yang shohih yang mengharamkannya
• Di saat dimandikan setelah wafat kecuali rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( لَمَّا أَرَادُوا غَسْلَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالُوا: وَاَللَّهُ مَا نَدْرِي, نُجَرِّدُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَمَا نُجَرِّدُ مَوْتَانَا, أَمْ لا؟ ) اَلْحَدِيثَ، رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa ketika mereka akan memandikan jenazah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, mereka bertanya-tanya: Demi Allah kami tidak mengerti, apakah kami harus melucuti pakaian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana kami melucuti pakaian mayit kami atau tidak ? Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud. Sementara riwayat yang lengkap adalah : di saat mereka berbeda pendapat tentang pakaian rosululloh shollallohu alaihi wasallam apakah dilucuti atau tidak, Alloh timpakan kantuk kepada mereka sehingga semuanya tertidur sehingga tidak ada satupun di antara mereka kecuali dagunya ada pada dadanya. Lalu tiba-tiba ada seseorang berkata di ujung rumah (tidak diketahui siapakah dia) : mandikan rosululloh shollallohu alaihi wasallam dengan tetap beliau mengenakan pakaiannya.
Akhirnya mereka memandikan beliau sementara pakaian tetap beliau kenakan. Mereka guyur air di atas pakaian beliau, mereka gosok badan beliau pada gamisnya tanpa tangan bersentuh langsung dengan kulitnya
• Di saat kita berkumpul di padang mahsyar
وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قالت سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يقول يحشر الناس يوم القيامة حفاةً، عراةً، غرلا قلت يا رَسُول اللَّهِ الرجال والنساء جميعاً ينظر بعضهم إلى بعض؟ قال يا عائشة الأمر أشد من أن يهمهم ذلك وفي رواية الأمر أهم من أن ينظر بعضهم إلى بعض مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Aisyah rodliyallohu anha berkata : aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan kemaluan belum dikhitan. Aku berkata : ya rosulalloh, berarti laki-laki dan perempuan akan saling melihat : Beliau bersabda : perkara pada hari itu lebih dahsyat dari sekedar memperhatikan telanjangnya mereka. Pada riwayat lain : daripada sekedar untuk saling lihat satu dengan lainnya [muttafaq alaih]
Jamaah haji koq ngemis
Jamaah haji koq ngemis
Mengemis adalah perbuatan hina dan telah diharamkan oleh islam sebagaimana yang sudah kita bahas sebelumnya. Akan terasa aneh manakala mengemis dilakukan oleh jamaah haji.
Demikianlah bagi yang pernah menunaikan ibadah haji akan melihat fenomena pengemis di berbagai tempat. Di jalan, masjid dan tempat-tempat bersejarah yang biasa dikunjungi jamaah haji di sela-sela keberadaannya di tanah Haram.
Beragam pengemis yang kita jumpai. Ada di antara mereka pengemis yang memang sudah menjadi profesi dan yang tidak kita sangka ternyata tidak sedikit jamaah haji yang memanfaatkan kesempatan di tanah haram untuk meminta-minta.
Kalau kita lihat dalam sejarah kenyataan mengatakan bahwa fenomena ini sudah terjadi sejak jaman rosululloh shollallohu alaihi wasallam sebagaimana yang disampaikan oleh ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa dulu orang Yaman pergi berhaji dan tidak membawa bekal dengan hujah bahwa mereka adalah orang-orang yang bertawakal. Ketika mereka berada di tanah harom mereka meminta makan kepada penduduknya, maka Alloh turunkan ayat :
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa [albaqoroh : 197]
Ibnu Umar berkata : sesungguhnya bagian dari kemuliaan seseorang adalah memperbagus perbekalannya dalam bersafar
Maroji’ : tafsir ibnu Katsir 1/297
Mengemis adalah perbuatan hina dan telah diharamkan oleh islam sebagaimana yang sudah kita bahas sebelumnya. Akan terasa aneh manakala mengemis dilakukan oleh jamaah haji.
Demikianlah bagi yang pernah menunaikan ibadah haji akan melihat fenomena pengemis di berbagai tempat. Di jalan, masjid dan tempat-tempat bersejarah yang biasa dikunjungi jamaah haji di sela-sela keberadaannya di tanah Haram.
