Antara Air Dan Api
Api memiliki sifat panas sedang air berkarakter dingin kecuali bila ada api yang memanaskannya. Saat api berkobar maka akan segera padam manakala datang air. Keduanya dibutuhkan manusia. Dari keduanya pula terjadi peristiwa-peristiwa besar.
Airlah yang menenggelamkan kaum nabi Nuh saat banjir besar Alloh kirimkan. Beberapa ribu tahun kemudian giliran Firaun dan balatentaranya harus tewas oleh gulungan air laut merah. Sebaliknya dengan api, Namrudz gagal membunuh Ibrohim karena Alloh berfirman kepad api :
كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim [al anbiya’ : 69]
Di saat api dan air menyebabkan kematian seorang muslim, maka akan menempatkannya sebagai orang yang mati syahid, yaitu ketika seorang mukmin mati karena terbakar atau karena tenggelam sebagaimana yang disabdakan oleh rosululloh shollallohu alaihi wsasallam :
عَنْ جَابِرَ بْنِ عَتِيكٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ قَالُوا الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشُّهَدَاءُ سَبْعَةٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَالْحَرِقُ شَهِيدٌ وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ
Dari Jabir bin 'Atik : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Syahid selain terbunuh di jalan Allah itu ada tujuh macam; yang meninggal karena penyakit tha'un maka dia syahid. Orang yang meninggal karena tenggelam maka dia syahid. Orang yang meninggal karena terkena penyakit cacar atau bisul maka dia syahid. Orang yang meninggal karena sakit perut maka dia syahid. Orang yang mati terbakar adalah syahid. Orang yang meninggal karena terkena reruntuhan, maka dia syahid. Wanita yang meninggal karena karena melahirkan maka dia adalah syahid [HR Malik]
Ketika api bisa ditaklukkan oleh air, maka demikianlah kenyataannya manakala unsur-unsur setan datang bisa ditaklukkan oleh air. Seperti selesai makan daging onta dan kondisi sedang marah. Tentang makan daging onta sebuah hadits mengatakan :
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ اَلْغَنَمِ؟ قَالَ إِنْ شِئْتَ قَالَ أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ اَلْإِبِلِ ؟ قَالَ نَعَمْ
Dari Jabir Ibnu Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam : Apakah aku harus berwudlu setelah makan daging kambing ؟ Beliau menjawab : Jika engkau mau Orang itu bertanya lagi : Apakah aku harus berwudlu setelah memakan daging unta ؟ Beliau menjawab : Ya [HR Muslim]
Tentang hadits di atas, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : hikmah yang paling mendekati kebenaran diperintahkannya berwudlu setelah makan daging onta adalah karena onta memiliki kekuatan setan sebagaimana yang diisyaratkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam “ sesungguhnya onta bagian dari setan “ [HR Ahmad no 20034]. Oleh karena itu memakannya akan mendatangkan pengaruh setan sehingga akan hilang dengan air wudlu.
Adapun marah, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
إنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانَ وَإنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإنَّمَا تُطْفِئُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضَبَ أحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api itu bisa padam dengan air, bila salah seorang di antara kalian marah maka berwudlulah [HR Abu Daud, didloifkan Albani]
Maroji’ :
Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/223
Antara Sendal Dan Pemakainya
Sandal bagian dari pakaian. Nampak remeh tapi sangat dibutuhkan. Benda kecil ini bisa saja menaikkan pemiliknya dan merendahkannya. Identitas seseorang terkadang bisa dikenal dari sendalnya. Bagaimana itu bisa terjadi ?
Pembeda antara manusia dan setan
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengajari kita cara memakai sandal yaitu dimulai dari kanan
َعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا اِنْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِالْيَمِينِ, وَإِذَا نَزَعَ فَلْيَبْدَأْ بِالشِّمَالِ, وَلْتَكُنْ اَلْيُمْنَى أَوَّلَهُمَا تُنْعَلُ, وَآخِرَهُمَا تُنْزَعُ
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seseorang di antara kalian memakai sandal, hendaknya ia mendahulukan kaki kanan, dan apabila melepas, hendaknya ia mendahulukan kaki kiri, jadi kaki kananlah yang pertama kali memakai sandal dan terakhir melepaskannya [Muttafaq Alaihi]
Bila memakai sandal dimulai dengan kaki kanan baru kemudian kaki kiri, berarti rosululloh shollallohu alaihi wasallam secara tidak langsung memerintah kita untuk mengenakan dua sandal dan tidak boleh memakai sebelah sebagaimana sabdanya :
َعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَا يَمْشِ أَحَدُكُمْ فِي نَعْلٍ وَاحِدَةٍ, وَلْيُنْعِلْهُمَا جَمِيعًا, أَوْ لِيَخْلَعْهُمَا جَمِيعًا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِمَا
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Janganlah seseorang di antara kalian berjalan dengan satu sandal, dan hendaklah ia memakai keduanya atau melepas keduanya. [Muttafaq Alaihi]
Hikmah larangan memakai sandal sebelah adalah karena itu adalah cara setan memakai sandal sebagaimana yang dituturkan ibnu Hajar Al Atsqolani.
Sandal adalah identitas seseorang
Produksi sandal terkadang merupakan ciri khas kota tertentu seperti kelom dari Tasikmalaya dan lainnya. Kelompok bimbingan haji, terkadang dikenal lewat sandal yang mereka pakai karena mereka memang menyeragamkan alas kaki. Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam hendak menyampaikan wasiatnya melalui Abu Huroiroh, beliau memberikan sendalnya kepada Abu Huroiroh agar manusia yakin dan percaya atas pesan yang dibawanya :
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَأَعْطَانِي نَعْلَيْهِ قَالَ اذْهَبْ بِنَعْلَيَّ هَاتَيْنِ فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ
Wahai Abu Hurairah, bawalah kedua sandalku ini, dan siapapun yang kau temui di balik kebun ini ia bersaksi bahwa tidak ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah dan ia menancapkan keyakinan ini dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan aljannah [HR Bukhori Muslim]
Sandal membawa doa yang buruk bagi pemiliknya
Barangkali kita pernah kehilangan sandal di masjid. Lalu membikin kegaduhan di dalamnya dengan menyampaikannya kepada khalayak yang ada tentang alas kaki yang hilang. Nabi shollallohu alaihi wasallam melarang perbuatan itu :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ سَمِعَ رَجُلاً يَنْشُدُ ضَالَّةً فِي اَلْمَسْجِدِ فَلْيَقُلْ : لَا رَدَّهَا اَللَّهُ عَلَيْكَ فَإِنَّ اَلْمَسَاجِدَ لَمْ تُبْنَ لِهَذَا رَوَاهُ مُسْلِم
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Barangsiapa yang mendengar ada seseorang yang mencari barang hilang di masjid hendaknya mengatakan : semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu karena sesungguhnya masjid itu tidak dibangun untuk hal demikian Riwayat [HR Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah]
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam menerangkan hadits di atas bahwa doa “ semoga Alloh tidak mengembalikannya padamu “ diucapkan dengan keras. Doa ini ditujukan kepada orang yang mengumumkan berita kehilangan di masjid baik hewan, bawaan, uang termsuk sandal. Beliau juga menerangkan bahwa mengumumkan berita kehilangan di masjid telah mengurangi keagungan masjid karena masjid adalah tempat untuk sholat, dzikir, tilawatul quran, berdiskusi untuk hal-hal positif dan lainnya.
Sandal pembeda antara umat islam dengan yahudi
عَنْ شَدَّاد بن أوس قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : خَالِفُوْا الْيَهُوْدَ فَإِنَّهُمْ يُصَلُّوْنَ فِى نِعَالِهِمْ وَلاَ خِفَافِفِمْ
Dari Syaddad bin Aus : bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : bersikaplah berbeda dengan yahudi karena mereka tidak biasa sholat dengan sandal dan khuf mereka [HR Abu Daud]
Ibnu Taimiyyah mencantumkan hadits di atas dalam kitabnya di bab mukholafatul kuffar maqsudatun lisy syari’ (menyelisihi orang kafir adalah yang diinginkan oleh Alloh Pembuat syariat)
Sandal menurunkan derajat pemakaianya
Apa jadinya bila orang memakai sandal dengan berdiri. Sendal yang dimaksud adalah sandal yang bertali (sepatu sandal yang sering kita lihat) sehingga akan nyaman bila memasangnya di kaki sambil duduk. Bila sebaliknya, terkadang orang yang bersangkutan akan berdiri bergoyang-goyang yang tentu tak jarang akan terjatuh dan itu akan mengurangi kewibawaan. Inilah petunjuk rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَنْتَعِلَ الرَّجُلُ قَائِمًا
Dari Jabir ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang seorang mengenakan sandal sambil berdiri [HR Abu Daud dan Ibnu Majah]
Penulis aunul ma’bud berkata : pemakaian sandal dengan duduk karena dengan cara itu lebih mudah. Bila berdiri terkadang akan membuatnya jatuh.