Beragam pengemis yang kita jumpai. Ada di antara mereka pengemis yang memang sudah menjadi profesi dan yang tidak kita sangka ternyata tidak sedikit jamaah haji yang memanfaatkan kesempatan di tanah haram untuk meminta-minta.
Kalau kita lihat dalam sejarah kenyataan mengatakan bahwa fenomena ini sudah terjadi sejak jaman rosululloh shollallohu alaihi wasallam sebagaimana yang disampaikan oleh ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa dulu orang Yaman pergi berhaji dan tidak membawa bekal dengan hujah bahwa mereka adalah orang-orang yang bertawakal. Ketika mereka berada di tanah harom mereka meminta makan kepada penduduknya, maka Alloh turunkan ayat :
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa [albaqoroh : 197]
Ibnu Umar berkata : sesungguhnya bagian dari kemuliaan seseorang adalah memperbagus perbekalannya dalam bersafar
Maroji’ : tafsir ibnu Katsir 1/297
Mujahid jangan banyak makan
Mujahid jangan banyak makan
Banyak makan demikian juga banyak minum dari berbagai sisi tetap tidak baik. Di antara sekian dampak buruk dari keduanya adalah :
• Yang bersangkutan akan lebih banyak masuk keluar wc.
• Menjadi sumber biang penyakit
• Menyebabkan malas beribadah termasuk di dalamnya jihad fisabilillah. Inilah yang pernah terjadi pada diri pasukan yang pernah dipimpin oleh Tholuth dimana nabi Daud alaihissalam ada di dalamnya :
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ إنَّ الله مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إلاَّ مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوْا مِنْهُ إلاَّ قَلِيْلاً مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مَعَهُ قَالُوْا لاَطَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهِ قاَلَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أنَّهُمْ مُّلاَقُوْا الله كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً بِإِذْنِ الله وَالله مَعَ الصَّابِرِيْنَ
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. dan Barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, Maka Dia adalah pengikutku." kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama Dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan Kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar." [albaqoroh : 249]
Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa pasukan yang dipimpin oleh Tholuth sebanyak 80.000 orang, sementara yang tergiur untuk meminum air sungai dengan puas adalah 76.000 ribu sehingga tersisa 4.000 pasukan yang meminum sedikit air di sungai. Dari jumlah sedikit inilah Tholuth berperang bersama pasukannya sehingga Alloh berikan kemenangan kepada mereka.
Subhaanalloh betapa banyak dan minum menyebabkan banyak hal-hal yang bermanfaat luput kita lakukan.
Maroji’ : tafsir ibnu Katsir 1/373
Banyak makan demikian juga banyak minum dari berbagai sisi tetap tidak baik. Di antara sekian dampak buruk dari keduanya adalah :
• Yang bersangkutan akan lebih banyak masuk keluar wc.
• Menjadi sumber biang penyakit
• Menyebabkan malas beribadah termasuk di dalamnya jihad fisabilillah. Inilah yang pernah terjadi pada diri pasukan yang pernah dipimpin oleh Tholuth dimana nabi Daud alaihissalam ada di dalamnya :
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ إنَّ الله مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إلاَّ مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوْا مِنْهُ إلاَّ قَلِيْلاً مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مَعَهُ قَالُوْا لاَطَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهِ قاَلَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أنَّهُمْ مُّلاَقُوْا الله كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً بِإِذْنِ الله وَالله مَعَ الصَّابِرِيْنَ
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. dan Barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, Maka Dia adalah pengikutku." kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama Dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan Kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar." [albaqoroh : 249]
Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa pasukan yang dipimpin oleh Tholuth sebanyak 80.000 orang, sementara yang tergiur untuk meminum air sungai dengan puas adalah 76.000 ribu sehingga tersisa 4.000 pasukan yang meminum sedikit air di sungai. Dari jumlah sedikit inilah Tholuth berperang bersama pasukannya sehingga Alloh berikan kemenangan kepada mereka.
Subhaanalloh betapa banyak dan minum menyebabkan banyak hal-hal yang bermanfaat luput kita lakukan.
Maroji’ : tafsir ibnu Katsir 1/373
Orang Solo, orang India, orang Yahudi
Orang Solo, orang India, orang Yahudi
Dari segi fisik, ketiganya berbeda, pun tempat mereka berdomisili. Lantas apa yang menyamakan antara ketiganya ? Ternyata mereka sama-sama mengagungkan sapi (kecuali yang dirahmati Alloh dengan aqidah shohihah). Orang Solo memiliki kebo kyai Slamet yang dikultuskan dan ditunggu barokahnya pada malam syuro. Orang India yang beragama Hindu mengagungkan sapi sehingga tidak ada satupun di antara mereka yang berani memakan daging sapi. Bagaimana dengan si Yahudi ? Alquran mengabadikan pengkultusan mereka terhadap sapi sesuai dengan firmanNya :
وَإذْ قَالَ مُوْسَى لِقَوْمِهِ يَقَوْمِ إنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ العِجْلَ فَتُوْبُوْا إلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوْا أنْفُسَكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إنَّهُ هُوَ التَّوّابُ الرَّحِيْمُ
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." [albaqoroh : 54]
Sapi menyatukan mereka, semoga kita tidak berada di dalamnya. Sekali lagi tulisan ini hanya berlaku bagi masyarakat Solo, India dan Yahudi yang tidak memiliki aqidah yang benar.
Dari segi fisik, ketiganya berbeda, pun tempat mereka berdomisili. Lantas apa yang menyamakan antara ketiganya ? Ternyata mereka sama-sama mengagungkan sapi (kecuali yang dirahmati Alloh dengan aqidah shohihah). Orang Solo memiliki kebo kyai Slamet yang dikultuskan dan ditunggu barokahnya pada malam syuro. Orang India yang beragama Hindu mengagungkan sapi sehingga tidak ada satupun di antara mereka yang berani memakan daging sapi. Bagaimana dengan si Yahudi ? Alquran mengabadikan pengkultusan mereka terhadap sapi sesuai dengan firmanNya :
وَإذْ قَالَ مُوْسَى لِقَوْمِهِ يَقَوْمِ إنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ العِجْلَ فَتُوْبُوْا إلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوْا أنْفُسَكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إنَّهُ هُوَ التَّوّابُ الرَّحِيْمُ
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." [albaqoroh : 54]
Sapi menyatukan mereka, semoga kita tidak berada di dalamnya. Sekali lagi tulisan ini hanya berlaku bagi masyarakat Solo, India dan Yahudi yang tidak memiliki aqidah yang benar.
Hanya islam yang meyakini Alloh tidak punya anak
Hanya islam yang meyakini Alloh tidak punya anak
Kristen mengangkat Isa sebagai Tuhan, sementara Yahudi menjadikan Uzair sebagai anakNya, tak ketinggalan kaum kafir Quraisy meyakini bahwa malaikat adalah putri-putri Alloh.
Kalau digabungkan keyakinan ketiganya maka Alloh memiliki anak laki-laki dan anak perempuan. Sungguh ini adalah sedusta-dusta perkataan. Kelak mereka akan mempertanggungjawabkan keyakinannya di hadapan Alloh.
Bagaimana dengan Islam ? Sungguh indah Alloh mengungkapkan prinsip aqidah yang harus dimiliki setiap muslim :
قُلْ هُوَ الله أحَدٌ الله الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أحَدٌ
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Kristen mengangkat Isa sebagai Tuhan, sementara Yahudi menjadikan Uzair sebagai anakNya, tak ketinggalan kaum kafir Quraisy meyakini bahwa malaikat adalah putri-putri Alloh.
Kalau digabungkan keyakinan ketiganya maka Alloh memiliki anak laki-laki dan anak perempuan. Sungguh ini adalah sedusta-dusta perkataan. Kelak mereka akan mempertanggungjawabkan keyakinannya di hadapan Alloh.
Bagaimana dengan Islam ? Sungguh indah Alloh mengungkapkan prinsip aqidah yang harus dimiliki setiap muslim :
قُلْ هُوَ الله أحَدٌ الله الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أحَدٌ
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Jangan anggap enteng neraka
Jangan anggap enteng neraka
Seseorang yang tengah berbuat maksiat di saat diingatkan akan perbuatannya dengan ringannya menjawab : tenang … … aku nanti pasti bertaubat. Sejahat-jahat Umar bin Khothob saja toh akhirnya mendapat hidayah, bukankah aku tidak sejahat Umar ?
Atau perkataan lain : aku akan bahagia nanti di neraka, karena aku akan berkumpul dengan artis-artis.