Sandal membikin sholat tidak khusyu
Sandal seharga setengah juta dibeli. Dipakai untuk pergi ke masjid lalu diletakkan di luar. Saat sholat ditunaikan, mana yang lebih dominan : khusyu mengingat Alloh atau pikiran tegang tertuju kepada sandal ? Tidak aneh bila nasehat mengatakan : jika ingin menjaga hubungan dengan Alloh maka janganlah berlebih-lebihan dalam urusan dunia.
Pertemuan sandal dengan pemiliknya di dalam aljannah
Inilah yang dialami Bilal bin Robah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, kepada Bilal radliallahu 'anhu ketika shalat Fajar (Shubuh) : Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam, sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu di dalam aljannah. Bilal berkat; Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu') pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu shalat dengan wudhu' tersebut disamping shalat wajib [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/362
Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/480
Iqtidlo shirotil mustaqim, ibnu Taimiyyah hal 57
Aunul Ma’bud, Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al “dzim Abadi 7/235
Antara Ilmu Dan Tulisan
Pepatah mengatakan :
الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةٌ قُيُوْدُهُ
Ilmu ibarat buruan, tulisan adalah jaringnya
Perang Yamamah memakan korban para hafidzul quran. Umar bin Khothob khawatir bila quran hilang dan tidak dikenal lagi di masa datang karena saat itu para sahabat lebih mengandalkan hafalan dibanding tulisan. Semoga Alloh merahmati Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit yang telah mengumpulkan tulisan alquran dan dijadikannya menjadi satu.
Abu Huroiroh meski terdepan dalam hal hafalan hadits, dengan jujur ia mengakui keunggulan Abdulloh bin Amru karena tulisan haditsnya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَقُولُ مَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدٌ أَكْثَرَ حَدِيثًا عَنْهُ مِنِّي إِلَّا مَا كَانَ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو فَإِنَّهُ كَانَ يَكْتُبُ وَلَا أَكْتُبُ
Dari Abu Hurairah berkata, Tidaklah ada seorangpun dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang lebih banyak haditsnya dibandingkan aku, kecuali 'Abdullah bin 'Amru. Sebab ia bisa menulis sedang saya tidak [HR Bukhori dan Tirmidzi]
Keberadaan kitab bagi para ulama terdahulu adalah sangat berharga. Karena di dalamnyalah ilmu ditulis. Syaikh Ahmad Alhajjar dan Abu Ja’far Ahmad Alqoshri rela menjual bajunya demi membeli kitab. Hal yang sama dilakukan oleh Sanad bin Ali yang menjual hewan tunggangan milik ayahnya. Adapun Ibnu Mulaqqin mengalami kegilaan ketika kitab-kitabnya musnah terbakar.
Demikianlah pentingnya tulisan, maka aneh bila ada orang yang duduk di majlis ta’lim tanpa membewa secarik kertas dan pena untuk menjaring ilmu yang didengarnya padahal ia bukan Abu Huroiroh yang kuat hafalannya.
Maroji’ :
Dahsyatnya kesabaran ulama, Syaikh Abdul Fattah
Antara Fardlu Ain Dan Fardlu Kifayah
Sholat lima waktu, haji, shoum romadlon dan zakat adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap individu muslim. Karenanya ia disebut fardlu ain. Mengurus jenazah, jihad, adzan dan amar maruf nahi munkar adalah ibadah yang tidak semua muslim mesti melakukannya. Bila sudah ada segelintir orang melakukannya dan itu sudah mencukupi maka seluruh lapisan masyarakat akan lepas dari tuntutan di hadapan syariat. Ibadah jenis ini sering disebut dengan fardlu kifayah.
Terkadang dalam satu waktu dua ibadah yang bernilai fardlu ain dan fardlu kifayah bertemu dan mesti ada salah satu yang dikorbankan. Bagaimana penyelesaiannya ? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita merenungkan hadits di bawah ini :
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا َوَعَنْهُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ يَقُولُ لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِاِمْرَأَةٍ إِلَّا وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ, وَلَا تُسَافِرُ اَلْمَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ " فَقَامَ رَجُلٌ, فَقَالَ يَا رَسُولَ اَللَّهِ, إِنَّ اِمْرَأَتِي خَرَجَتْ حَاجَّةً, وَإِنِّي اِكْتُتِبْتُ فِي غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا, قَالَ اِنْطَلِقْ, فَحُجَّ مَعَ اِمْرَأَتِكَ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika khutbah bersabda : Janganlah sekali-kali seorang laki-laki menyepi dengan seorang perempuan kecuali dengan mahramnya, dan janganlah seorang perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya. Berdirilah seorang laki-laki dan berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku pergi haji sedang aku diwajibkan ikut perang ini dan itu. Maka beliau bersabda : Berangkatlah dan berhajilah bersama istrimu. [Muttafaq Alaihi]
Pada hadits ini diterangkan bahwa seorang lelaki tengan bersiap menunaikan jihad yang merupakan ibadah fardlu kifayah bagi dirinya. Di sisi lain istrinya juga sedang berkemas untuk menunaikan ibadah haji yang merupakan ibadah fardlu ain bagi dirinya. Ia menemui kendala karena tidak ada mahrom yang mendampinginya. Hanya ada satu orang yang berhak menemaninya dalam perjalanan haji dan itu tidak lain adalah suaminya. Demi tercapainya ibadah fardlu ain maka suami mengurungkan niatnya untuk menunaikan ibadah fardlu kifayah. Atau dengan kata lain jihad dikorbankan demi terlaksananya ibadah haji. Toh sebenarnya ibadah haji bagi dirinya juga bernilai fardlu ain.
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : fardlu ain harus didahulukan atas fardlu kifayah. Laki-laki ini mendapat kewajiban berangkat berjihad dan itu adalah ibadah fardlu kifayah baginya. Adapun menjaga istri adalah fardlu ain maka nabi shollallohu alaihi wasallam lebih mementingkannya. Hadits di atas merupakan dalil atas didahulukannya udzur yang bersifat khusus dan lazim atas fardlu kifayah.
Maroji’ :
Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/653
Antara Alquran Dan Kitab-Kitab Sebelumnya
Alquran dan kitab-kitab sebelumnya memiliki kedudukan yang sama. Semuanya harus diimani. Alloh berfirman :
آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan) : Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan : Kami dengar dan Kami taat. (mereka berdoa ): Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali [albaqoroh : 285]
Kendati demikian, bukan berarti antar kitab tersebut tidak memiliki perbedaan. Perbedaannya tidak sedikit. Diantaranya :
1. Alquran turun berbahasa arab
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya [yusuf : 2]
Di negeri manapun alquran berada, kendati diterjemahkan dengan bahasa setempat, teks asli alquran sebagai kalamulloh tetap dicantumkan. Hal ini berbeda dengan taurot, zabur dan injil yang berbahasa ibrani. Di saat berada di negeri Inggris teks asli hilang dan diganti dengan bahasa penduduknya. Demikian juga ketika berada di berbagai belahan bumi lainnya.
2. Alquran turun berangsur-angsur
Zabur, taurot dan injil adalah kitab yang Alloh turunkan secara keseluruhan. Karena hal itulah maka orang-orang kafir menuntut itu juga berlaku bagi alquran. Hal ini diungkap oleh Alloh :
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآَنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Berkatalah orang-orang yang kafir : Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar) [alfurqon : 32]
Syaikh Mannaul Qothon membagi proses turunnya quran 2 macam :
• Turun secara keseluruhan pada malam lailatul qodar di baitul izzah yang berada di langit dunia
• Turun dari langit menuju dunia secara terpisah selama 23 tahun
3. Terjaga keasliannya
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya [alhijr : 9]
Syaikh Abu Bakar menerangkan maksud penjagaan Alloh terhadap alquran dari hilang, penambahan dan pengurangan karena alquran adalah hujjah Alloh kepada makhluqnya hingga hari kiamat.