Menganggap ringan adzab, itu satu perbuatan yang disebut oleh nabi shollallohu alaihi wasallam sebagai al amnu min makrillah (merasa aman dari makar Alloh) dan itu termasuk dosa besar sebagaimana tersebut dalam hadits shohih yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ketika ditanya tentang dosa-dosa besar, beliau menjawab :
الشرك بالله، وا"ليأس من روح الله، والأمن من مكر الله ".
“Yaitu : syirik kepada Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar Allah”.
Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata :
"أكبر الكبائر : الإشراك بالله، والأمن من مكر الله، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله ".
“Dosa besar yang paling besar adalah : menyekutukan Allah, merasa aman dari siksa Allah, berputus harapan dari rahmat Allah, dan berputus asa dari pertolongan Allah” (HR. Abdur Razzaq).
Dan perlu anda ketahui bahwa penyakit al amnu min makrillah adalah sifat khas milik bangsa Yahudi sebagaimana Alloh firmankan :
وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّناَ النَّارُ إلاَّ أيّاَماً مَّعْدُوْدَةً قُلْ أتَّخَذْتُمْ عِنْدَ الله عَهْداً فَلَنْ يُخْلِفَ الله عَهْدَهُ أمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى الله ماَلاَ تَعْلَمُوْنَ
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" [albaqoroh : 80]
Seseorang yang tengah berbuat maksiat di saat diingatkan akan perbuatannya dengan ringannya menjawab : tenang … … aku nanti pasti bertaubat. Sejahat-jahat Umar bin Khothob saja toh akhirnya mendapat hidayah, bukankah aku tidak sejahat Umar ?
Atau perkataan lain : aku akan bahagia nanti di neraka, karena aku akan berkumpul dengan artis-artis.
Menganggap ringan adzab, itu satu perbuatan yang disebut oleh nabi shollallohu alaihi wasallam sebagai al amnu min makrillah (merasa aman dari makar Alloh) dan itu termasuk dosa besar sebagaimana tersebut dalam hadits shohih yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ketika ditanya tentang dosa-dosa besar, beliau menjawab :
الشرك بالله، وا"ليأس من روح الله، والأمن من مكر الله ".
“Yaitu : syirik kepada Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar Allah”.
Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata :
"أكبر الكبائر : الإشراك بالله، والأمن من مكر الله، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله ".
“Dosa besar yang paling besar adalah : menyekutukan Allah, merasa aman dari siksa Allah, berputus harapan dari rahmat Allah, dan berputus asa dari pertolongan Allah” (HR. Abdur Razzaq).
Dan perlu anda ketahui bahwa penyakit al amnu min makrillah adalah sifat khas milik bangsa Yahudi sebagaimana Alloh firmankan :
وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّناَ النَّارُ إلاَّ أيّاَماً مَّعْدُوْدَةً قُلْ أتَّخَذْتُمْ عِنْدَ الله عَهْداً فَلَنْ يُخْلِفَ الله عَهْدَهُ أمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى الله ماَلاَ تَعْلَمُوْنَ
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" [albaqoroh : 80]
Syahid yang paling afdhol
Syahid yang paling afdhol
Dalam sejarah kita mengenal para syuhada. Hamzah bin Abdul Muthollib pada perang Uhud, para qurro’ (penghafal alquran) pada perang Yamamah, Hubaib yang tereksekusi di kota Mekah dan masih banyak lagi lainnya. Tanpa mengecilkan kesyahidan mereka ternyata rosululloh shollallohu alaihi wasallam menceritakan tentang orang yang mati syahid yang kedudukannya paling afdhol di sisi Alloh sebagaimana dalam sebuah hadits shohih :
وعن أبي سعيد الخدري رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال يخرج الدجال فيتوجه قِبَله رجل من المؤمنين فيتلقاه المسالح مسالح الدجال، فيقولون له إلى أين تعمد ؟ فيقول أعمد إلى هذا الذي خرج، فيقولون له أوما تؤمن بربنا ؟ فيقول ما بربنا خفاء، فيقولون اقتلوه فيقول بعضهم لبعض أليس قد نهاكم ربكم أن تقتلوا أحداً دونه فينطلقون به إلى الدجال فإذا رآه المؤمن قال يا أيها الناس إن هذا الدجال الذي ذكر رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فيأمر الدجال به فيُشَبَّحُ فيقول خذوه وشجوه فيوسَعُ ظهرُه وبطنُه ضرباً فيقول أوما تؤمن بي؟ فيقول أنت المسيح الكذاب فيؤمر به فيُؤْشَرُ بالمنشار من مفرقه حتى يفرِّق بين رجليه ثم يمشي الدجال بين القطعتين ثم يقول له قم فيستوي قائماً ثم يقول له أتؤمن بي؟ فيقول ما ازددت فيك إلا بصيرة، ثم يقول يا أيها الناس إنه لا يفعل بعدي بأحد من الناس، فيأخذه الدجال ليذبحه، فيجعل اللَّه ما بين رقبته إلى ترقوته نحاساً فلا يستطيع إليه سبيلاً فيأخذه بيديه ورجليه فيقذف به فيحسب الناس أنه قذفه إلى النار وإنما ألقي في الجنة فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم هذا أعظم الناس شهادة عند رب العالمين رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu said Alkhudzriyyi rodliyallohu anhu bersabda nabi shollallohu alaihi wasallam : pada waktu keuarnya dajjal ada seorang mu’min yang pergi kepadanya, lalu ia disambut tentara-tentara dajjal dan ditanya : mau kemana kamu ? saya akan menemui orang yang baru keluar. Mereka bertanya : apakah kamu belum beriman kepada tuhan kami ? Ia menjawab : tuhan kami tidak sama ! berkatalah tentara itu : bunuhlah ia ! Tetapi sebagian mengatakan : jangan ! karena tuhan telah melarang membunuh seseorang selain dari perintahnya. Maka dibawalah orang itu menghadap dajjal, tatkala simu’min tadi melihat dajjal ia berkata : wahai manusia, inilah dajjal yang telah diceritakan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Akhirnya dajjal memerintahkan agar orang itu direbahkan untuk dikupas kulitnya, dipukuli punggung dan perutnya. Kemudian ditanya : apakah engkau tidak beriman kepadaku ? ia berkata : engkau almasih pendusta ! lalu diperintah kembali untuk digergaji dari atas kepalanya hingga menjadi dua bagian dan berjalanlah dajjal di antara dua bagian yang sudah terbelah seraya memerintah : bangunlah engkau ! seraya bertanya lagi : masihkah engkau tidak mengimaniku ? ia menjawab : tidaklah berkurang pengetahuanku tentang engkau bahkan aku bertambah yakin kalau engkau adalah dajjal. Setelah itu simu’min tadi berkata : wahai manusia, setelah ini ia tidak akan bisa melakukannya kepada seseorangpun. Dajjalpun berusaha untuk membunuhnya kembali akan tetapi Alloh telah meletakkan di antara leher hingga belakang sebuah tembaga hingga ia tidak bisa menyembelihnya lalu dajjal melemparkannya ke dalam neraka padahal hakekatnya ia dilempar ke dalam aljannah. Selanjutnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : itulah manusia yang paling agung kesyahidannya di sisi Alloh Rob semesta alam [HR Muslim]
Semoga kita termasuk orang yang ditakdirkan oleh Alloh menyaksikan peristiwa besar ini dan termasuk orang memiliki iman sekuat mu’min yang tegar di hadapan dajjal la’natulloh alaih, aamiin
Dalam sejarah kita mengenal para syuhada. Hamzah bin Abdul Muthollib pada perang Uhud, para qurro’ (penghafal alquran) pada perang Yamamah, Hubaib yang tereksekusi di kota Mekah dan masih banyak lagi lainnya. Tanpa mengecilkan kesyahidan mereka ternyata rosululloh shollallohu alaihi wasallam menceritakan tentang orang yang mati syahid yang kedudukannya paling afdhol di sisi Alloh sebagaimana dalam sebuah hadits shohih :