Nabi Isa bila hari ini ada di bumi lalu melihat injil yang dipegang kaum nasrani, tentu akan kebingungan melihat ajarannya begitu tercemar hingga sulit untuk dikenali lagi.
4. Alquran adalah kitab yang mudah dihafal
Begitu mudahnya kita mendapatkan para penghafal quran. Sebaliknya mustahil bagi kita mendapati kaum bani Israel yang mampu menghafal kitab mereka.
5. Alquran adalah kitab yang berlaku bagi seluruh alam semesta
Zabur, taurot dan injil hanya berlaku bagi kaum bani israil
6. Alquran memansukh kitab-kitab sebelumnya
الإِيْمَانُ بِالْكُتُبِ الْمُنَزَّلَةِ وَأَنَّ الْقُرْانَ الْكَرِيْمَ نَاسِخًا لَهَا وَأَنَّ مَا قَبْلَهُ مِنَ الْكُتُبِ طَرَأَ عَليْهِ التَّحْرِيْف
Beriman kepada kitab-kitab yang Alloh turunkan dan bahwasanya alquran alkarim menghapus kitab-kitab sebelumnya,adapun kitab-kitab sebelumnya terdapat banyak penyelewengan.
Maroji’ :
Mabahits fi ulumil quran, Syaikh Mannaul Qothon hal 104
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) 2/275
Antara Semut Dan Manusia
Semut makhluq tak berakal, sementara manusia diberi kelebihan oleh Alloh dengan akalnya. Tapi manakala manusia tidak bertauhid maka ia akan mendapat kedudukan asfala safilin (derajat yang paling rendah) jauh di bawah si semut. Kenapa bisa begitu ? Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ خَرَجَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ اَلسَّلَامُ يَسْتَسْقِي, فَرَأَى نَمْلَةً مُسْتَلْقِيَةً عَلَى ظَهْرِهَا رَافِعَةً قَوَائِمَهَا إِلَى اَلسَّمَاءِ تَقُولُ اَللَّهُمَّ إِنَّا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ, لَيْسَ بِنَا غِنًى عَنْ سُقْيَاكَ, فَقَالَ ارْجِعُوا لَقَدْ سُقِيتُمْ بِدَعْوَةِ غَيْرِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Nabi Sulaiman pernah keluar untuk memohon hujan, lalu beliau melihat seekor semut terlentang di atas punggungnya dengan kaki-kakinya terangkat ke langit seraya berkata : Ya Allah kami adalah salah satu makhluk-Mu yang bukan tidak membutuhkan siraman airmu. Maka Nabi Sulaiman berkata: Pulanglah, kamu benar-benar akan diturunkan hujan karena doa makhluk selain kamu [HR Ahmad]
Hadits ini mengajari kita bahwa ternyata makhluq kecil ini mengenal Alloh dengan baik. Di saat musim kemarau datang dan kekeringan di mana-mana, semut sadar bahwa tidak ada tempat untuk mengadu selain Alloh. Keistimewaan lainnya bahwa ternyata Sulaiman mencukupkan turunnya hujan dengan munajat semut sehingga mengajak kaumnya pulang.
Bandingkan dengan manusia. Betapa banyak yang lari ke dukun dengan harapan hujan segera turun. Sementara orang yang wawasannya maju sibuk mempersiapkan hujan buatan. Yang pertama adalah perbuatan syirik dan yang kedua adalah sifat takabbur.
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam menyimpulkan dari gaya berdoa semut yang mengarahkan kaki-kakinya ke langit : ini menunjukkan dianjurkannya berdoa dengan mengangkat tangan. Beliau juga menyebut bahwa ini dalil yang menunjukkan bahwa sifat Uluw yang ada pada diri Alloh (tingginya Alloh atas seluruh makhluqNya)
Maroji’ :
Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/274-275
Semut makhluq tak berakal, sementara manusia diberi kelebihan oleh Alloh dengan akalnya. Tapi manakala manusia tidak bertauhid maka ia akan mendapat kedudukan asfala safilin (derajat yang paling rendah) jauh di bawah si semut. Kenapa bisa begitu ? Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ خَرَجَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ اَلسَّلَامُ يَسْتَسْقِي, فَرَأَى نَمْلَةً مُسْتَلْقِيَةً عَلَى ظَهْرِهَا رَافِعَةً قَوَائِمَهَا إِلَى اَلسَّمَاءِ تَقُولُ اَللَّهُمَّ إِنَّا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ, لَيْسَ بِنَا غِنًى عَنْ سُقْيَاكَ, فَقَالَ ارْجِعُوا لَقَدْ سُقِيتُمْ بِدَعْوَةِ غَيْرِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Nabi Sulaiman pernah keluar untuk memohon hujan, lalu beliau melihat seekor semut terlentang di atas punggungnya dengan kaki-kakinya terangkat ke langit seraya berkata : Ya Allah kami adalah salah satu makhluk-Mu yang bukan tidak membutuhkan siraman airmu. Maka Nabi Sulaiman berkata: Pulanglah, kamu benar-benar akan diturunkan hujan karena doa makhluk selain kamu [HR Ahmad]
Hadits ini mengajari kita bahwa ternyata makhluq kecil ini mengenal Alloh dengan baik. Di saat musim kemarau datang dan kekeringan di mana-mana, semut sadar bahwa tidak ada tempat untuk mengadu selain Alloh. Keistimewaan lainnya bahwa ternyata Sulaiman mencukupkan turunnya hujan dengan munajat semut sehingga mengajak kaumnya pulang.
Bandingkan dengan manusia. Betapa banyak yang lari ke dukun dengan harapan hujan segera turun. Sementara orang yang wawasannya maju sibuk mempersiapkan hujan buatan. Yang pertama adalah perbuatan syirik dan yang kedua adalah sifat takabbur.
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam menyimpulkan dari gaya berdoa semut yang mengarahkan kaki-kakinya ke langit : ini menunjukkan dianjurkannya berdoa dengan mengangkat tangan. Beliau juga menyebut bahwa ini dalil yang menunjukkan bahwa sifat Uluw yang ada pada diri Alloh (tingginya Alloh atas seluruh makhluqNya)
Maroji’ :
Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/274-275
Antara Aljannah Dan Annar
Keduanya adalah daarul jaza’ (kampung balasan). Penghuni annar tentu lebih banyak dari ahluljannah. Aljannah tempat dimana orang beriman mendapat puncak kebahagiaan yang tidak pernah berakhir. Annar tempat dimana orang kafir mengalami puncak kesengsaraan yang tidak berakhir, meski tidak sedikit orang beriman untuk sementara menempatinya sebagai balasan atas perbuatan maksiatnya yang kemudian akan meninggalkannya dan bergabung dengan orang beriman yang telah dulu menghuni aljannah.