وعن أبي سعيد الخدري رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال يخرج الدجال فيتوجه قِبَله رجل من المؤمنين فيتلقاه المسالح مسالح الدجال، فيقولون له إلى أين تعمد ؟ فيقول أعمد إلى هذا الذي خرج، فيقولون له أوما تؤمن بربنا ؟ فيقول ما بربنا خفاء، فيقولون اقتلوه فيقول بعضهم لبعض أليس قد نهاكم ربكم أن تقتلوا أحداً دونه فينطلقون به إلى الدجال فإذا رآه المؤمن قال يا أيها الناس إن هذا الدجال الذي ذكر رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فيأمر الدجال به فيُشَبَّحُ فيقول خذوه وشجوه فيوسَعُ ظهرُه وبطنُه ضرباً فيقول أوما تؤمن بي؟ فيقول أنت المسيح الكذاب فيؤمر به فيُؤْشَرُ بالمنشار من مفرقه حتى يفرِّق بين رجليه ثم يمشي الدجال بين القطعتين ثم يقول له قم فيستوي قائماً ثم يقول له أتؤمن بي؟ فيقول ما ازددت فيك إلا بصيرة، ثم يقول يا أيها الناس إنه لا يفعل بعدي بأحد من الناس، فيأخذه الدجال ليذبحه، فيجعل اللَّه ما بين رقبته إلى ترقوته نحاساً فلا يستطيع إليه سبيلاً فيأخذه بيديه ورجليه فيقذف به فيحسب الناس أنه قذفه إلى النار وإنما ألقي في الجنة فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم هذا أعظم الناس شهادة عند رب العالمين رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu said Alkhudzriyyi rodliyallohu anhu bersabda nabi shollallohu alaihi wasallam : pada waktu keuarnya dajjal ada seorang mu’min yang pergi kepadanya, lalu ia disambut tentara-tentara dajjal dan ditanya : mau kemana kamu ? saya akan menemui orang yang baru keluar. Mereka bertanya : apakah kamu belum beriman kepada tuhan kami ? Ia menjawab : tuhan kami tidak sama ! berkatalah tentara itu : bunuhlah ia ! Tetapi sebagian mengatakan : jangan ! karena tuhan telah melarang membunuh seseorang selain dari perintahnya. Maka dibawalah orang itu menghadap dajjal, tatkala simu’min tadi melihat dajjal ia berkata : wahai manusia, inilah dajjal yang telah diceritakan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Akhirnya dajjal memerintahkan agar orang itu direbahkan untuk dikupas kulitnya, dipukuli punggung dan perutnya. Kemudian ditanya : apakah engkau tidak beriman kepadaku ? ia berkata : engkau almasih pendusta ! lalu diperintah kembali untuk digergaji dari atas kepalanya hingga menjadi dua bagian dan berjalanlah dajjal di antara dua bagian yang sudah terbelah seraya memerintah : bangunlah engkau ! seraya bertanya lagi : masihkah engkau tidak mengimaniku ? ia menjawab : tidaklah berkurang pengetahuanku tentang engkau bahkan aku bertambah yakin kalau engkau adalah dajjal. Setelah itu simu’min tadi berkata : wahai manusia, setelah ini ia tidak akan bisa melakukannya kepada seseorangpun. Dajjalpun berusaha untuk membunuhnya kembali akan tetapi Alloh telah meletakkan di antara leher hingga belakang sebuah tembaga hingga ia tidak bisa menyembelihnya lalu dajjal melemparkannya ke dalam neraka padahal hakekatnya ia dilempar ke dalam aljannah. Selanjutnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : itulah manusia yang paling agung kesyahidannya di sisi Alloh Rob semesta alam [HR Muslim]
Semoga kita termasuk orang yang ditakdirkan oleh Alloh menyaksikan peristiwa besar ini dan termasuk orang memiliki iman sekuat mu’min yang tegar di hadapan dajjal la’natulloh alaih, aamiin
Orang Yahudi tidak konsisiten
Orang Yahudi tidak konsisiten
Mereka menolak rosululloh shollallohu alaihi wasallam sebagai nabi akhir zaman. Penolakannya didasarkan karena Muhammad shollalllohu alaihi wasallam bukan berasal dari kaum mereka. Kenyataan mengatakan justru banyak dari nabi yang berasal dari kalangan Yahudi yang menjadi korban kebiadaban mereka. Hal ini Alloh abadikan dalam firmanNya :
وَ ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوْا بِغَضَبٍ مِنَ الله ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِأيَاتِ الله وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيِّيْنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَالِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. [albaqoroh : 61]
Ibnu Katsir menyebut jumlah nabi yang berhasil mereka bantai adalah 300 nabi.
Di antara nabi yang cukup populer yang berhasil mereka bunuh adalah nabi Zakaria dan Yahya alaihimassalam, sementara nabi Isa alaihissalam lolos dari upaya pembunuhan yang menimpanya sebagaimana Alloh firmankan :
وَقَوْلِهِمْ إنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ الله وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَالَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا
Dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. [annisa : 157]
Kalau kita perhatikan dengan seksama bahwa nabi yang mereka terima adalah bila memenuhi dua kriteria :
Nabi yang berasal dari kalangan mereka
Ajaran yang dibawa harus sesuai dengan hawa nafsu mereka
Hal ini terangkum dalam firman Alloh :
أفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيْقاً تَقْتُلُوْنَ
Apakah Setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? [albaqoroh : 87]
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bila berasal dari suku Yahudi akan tetapi kalau ternyata ajaran yang beliau bawa tidak sesuai hawa nafsu mereka niscaya akan berujung kepada penentangan.
Mereka menolak rosululloh shollallohu alaihi wasallam sebagai nabi akhir zaman. Penolakannya didasarkan karena Muhammad shollalllohu alaihi wasallam bukan berasal dari kaum mereka. Kenyataan mengatakan justru banyak dari nabi yang berasal dari kalangan Yahudi yang menjadi korban kebiadaban mereka. Hal ini Alloh abadikan dalam firmanNya :
وَ ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوْا بِغَضَبٍ مِنَ الله ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِأيَاتِ الله وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيِّيْنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَالِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. [albaqoroh : 61]
Ibnu Katsir menyebut jumlah nabi yang berhasil mereka bantai adalah 300 nabi.
Di antara nabi yang cukup populer yang berhasil mereka bunuh adalah nabi Zakaria dan Yahya alaihimassalam, sementara nabi Isa alaihissalam lolos dari upaya pembunuhan yang menimpanya sebagaimana Alloh firmankan :
وَقَوْلِهِمْ إنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ الله وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَالَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا
Dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. [annisa : 157]
Kalau kita perhatikan dengan seksama bahwa nabi yang mereka terima adalah bila memenuhi dua kriteria :
Nabi yang berasal dari kalangan mereka
Ajaran yang dibawa harus sesuai dengan hawa nafsu mereka
Hal ini terangkum dalam firman Alloh :
أفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيْقاً تَقْتُلُوْنَ
Apakah Setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? [albaqoroh : 87]
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bila berasal dari suku Yahudi akan tetapi kalau ternyata ajaran yang beliau bawa tidak sesuai hawa nafsu mereka niscaya akan berujung kepada penentangan.
Orang kentut koq diketawain
Orang kentut koq diketawain
Sering di antara kita ketika berkumpul dengan teman sejawat lalu tiba-tiba suara kentut terdengar di antara kita hingga kitapun tertawa terbahak-bahak mengejek teman kita yang mengeluarkan kentut itu. Ternyata hal ini juga pernah terjadi pada diri para sahabat rodliyallohu anhu. Tersebut dalam sebuah hadits shohih :
وعن عبد اللَّه بن زمعة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أنه سمع النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يخطب…. ثم وعظهم في ضحكهم من الضرطة فقال لم يضحك أحدكم مما يفعل مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Abdulloh bin Zam’ah rodliyallohu anhu bahwasanya nabi shollallohu alaihi wasallam menyampaikan khutbah : ………. Lalu beliau memberi nasehat terhadap tertawa mereka di saat mendengar suara kentut dimana beliau bersabda : kenapa salah seorang di antara kalian mentertawakan kentut yang sebenarnya kalian juga biasa mengalaminya [muttafaq alaih]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin mengomentari hadits ini dengan mengatakan : ini merupakan isyarat bahwa tidak sepantasnya bagi manusia untuk mencela orang lain dengan sesuatu yang kita juga biasa mengalaminya. Jika engkau tidak mencela kentut anda demikian juga andapun tidak perlu mempermasalahkan kentut orang lain.
Maroji’ : syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/657
Sering di antara kita ketika berkumpul dengan teman sejawat lalu tiba-tiba suara kentut terdengar di antara kita hingga kitapun tertawa terbahak-bahak mengejek teman kita yang mengeluarkan kentut itu. Ternyata hal ini juga pernah terjadi pada diri para sahabat rodliyallohu anhu. Tersebut dalam sebuah hadits shohih :
وعن عبد اللَّه بن زمعة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أنه سمع النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يخطب…. ثم وعظهم في ضحكهم من الضرطة فقال لم يضحك أحدكم مما يفعل مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Abdulloh bin Zam’ah rodliyallohu anhu bahwasanya nabi shollallohu alaihi wasallam menyampaikan khutbah : ………. Lalu beliau memberi nasehat terhadap tertawa mereka di saat mendengar suara kentut dimana beliau bersabda : kenapa salah seorang di antara kalian mentertawakan kentut yang sebenarnya kalian juga biasa mengalaminya [muttafaq alaih]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin mengomentari hadits ini dengan mengatakan : ini merupakan isyarat bahwa tidak sepantasnya bagi manusia untuk mencela orang lain dengan sesuatu yang kita juga biasa mengalaminya. Jika engkau tidak mencela kentut anda demikian juga andapun tidak perlu mempermasalahkan kentut orang lain.