Malaikat Ridlwan sangat ramah kepada ahluljannah, sementara malaikat penjaga neraka memiliki sifat bengis dan kejam sesuai yang dikehendaki Alloh. Yang menarik dari pembahasan ini adalah ternyata aljannah dan annar berdialog untuk membicarakan perihal penghuninya masing-masing :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجَّتْ النَّارُ وَالْجَنَّةُ فَقَالَتْ هَذِهِ يَدْخُلُنِي الْجَبَّارُونَ وَالْمُتَكَبِّرُونَ وَقَالَتْ هَذِهِ يَدْخُلُنِي الضُّعَفَاءُ وَالْمَسَاكِينُ فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِهَذِهِ أَنْتِ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ وَرُبَّمَا قَالَ أُصِيبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ وَقَالَ لِهَذِهِ أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْكُمَا مِلْؤُهَا
Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : aljannah dan annar berbantah-bantahan. Annar berkata : Orang-orang congkak dan sombong memasukiku. Aljannah berkata : Orang-orang lemah dan orang-orang miskin memasukiku. Lalu Allah berfirman kepada annar : Kau adalah siksaKu, denganmu Aku menyiksa siapa pun yang Aku kehendaki. -mungkin beliau bersabda : Denganmu, Aku menimpakan (adzab) pada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan Allah berfirman kepada aljannah : Kau adalah rahmatKu, denganmu Aku merahmati siapa saja yang Aku kehendaki dan masing-masing dari kalian berdua berisi penuh [HR Muslim]
Memelihara Jenggot, Antara Bernilai Ibadah Dan Sia-Sia
Memanjangkan jenggot diperintah oleh syariat. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
خَالِفُوْا الْمُشْرِكِيْنَ احْفُوْا الشَّوَارِبَ وَاعْفُوْا اللِّحَى
Berbedalah kalian dengan orang musyrik, oleh karena itu pendekkanlah kumis dan panjangkanlah jenggot [HR Bukhori Muslim]
Memelihara jenggot memiliki dua pahala, yaitu : melaksanakan perintah nabi shollallohu alaihi wasallam dan menampakkan sikap berbeda dengan orang musyrik. Ibnu Taimiyyah menyebut dengan istilah “ Mukholafatulkuffar Maqshuudatun Lisysyari’ “ (bersikap beda dengan orang musyrik adalah perintah Alloh Sang Pembuat Syariat)
Akan tetapi bisa saja akan sia-sia dan tak berpahala manakala memanjangkan jenggot tidak diniatkan untuk dua hal di atas. Betapa banyak artis, anak muda dan orang-orang kafir memiliki jenggot yang panjang melebihi yang dimiliki oleh para ustadz. Mereka melakukannya untuk sekedar gaya dan mengikuti trend.
Untuk hal ini rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan :
يا رويفع، لعل الحياة تطول بك، فأخبر الناس أن من عقد لحيته، أو تقلد وترا، أو استنجى برجيع دابة أو عظم، فإن محمدا بريء منه
Hai Ruwaifi’, semoga engkau berumur panjang, oleh karena itu sampaikanlah kepada orang-orang bahwa barang siapa yang menguncir jenggotnya, atau memakai kalung dari tali busur panah, atau bersuci dari buang air dengan kotoran binatang atau tulang, maka sesungguhnya Muhammad berlepas diri dari orang tersebut [HR Ahmad]
Kenapa mengikat jenggot dilarang ? Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menyebut dua alasan :
1. Karena ia adalah lambang kesombongan
Mereka mengikat jenggot dari ujung atau pertengahan agar dilihat bahwa dirinya adalah orang yang agung dan dirinya adalah pemuka satu kaum.
2. Menghindari pengaruh jahat mata
Adapun Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh juga menyebut dua alasan :
a. Simbol kaum ‘ajami sebagai kesombongan dan kebanggaan
b. Dengan tujuan membentuk bulu menjadikan kriting dan itu termasuk sifat kaum wanita
Walhasil laksanakan sunnah karena niat ibadah bukan mengikuti mode.
Maroji’ :
Iqtidlo Shirotil Mustaqim, Ibnu Taimiyyah hal 57
Alqoul Mufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/188
Fathul Majid, Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh hal 99
Antara Wudlu Di Rumah Dan Di Masjid
Alangkah baiknya di saat kita melangkahkan kaki ke masjid dari rumah sudah berada dalam keadaan suci karena sebelum berangkat kita telah berwudlu. Tapi tidak sedikit di antara kita yang lebih memilih bersuci di masjid. Sungguh berbeda, berjalan dalam keadaan suci dan belum bersuci.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menganjurkan bagi yang berniat pergi ke masjid telah berwudlu terlebih dahulu dari rumah :
عَنْ أبِى هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Shalat seorang laki-laki dengan berjama'ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama'ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo'akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti palaksanaan shalat [HR Bukhori Muslim]
Syarat kelipatan dua puluh lima derajat pada hadits di atas hanya bisa diperoleh bila seseorang memenuhi ketentuan, yang pertama : wudlu di rumah, kedua : keluar rumah dengan tujuan utama ke masjid. Oleh karena itu tentu berbeda antara berwudlu di rumah dengan berwudlu di komplek masjid.
Lalu apa fungsi tempat wudlu yang tersedia di masjid ? Yang pertama diperuntukkan musafir dan yang yang kedua bagi penduduk setempat yang kemungkinan batal wudlunya sehingga tidak perlu repot untuk pulang ke rumah,
Antara Setan Dan Malaikat
Dari segi penciptaan nyaris memiliki kemiripan. Setan dari api, malaikat berasal dari cahaya. Secara fisik, Alloh menetapkan keduanya adalah makhluq ghoib. Dalam bentuk tidak asli mungkin bisa diindera oleh manusia. Penyamaran sebagai laki-laki pernah dilakukan keduanya ketika bertemu dengan manusia.
Setan masih membutuhkan makan, minum dan mabit layaknya manusia. Terbukti rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyebut mereka makan dan minum dengan tangan kiri dan sedih di saat rumah yang senantiasa disebut asma Alloh sehingga mereka tidak bisa mabit bersama pemilik rumah. Adapun malaikat sama sekali tidak memiliki sedikitpun nafsu seperti mereka.
Setan memiliki kelamin dan beranak pinak. Sedangkan malaikat meski banyak tidak dihasilkan dari pernikahan melainkan penciptaan yang Alloh tentukan.
Bersama manusia, setan mendapat taklif yaitu beribadah. Berlainan dengan malaikat yang senantiasa beribadah karena ketetapan yang Alloh berikan kepada mereka sebagai makhluq yang senantiasa taat kepadaNya.
Setan yang senantiasa mengajak manusia untuk ingkar kepada Alloh, ternyata upayanya berhasil. Mayoritas manusia dalam keadaan kufur kepadaNya. Di sisi lain sebagian malaikat juga mengajak kita untuk taat kepadaNya ternyata sedikit sekali yang mengikutinya. Seolah ini adalah merupakan keunggulan setan atas diri malaikat. Tetapi ada satu kelebihan malaikat yang bisa mengalahkan setan. Ternyata setan sangat takut kepada malaikat. Hal ini bisa dibuktikan pada peristiwa perang badar. Setan yang sesumbar akan membantu kaum kafir, lari terbirit-birit ketika mereka melihat rombongan malaikat yang datang. Hal ini Alloh abadaikan dalam firmanNya :
وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan : tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan Sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling Lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata : Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat, Sesungguhnya saya takut kepada Allah. dan Allah sangat keras siksa-Nya [al anfal : 48]
Tidak hanya itu saja, Alloh berikan kepada mereka, yaitu malaikat yang datang pada perang badar sebagai sebaik-baik malaikat :
عن رفاعة بن رافع الزُّرَقِيّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال جاء جبريل إلى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال ما تعدون أهل بدر فيكم؟ قال من أفضل المسلمين أو كلمة نحوها، قال وكذلك من شهد بدراً من الملائكة
Dari Rifaah bin Rofi’ rodliyallohu anhu berkata : Jibril datang kepada nabi shollallohu alaihi wasallam dan berkata : apa pendapat kalian tentang ahlu badr ? Beliau menjawab : ia adalah umat islam yang paling afdhol. Jibril berkata : demikian juga dengan malaikat yang datang pada perang badar (malaikat yang paling afdhol) [HR Bukhori]
Antara Surat Al Anfal Dan Attaubah
Kedua surat ini berurutan tempatnya dalam alquran. Al anfal di nomor urut kedelapan dan attaubah di nomor kesembilan. Pembahasan di kedua surat itu terdapat kemiripan. Semuanya berkisar perang. Yang sedikit berbeda adalah surat attaubah lebih tegas dan keras dan banyak menguak profil orang munafiq terutama keengganan mereka untuk ikut andil dalam jihad fisabilillah.
Yang menjadi masalah adalah kenapa di surat attaubah tidak tercantum lafadz basmallah di dalamnya ? Para ulama mencoba untuk mengungkap rahasia di dalamnya. Beberapa pendapat dirangkum oleh imam Alqurthubi, diantaranya :
Pertama
Pada masa jahiliyyah, masyarakat Arab bila mengadakan perjanjian dan merencanakan suatu saat untuk membatalkannya maka mereka meniadakan pencantuman lafadz basmallah.
Kedua
Sebagaimana yang dituturkan sendiri oleh Utsman bin Affan :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قُلْتُ لِعُثْمَانَ مَا حَمَلَكُمْ عَلَى أَنْ عَمَدْتُمْ إِلَى سُورَةِ الْأَنْفَالِ وَهِيَ مِنْ الْمَثَانِي وَإِلَى سُورَةِ بَرَاءَةٌ وَهِيَ مِنْ الْمِئِينَ فَقَرَنْتُمْ بَيْنَهُمَا وَلَمْ تَكْتُبُوا بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَوَضَعْتُمُوهَا فِي السَّبْعِ الطِّوَالِ فَمَا حَمَلَكُمْ عَلَى ذَلِكَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا يَأْتِي عَلَيْهِ الزَّمَانُ وَهُوَ يُنْزَلُ عَلَيْهِ مِنْ السُّوَرِ ذَوَاتِ الْعَدَدِ فَكَانَ إِذَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ الشَّيْءُ دَعَا بَعْضَ مَنْ يَكْتُبُ لَهُ فَيَقُولُ ضَعُوا هَذِهِ فِي السُّورَةِ الَّتِي يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا وَإِذَا أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ الْآيَاتُ قَالَ ضَعُوا هَذِهِ الْآيَاتِ فِي السُّورَةِ الَّتِي يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا وَإِذَا أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ الْآيَةُ قَالَ ضَعُوا هَذِهِ الْآيَةَ فِي السُّورَةِ الَّتِي يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا وَكَانَتْ سُورَةُ الْأَنْفَالِ مِنْ أَوَائِلِ مَا نَزَلَ بِالْمَدِينَةِ وَكَانَتْ سُورَةُ بَرَاءَةٌ مِنْ أَوَاخِرِ مَا أُنْزِلَ مِنْ الْقُرْآنِ قَالَ فَكَانَتْ قِصَّتُهَا شَبِيهًا بِقِصَّتِهَا فَظَنَنَّا أَنَّهَا مِنْهَا وَقُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يُبَيِّنْ لَنَا أَنَّهَا مِنْهَا فَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ قَرَنْتُ بَيْنَهُمَا وَلَمْ أَكْتُبْ بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ وَوَضَعْتُهَا فِي السَّبْعِ الطِّوَالِ
Dari Ibnu Abbas dia berkata; aku bertanya kepada Utsman ; Apa yang mendorong kalian menyandarkan surat Al Anfal yang merupakan surat Al Matsani (surat yang terdiri dari puluhan ayat) kepada surat Bara'ah (surat At Taubah) yang termasuk surat Al Mi`in (surat yang terdiri dari ratusan ayat), kemudian kalian membaca keduanya dan tidak menulis pemisah diantara keduanya dengan Bismillahirrahmanirrahim, lalu kalian meletakkannya termasuk ke dalam As Sab'u Ath Thiwal (tujuh surat yang panjang), apa alasan yang mendorong kalian melakukan demikian ? Utsman menjawab ; Pada suatu waktu turunlah surat yang memiliki banyak ayat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan kebiasaan beliau apabila diturunkan wahyu kepadanya beliau memanggil sebagian sahabat juru tulisnya, lalu beliau bersabda : Letakkan ayat ini dalam surat yang di dalamnya disebutkan begini dan begini. Dan apabila turun beberapa ayat kepadanya beliau bersabda : Letakkanlah ayat ayat ini dalam surat yang di dalamnya disebutkan begini dan begini. Apabila turun satu ayat kepadanya, maka beliau bersabda : Letakkanlah ayat ini dalam surat yang disebutkan di dalamnya begini dan begini. Surat Al Anfal merupakan salah satu surat yang pertama kali diturunkan di Madinah, sedangkan surat Bara'ah merupakan salah satu surat Al Qur'an yang terakhir kali diturunkan, Utsman berkata ; Cerita yang terdapat di akhir surat Al Anfal mirip dengan dengan cerita yang ada di awal surat Bara'ah, kami mengira bahwa dia (surat Al Anfal) adalah bagian darinya (surat Bara'ah). Hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat dan beliau belum menjelaskan kepada kami bahwa dia (surat Al Anfal) adalah bagian darinya (surat Bara'ah), oleh karena itu, aku menyertakan antara keduanya dan tidak menulis; Bismillahirrahmanirrahim sebagai pemisah antara keduanya dan aku meletakkannya termasuk ke dalam As Sab'u Ath Thiwal. [HR Ahmad]
Ketiga
Surat al anfal dan attaubah serupa dengan surat albaqoroh sehingga tidak ditulis antara keduanya lafadz basmallah.
Keempat
Adanya pendapat di kalangan para sahabat bahwa al anfal dan attaubah adalah satu surat.
Kelima
Surat attaubah identik dengan pedang. Di dalamnya tidak ada perintah kasih sayang. Karena di dalam lafadz basmallah terdapat perintah kasih sayang maka basmallah tidak dicantumkan.
Maroji’ :
Aljami’ Liahkamil Quran, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al anshori Alqurthubi 8/61
Antara Cahaya Orang Beriman Dan Cahaya Munafiq
Mu’min yang baik akan senantiasa menjaga sholat isya dan shubuh berjamaah. Bagi orang munafiq tentu hal ini sangatlah berat dirasa oleh mereka. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنهقَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَثْقَلُ اَلصَّلَاةِ عَلَى اَلْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ اَلْعِشَاءِ, وَصَلَاةُ اَلْفَجْرِ, وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Sholat yang paling berat bagi orang-orang munafik ialah sholat Isya' dan Shubuh secara berjamaah. Seandainya mereka tahu apa yang ada pada kedua sholat itu, mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak [Muttafaq Alaihi]
Si mu’min yang selalu menjaga sholat kedua sholat itu dengan berjamaah tentu akan memperoleh pahala. Alloh menjamin cahaya bagi dirinya saat kegelapan hari kiamat ketika manusia menyeberangi ash shiroth (jembatan di atas neraka) :
عَنْ بُرَيْدَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَشِّرْ الْمَشَّائِينَ فِي الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Buraidah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : Berilah kabar gembira bagi orang yang berjalan pada malam gelap gulita menuju masjid (untuk shalat berjama'ah isya dan shubuh) bahwa bagi mereka cahaya yang sempurna pada hari kiamat nanti [HR Abu Daud dan Tirmidzi]
Menggabungkan dua kenyataan di atas kita akan mendapatkan kepastian yang terjadi pada hari kiamat. Orang beriman akan diliputi cahaya, sementara orang munafiq akan mendapati kegelapan. Tentu si munafiq akan mengiba kepada orang beriman agar memberikan sedikit cahaya bagi mereka. Inilah yang Alloh terangkan dalam firmannya :
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آَمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ
12. (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (Dikatakan kepada meraka) : Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.
13. Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman : Tunggulah Kami supaya Kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu. dikatakan (kepada mereka) : Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu). lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa [alhadid : 12-13]
Tentang cahaya ini pengarang tafsir addar mantsur mengutip perkataan ibnu Mas’ud : orang beriman akan diberi cahaya sesuai amal mereka. Mereka melewati ash shiroth dengan cahaya mereka. Ada yang diliputi cahaya sebesar gunung, sekecil kurma dan yang paling kecil adalah cahaya yang ada pada jarinya, terkadang menyala dan terkadang mati.
Adapun pengarang aunul ma’bud dan attuhfah sepakat bahwa cahaya ini ada kaitannya dengan kehadiran sholat isya dan shubuh berjamaah.
Walhasil, mari jaga isya dan shubuh kita sembari berdoa :
رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu
Maroji’ :
Addar mantsur (maktabah syamilah) 9/415
Aunul ma’bud, Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al’adzim Abadi 2/5
Tuhfatul Ahwadzi, Abul ‘Ula Muhammad Abdurrohim ibnu Abdirrohim Almubarokfuri 1/481
Antara Abu Tholib dan Anak Yahudi
Keduanya memiliki kemiripan. Dalam kondisi sakarotul maut didampingi oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Beliau mengajak keduanya untuk masuk islam. Hasilnya ternyata sungguh berbeda. Abu Tholib yang dari awal munculnya islam tampil membela kemenakannya, ternyata enggan mengucapkan laa ilaaha illalloh. Sebaliknya si yahudi yang tidak dikenal pengorbanannya seperti yang dilakukan oleh Abu Tholib, mau mengucapkan kalimat tauhid. Akhir cerita, Abu Tholib ahlunnar dan si yahudi ahlul jannah.
Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata : Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada disisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya :
يا عم، قل لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله
Wahai pamanku, ucapkanlah la ilaha illallah kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah.Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Tholib : Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib ?, kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Tholib adalah : bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Mutholib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illallah, kemudian Rasulullah bersabda : sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang, lalu Allah menurunkan firmanNya :
ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين
Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik [QS. Al bara’ah, 113]
Dan berkaitan dengan Abu Tholib, Allah menurunkan firmanNya :
إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء
Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tak sanggup memberikan hidayah) petunjuk) kepada orang-orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya [QS. Al Qoshosh, 57]
Adapun kisah masuk islamnya anak kecil yahudi, dituturkan oleh Anas bin Malik :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ غُلَامٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَسْلِمْ فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ
Dari Anas radliallahu 'anhu berkata, : Ada seorang anak kecil Yahudi yang bekerja membantu Nabi Shallallahu'alaihiwasallam menderita sakit. Maka Nabi Shallallahu'alaihiwasallam menjenguknya dan Beliau duduk di sisi kepalanya lalu bersabda : Masuklah Islam. Anak kecil itu memandang kepada bapaknya yang berada di dekatnya, lalu bapaknya berkata, : Ta'atilah Abu Al Qasim Shallallahu'alaihiwasallam. Maka anak kecil itu masuk Islam. Kemudian Nabi Shallallahu'alaihiwasallam keluar sambil bersabda : Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari neraka [HR Bukhori]
Ulama Yahudi Dan Umatnya
Ulama yahudi bertipe penipu, dzolim dan tidak takut akan dosa. Sementara umatnya adalah kaum goblok yang mudah dibohongi oleh pemimpin agamanya. Kenapa bisa demikian ?
Rahib yahudi dalam sejarah memiliki dua dosa. Dosa kepada Alloh dan kepada manusia. Kesalahan mereka terhadap Alloh adalah berani merubah firman Alloh :
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah Perkataan dari tempat-tempatnya]. mereka berkata : Kami mendengar, tetapi Kami tidak mau menurutinya. dan (mereka mengatakan pula) : Dengarlah, sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. dan (mereka mengatakan) : Raa'ina, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. [annisa : 46]
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik [almaidah : 13]
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُوا آَمَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوبُهُمْ وَمِنَ الَّذِينَ هَادُوا سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ سَمَّاعُونَ لِقَوْمٍ آَخَرِينَ لَمْ يَأْتُوكَ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ مِنْ بَعْدِ مَوَاضِعِهِ يَقُولُونَ إِنْ أُوتِيتُمْ هَذَا فَخُذُوهُ وَإِنْ لَمْ تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُوا وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, Yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka : Kami telah beriman, Padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (orang-orang Yahudi itu) Amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan Amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu ; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. mereka mengatakan : Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu, Maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini Maka hati-hatilah. Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. [almaidah : 41]
فَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui ? [albaqoroh : 75]
Keempat ayat di atas menerangkan sifat ulama yahudi, yaitu merubah ayat-ayat Alloh hingga bila nabi Daud hidup saat ini tentu sudah tidak dapat mengenali lagi kitab zabur karena betapa rusak dan tercemarnya firman Alloh hasil kreasi para rahib. Tentu tidak jauh berbeda dengan nabi Musa terhadap taurotnya dan nabi Isa terhadap injilnya.
Penulis tafsir alwajiz menerangkan maksud ayat di atas dengan mengatakan : mereka merubah hukum-hukum taurot, ayat rajam dan keberadaan sifat rosululloh shollallohu alaihi wasallam sebagai nabi akhir zaman.
Sedang kesalahan kedua dari para ulama yahudi adalah mereka lakukan terhadap umatnya, yaitu memakan harta secara tidak benar. Penulis tafsir almuyassar memberi contoh : menerima sogokan, menahan harta dengan cara tidak mengeluarkan zakatnya. Pada kenyataannya tidak sedikit harta yang mereka kumpulkan dari umat sebagai pembayaran zakat justru mereka memakan dan menyimpannya untuk kepentingan pribadi. Kelakuan mereka, Alloh abadikan dalam firmannya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih [attaubah : 34]
Berkenaan kelakuan mereka terhadap penerimaan sogokan, syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menuturkan perkataan As Sya’by : pernah terjadi pertengkaran antara orang munafik dan orang Yahudi. Orang Yahudi itu berkata : Mari kita berhakim kepada Muhammad, karena ia mengetahui bahwa beliau tidak menerima suap. Sedangkan orang munafik tadi berkata : Mari kita berhakim kepada orang Yahudi, karena ia tahu bahwa mereka mau menerima suap. Maka bersepakatlah keduanya untuk berhakim kepada seorang dukun di Juhainah, maka turunlah surat annisa ayat 60.
Ketika para ulama menampakkan kedzoliman yang luar biasa, sungguh mengherankan manakala kita memperhatikan sikap masyarakat bani isroil. Mereka tetap mencintai dan mematuhinya :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (rob-rob, tuhan-tuhan) selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan [attaubah : 31]
Rupanya ayat tersebut membuat kekagetan pada diri ‘Ady bin Hatim, seorang yahudi yang baru saja masuk islam hingga ia berkata kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Sungguh kami dahulu tidaklah menyembah mereka, beliau bersabda :
أليس يحرمون ما أحل الله فتحرمونه، ويحلون ما حرم الله فتحلونه ؟ فقلت : بلى، قال : فتلك عبادتهم،
Tidakkah mereka mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah, lalu kalian pun mengharamkanya dan tidakkah mereka itu menghalalkan apa yang diharamkan Allah, lalu kalian menghalalkannya ?, Aku menjawab : ya, maka beliau bersabda : itulah bentuk penyembahan kepada mereka.[HR. Imam Ahmad dan At Tirmidzi]
Aneh betul, ulamanya jahat tapi dicintai oleh umatnya bahkan hingga tingkat penghambaan.
Maroji’ :
Tafsir alwajiz (maktabah syamilah) 1/22
Tafsir almuyassar (maktabah syamilah) 3/276
Kitab tauhid, syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal 187
Antara Musa Dan Firaun
Gara-gara Firaun, si kecil Musa harus terlunta-lunta di sungai Nil untuk menyelamatkan dirinya dari pembunuhan yang dilakukan Firaun. Alloh mengisahkannya :
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul [alqoshosh : 7]
Kelakuan Firaun dibalas oleh Alloh. Dengan disaksikan langsung oleh Musa, Firaun tenggelam. Bukan di sungai melainkan di laut merah yang luas. Air sungai dibalas oleh air laut :
وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ وَلَقَدْ آَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الْأُولَى بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
39. Dan Berlaku angkuhlah Fir'aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada kami.
40. Maka Kami hukumlah Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim.
41. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.
42. Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka Termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah) [alqoshosh : 39-42]
Bagaimana perasaan anda, kalau anda pernah disakiti oleh seseorang lalu Alloh membalas orang itu dengan musibah seperti yang kita alami atau lebih, bahkan kita langsung menyaksikannya ?
Antara Sabil Dan Subul
Subul jama’ dari sabil, memiliki makna : jalan. Kedua kata ini ditampilkan oleh Alloh dalam alquran. Sabil ditujukan untuk alhaq sedang subul dikonotasikan kebatilan sebagaimana dua ayat di bawah ini :
قل هذه سبيلي أدعو إلى الله على بصيرة أنا ومن اتبعني وسبحان الله وما أنا من المشركين
Katakanlah : inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, aku berdakwah kepada Allah dengan hujjah yang nyata, maha suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik [QS. Yusuf, 108]
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa [ Al An’am : 153]
Alhaq ditampilkan dengan kata sabil (bentuk tunggal) dan albatil ditampilkan dengan kata subul (bentuk jama’) menunjukkan bahwa kebatilan adalah pihak mayoritas sedang alhaq adalah fiah qolilah (kelompok kecil). Oleh karena itulah Alloh mengingatkan kita untuk tidak silau dengan jumlah yang banyak :
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah : tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan [almaidah : 100]
Antara Milad Dan Maulid
Kedua istilah ini berasal dari kata yang sama, yaitu waladun. Milad sebagai bentuk mashdar dan maulud dalam bentuk maf’ul. Keduanya bermakna kelahiran. Bila ada kalimat maulid nabi, itu bermakna peringatan hari kelahiran nabi. Acara milad ormas fulan, itu bermakna peringatan hari kelahiran ormas fulan itu.