Maroji’ : syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/657
Mencerca angin
Mencerca angin
Kita caci angin di saat berhembus kencang menyebabkan debu beterbangan hingga masuk ke mata. Tak urung pandangan mata kitapun kabur.
Sumpah serapah ditujukan kepada angin di saat berhembus dengan kencangnya yang menyebabkan pohon tumbang menimpa mobil dan rumah, tak jarang korban jiwapun terjadi atau pohon tumbang melintang di jalan sehingga memacetkan kondisi lalu lintas.
Keluh kesah ditujukan kepada angin di saat kita menyapu rumah, ketika kotoran tinggal selangkah lagi di depan pintu, tiba-tiba angin tak diundang berhembus mendorong kotoran kembali ke belakang sehingga kita menyapu dari awal lagi.
Kondisi ini sudah Alloh terangkan dalam firmanNya :
إنَّ الإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعاً إذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعاً
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, [al ma’arij : 19-20]
Bukankah angin adalah makhluq Alloh ? Berhembus sesuai perintah Alloh, diampun sesuai perintah Alloh. Dari sinilah nabi shollallohu alaihi wasallam menasehati kita :
لاَ تَسُبُّوْا الرِّيْحَ فَإِذَا رَأيْتُمْ مَا تَكْرَهُوْنَهُ فَقُوْلُوْا :
Janganlah kalian mencaci angin, bila kalian melihat sesuatu yang kalian tidak menyukainya maka berdoalah :
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هذِهِ الرِّيْحِ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا
أُمِرَتْ بِهِ
Ya Alloh sesungguhnya kami memohon kepadaMu dari kebaikan angin ini, kebaikan yang terkandung di dalamnya dan kebaikan apa yang diperintahkan kepadanya. Dan kami berlindung kepadaMu dari keburukan angin ini, keburukan apa yang terkandung di dalamnya dan keburukan apa yang diperintahkan kepadanya [HR Tirmidzi]
Kita caci angin di saat berhembus kencang menyebabkan debu beterbangan hingga masuk ke mata. Tak urung pandangan mata kitapun kabur.
Sumpah serapah ditujukan kepada angin di saat berhembus dengan kencangnya yang menyebabkan pohon tumbang menimpa mobil dan rumah, tak jarang korban jiwapun terjadi atau pohon tumbang melintang di jalan sehingga memacetkan kondisi lalu lintas.
Keluh kesah ditujukan kepada angin di saat kita menyapu rumah, ketika kotoran tinggal selangkah lagi di depan pintu, tiba-tiba angin tak diundang berhembus mendorong kotoran kembali ke belakang sehingga kita menyapu dari awal lagi.
Kondisi ini sudah Alloh terangkan dalam firmanNya :
إنَّ الإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعاً إذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعاً
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, [al ma’arij : 19-20]
Bukankah angin adalah makhluq Alloh ? Berhembus sesuai perintah Alloh, diampun sesuai perintah Alloh. Dari sinilah nabi shollallohu alaihi wasallam menasehati kita :
لاَ تَسُبُّوْا الرِّيْحَ فَإِذَا رَأيْتُمْ مَا تَكْرَهُوْنَهُ فَقُوْلُوْا :
Janganlah kalian mencaci angin, bila kalian melihat sesuatu yang kalian tidak menyukainya maka berdoalah :
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هذِهِ الرِّيْحِ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا
أُمِرَتْ بِهِ
Ya Alloh sesungguhnya kami memohon kepadaMu dari kebaikan angin ini, kebaikan yang terkandung di dalamnya dan kebaikan apa yang diperintahkan kepadanya. Dan kami berlindung kepadaMu dari keburukan angin ini, keburukan apa yang terkandung di dalamnya dan keburukan apa yang diperintahkan kepadanya [HR Tirmidzi]
Langganan:
Postingan (Atom)