Sebuah ormas islam yang begitu tegas membid’ahkan acara maulid nabi, tapi anehnya di saat tanggal bertepatan dengan hari berdirinya organisasi itu para anggota secara resmi mengadakan perayaan hari lahirnya dan itu berjalan rutin setiap tahunnya. Kesalahan-kesalahan yang perlu dikritisi dari fenomena ini adalah :
• Membid’ahkan sebuah acara, di sisi lain dirinya juga menghidupkan bid’ah lainnya. Dikhawatirkan yang bersangkutan terperosok ke dalam firman Alloh :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan [ash shof : 2-3]
• Melakukan hilah. Di saat menvonis bid’ah acara maulid nabi tentu akan lucu bila pada saat yang sama dirinya mengadakan acara maulud kelahiran organisasinya hingga akhirnya istilah maulid diganti dengan milad. Padahal kedua istilah itu memiliki makna yang sama.
• Menisbatkan hari kelahiran organisasinya dengan penanggalan masehi. Tentu aneh bila ormas islam masih berwala dengan kalender masehi bukan hijriyah.
Sungguh aneh, ulang tahun disalahkan, mereka sendiri berulang tahun ria.
Antara Maulid nabi Dan Natal
Hari lahirnya nabi Isa tiap tahunnya diperingati. Tak jauh beda, umat islampun merayakan hari kelahiran nabinya dengan maulid nabi. Kedua acara ini ada kemiripan dan ada juga perbedaannya, di antaranya :
1. Diperselisihkan waktu tepatnya
Kaum nasrani meyakini bahwa tanggal 25 desember adalah hari lahir yesus kristus. Ternyata setelah diteliti tanggal ini adalah fiktif dikarang oleh pendeta menyesuaikan dengan perayaan dewa matahari di Italy. Sementara tanggal 12 robiul awwal juga banyak diragukan oleh para ulama. Syaikh Shoifurrohman Almubarokfuri menyebut tanggal 9 robiul awwal.
2. Pelaksanaan acara yang tidak serempak
Kaum nasrani merayakan hari raya natal serempak tanggal 25 desember. Hal ini berbeda dengan umat islam yang merayakannya dengan tanggal berbeda. Sering kita jumpai mereka merayakannya sudah melewati dari bulan robiul awwal.
3. Tidak ada anjuran dari kedua nabi untuk merayakan hari kelahirannya
Rosululloh mengingatkan kita :
لا تطروني كما أطرت النصارى عيسى بن مريم، إنما أنا عبد، فقولوا عبد الله ورسوله
Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah : Abdullah (hamba Allah) dan Rasulullah (Utusan Allah) [HR. Bukhori dan Muslim]
Maroji’ :
Arrohiq almakhthum, Syaikh Shoifurrhman Almubarokfuri hal 73
Antara Nabi Dan Rosul
Syaikh Umar Sulaiman Abdulloh Al Asyqor tidak sependapat dengan pemahaman bahwa tidak ada perbedaan antara nabi dan rosul. Kenapa ? Karena riwayat yang muktabar mengatakan bahwa jumlah keseluruhan nabi adalah 124.000, sementara rosul 313. Hal ini diperkuat dengan firman Alloh :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آَيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [alhajj : 52]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi mengomentari perbedaan nabi dan rosul pada ayat di atas dengan mengatakan : rosul memiliki risalah, sementara nabi mengikuti risalah dari nabi sebelumnya.
Sementara penulis fathul qodir berpendapat bahwa rosul mendapat wahyu melalui jibril dengan melihat dan berbicara secara langsung, adapun nabi pengangkatannya melalui ilham atau mimpi.
Syaikh Umar Sulaiman Abdulloh Al Asyqor juga tidak sependapat dengan pemahaman bahwa rosul mendapat wahyu dan diperintah untuk menyampaikannya, sementara nabi tidak ada perintah untuk menyampaikan wahyu yang ia dapatkan. Beliau mengatakan bahwa bila nabi tidak menyampaikan wahyu yang ia dapatkan berarti telah melakukan kitmanul ilmi (menyembunyikan ilmu). Beliau lebih condong dengan definisi, rosul : siapa saja yang diberi wahyu dengan syariat baru, adapun nabi diutus untuk melaksanakan syariat nabi sebelumnya.
Yang menarik dari pembahasan ini adalah rosululloh shollallohu alaihi wasallam dalam sebuah doa yang beliau ajarkan, menggabungkan antara nubuwwah dan risalah :
عَنْ الْبَرَاء بْن عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ لَا وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ
Dari Al Barra` bin 'Azib radliallahu 'anhuma dia berkata ; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku : Apabila kamu hendak tidur, maka berwudlulah sebagaimana kamu berwudlu untuk shalat. Setelah itu berbaringlah dengan miring ke kanan, dan ucapkanlah : ALLAHUMMA ASLAMTU NAFSI ILAIKA WAFAWADLTU AMRII ILAIKA WA ALJA`TU ZHAHRI ILAIKA RAHBATAN WA RAGHBATAN ILAIKA LAA MALJA`A WALAA MANJAA MINKA ILLA ILAIKA AMANTU BIKITAABIKA ALLADZII ANZALTA WA BINABIYYIKA ALLADZII ARSALTA (Ya AIlah ya Tuhanku, aku berserah diri kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dalam keadaan harap dan cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman dari adzab-Mu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus). Apabila kamu meninggal (pada malam itu) maka kamu mati dalam keadaan fitrah (suci). Dan jadikan bacaan tersebut sebagai penutup ucapanmu (menjelang tidur). Maka aku berkata ; Apakah saya menyebutkan ; Saya beriman kepada Rasul-Mu yang telah Engkau utus ? Beliau menjawab : Tidak, namun saya beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus [muttafaq alaih]
Kalimat wannabiyyika alladzi arsalta (nabi yang engkau utus). Kenapa beliau tidak mengatakan warosuluka alladzi arsalta (rosul yang engkau utus). Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menerangkan bahwa penyebutan rosul memungkinkan rosul dari kalangan manusia yaitu nabi atau rosul dari kalangan malaikat yaitu jibril alaihissalam sebagaimana Alloh menyebut jibril sebagai rosul dalam firmannya :
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ
19. Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) rosul yang mulia (Jibril),
20. Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy [attakwir : 19-20]
Maroji’ :
Arrusul warrisalat, Syaikh Umar Sulaiman Abdulloh Al Asyqor hal 12-13
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) 3/13
Fathul qodir (maktabah syamilah) 5/128
Syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/269
Antara Tahlil Dan Istighfar
Tahlil adalah bacaan laa ilaaha illalloh. Ia adalah bacaan agung. Pembeda antara si kafir dan si mukmin, tanda husnul khotimah bila diucapkan saat nyawa dicabut, syarat mendapat syafaat dari nabi shollallohu alaihi wasallam dan lafadz itu akan tercantum dalam bithoqoh (kartu),
Istighfar adalah bacaan astaghfirulloh. Ia adalah ungkapan permohonan ampun seorang hamba kepada Alloh. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang ma’shum melakukannya dalam sehari antara 70 hingga 100 kali. Bacaan ini sangat disukai Alloh. Hal ini digambarkan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam dengan gembiranya seorang pengembara yang menemukan kembali ontanya yang hilang. Ternyata Alloh lebih gembira dengan orang itu di saat melihat hambaNya beristighfar.
Ketika tahlil dan istighfar berpadu, menghasilkan dzikir yang sangat dahsyat sehingga rosululloh shollallohu alaihi asallam menyebutnya dengan sayyidul istighfar :
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم سَيِّدُ اَلِاسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُولَ اَلْعَبْدُ اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اِسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Dari Syaddad Ibnu Aus Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : sayyidul istighfar (permohonan ampunan (istighfar) yang paling utama) ialah seorang hamba membaca (artinya = Ya Allah Engkaulah Rob tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau yang telah menciptakan diriku aku hamba-Mu aku selalu berada dalam ikatan-Mu dan perjanjian-Mu selama aku mampu aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku maka ampunilah aku sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau) [HR Bukhari]
Antara Tahmid Dan Istirja’
Tahmid adalah ucapan Alhamdulillah. Kita baca saat mendapat ni’mat. Istrirja adalah ucapan innaa lillaahi wainnaa ilaihi rooji’uun. Sering kita dengar saat ada berita kematian atau musibah. Nampak bertolak belakang. Tahmid dibaca dalam suasana bahagia, adapun istirja’ identik dengan kondisi sedih dan berkabung.
Siapa sangka ternyata ada sebuah bacaan yang menggabungkan antara istirja’ dan tahmid sebagaimana yang dituturkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ
Dari Abu Musa Al Asy'ari bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Jika anak seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada para malaikatNya : Kalian telah mencabut anak hambaKu. Mereka menjawab ; Ya. (Allah Tabaraka Wa Ta'ala) berfirman ; Kalian telah mencabut buah hatinya. Mereka menjawab ; Ya.(Allah Tabaraka Wa Ta'ala) bertanya : Apa yang dikatakan hambaKu. Mereka menjawab; Dia memujiMu (mengucapkan alhamdulillah dan mengucapkan istirja'. Allah berkata : Bangunlah untuk hambaKu satu rumah di dalam aljannah, dan berilah nama dengan baitulhamd (rumah alhamdu) [HR Tirmidzi]
Penulis tuhfatul Ahwadzi menerangkan bahwa pemberian rumah alhamdu karena alhamdu yang dia ucapkan saat menerima musibah.
Maroji’ :
Tuhfatul Ahwadzi, Abul Ula Muhammad Abdurrohman bin Abdurrohim Almubarokfuri 3/456
Antara Kencing Manusia Dan Kencing Onta
Kencing manusia itu bau, kotor, najis, mengundang siksa kubur bagi yang tidak menjaganya dan malaikat rahmat akan menjauh dari rumah yang tercium aroma kencing manusia.
Sebaliknya kencing onta sangatlah bermanfaat. Ia adalah penyembuh bagi penyakit. Dr Abdulrahman Al-Qassas, seorang peneliti di Universitas Ummul Qura, Mekkah menegaskan lagi bahwa kencing dan susu onta dapat menyembuhkan beberapa penyakit diantaranya hepatitis, penyakit gula (diabetes) dan penyakit kulit.
Setelah menghabiskan waktu lebih dari lima tahun penelitian di laboratorium, Dr. Faten Abdel-Rahman Khorshid, ilmuwan Saudi yang juga staf King Abdul Aziz University (KAAU) dan Presiden Tissues Culture Unit di Pusat Penelitian Medis King Fahd itu, menemukan bahwa partikel nano dalam air seni hewan onta dapat melawan sel kanker dengan baik.
Penelitiannya diawali dengan eksperimen menggunakan air seni onta, sel kanker yang ada di organ paru-paru seorang pasien, serta tikus yang disuntikkan sel kanker leukimia dan air seni onta.
Berbicara kepada Saudi Gaette Dr. Khorshid mengatakan, ia terinspirasi oleh saran pengobatan dari Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bahwa air seni onta mengandung zat alami yang bisa membasmi sel berbahaya, serta menjaga sel-sel sehat pada pasien pengidap kanker.
Pengobatan ini bukan sebuah penemuan baru, melainkan diambil dari warisan peninggalan Nabi kita, katanya. Dalam sebuah hadits dari Bukhari (2855) dan Muslim (1671) dikatakan, beberapa orang datang ke Madinah dan jatuh sakit dengan perut yang membesar. Rasulullah menyuruh untuk mencampur susu onta dengan air seninya, kemudian diminum. Setelah itu mereka pun sembuh. Perut yang bengkak mengindikasikan kemungkinan adanya edema, penyakit liver, atau kanker.
Adapun hadits yang berkaitan dengan hal di atas adalah :
عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُمْ أَنَّ نَاسًا مِنْ عُكْلٍ وَعُرَيْنَةَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَكَلَّمُوا بِالْإِسْلَامِ فَقَالُوا يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا أَهْلَ ضَرْعٍ وَلَمْ نَكُنْ أَهْلَ رِيفٍ وَاسْتَوْخَمُوا الْمَدِينَةَ فَأَمَرَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَوْدٍ وَرَاعٍ وَأَمَرَهُمْ أَنْ يَخْرُجُوا فِيهِ فَيَشْرَبُوا مِنْ أَلْبَانِهَا وَأَبْوَالِهَا ….
Dari Qatadah bahwa Anas radliallahu 'anhu bercerita kepada mereka, bahwa serombongan dari suku 'Ukail dan 'Urainah mengunjungi Madinah untuk bertemu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyatakan keIslamannya. Mereka berkata ; Wahai Nabiyullah, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang pandai memerah susu (beternak) dan bukan pandai bercocok tanam. Ternyata mereka tidak suka tinggal di Madinah karena suhunya (hingga menyebabkan sakit). Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menunjuki mereka untuk menemui pengembala dan beberapa ekor untanya supaya dapat minum susu dan air seni unta-unta tersebut ……. [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i]
Maroji’ :
www.kaahil.wordlpress.com
dan berbagai sumber
Antara Kencing manusia dan setan
Bila keduanya kencing tentu keduanya makan dan minum. Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata : bahwa kencing setan adalah sesuai hakekatnya. Telah tetap riwayat yang menyebutkan bahwa setan makan, minum dan menikah maka tidak mustahil bila mereka memiliki kencing.
Setelah kita sepakat bahwa keduanya kencing maka kita mesti mengetahui perbedaan kencing keduanya :
Kencing manusia terlihat, sedang kencing setan tidak nampak sesuai dengan pisiknya yang tidak mungkin dilihat oleh manusia.
Keduanya menghasilkan akibat yang berbeda
Kencing manusia akan mengundang siksa kubur
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اِسْتَنْزِهُوا مِنْ اَلْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْهُ ) رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيّ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Sucikanlah dirimu dari air kencing karena kebanyakan siksa kubur itu berasal darinya [HR Daruquthni]
Adapun kencing setan menghalangi manusia dari sholat tahajud :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقِيلَ مَا زَالَ نَائِمًا حَتَّى أَصْبَحَ مَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ فَقَالَ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنِهِ
Dari 'Abdullah radliallahu 'anhu berkata: Diceritakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang seseorang yang dia terus tertidur sampai pagi hari hingga tidak mengerjakan shalat tahajud. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Syaitan telah mengencingi orang itu pada telinganya [HR Bukhori Muslim]
Dua benda kotor yang sama-sama meninggalkan kejelekan.
Maroji’ :
Fathul bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 3/34
Antara Alquran Dan Pedang
Negeri kita memiliki ideologi bernama pancasila. Di negara manapun, ideologi memiliki penjaga. Penjaga pancasila tentu kekuatan militer yang diwakili TNI dan polri. Hingga sekarang pancasila berdiri kokoh. Di saat muncul gejala untuk menjatuhkannya dengan sigap kekuatan negara berbicara.
Islam sebagai din tentu memiliki manhaj berupa quran dan sunnah. Manhaj, sebagaimana ideology tentu perlu penjagaan. Pedang sebagai terjemahan dari jihad tentu akan tampil membela manakala manhaj yang agung ini diganggu. Hal ini difirmankan oleh Alloh :
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan mizan (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa [alhadid : 25]
Berdasar ayat di atas, kita mengetahui bahwa para rosul diberi bekal oleh Alloh dalam dakwahnya berupa : albayyinat (mu’jizat), alkitab, almizan dan besi. Tentang besi, imam Baghowi menafsirkannya dengan mengambil perkataan Mujahid yaitu tameng sebagai alat pelindung dari serangan musuh dan pedang alat untuk menyerang.
Ibnu Katsir menerangkan pentingnya kekuatan hujah (alkitab) dan jihad dengan mengatakan : ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam tinggal di Mekah setelah kenabian selama 13 tahun beliau mendapatkan wahyu surat-surat makiyyah. Seluruhnya berisi bantahan terhadap kaum musyrik juga penjelasan tentang tauhid. Setelah hujah ditegakkan atas orang yang menyelisihi syariat, Alloh memerintahkan untuk berhijroh dan akhirnya berperang dengan pedang ditujukan kepada yang menyelisihi alquran, mendustakan dan membangkannya.
Demikianlah ajaran islam terus terjaga dan memiliki kekuasaan di saat pedang menjaganya. Oleh karena itu memisahkan antara keduanya adalah satu pengkhianatan terhadap islam.
Maroji’ :
Tafsir Albaghowi (maktabah syamilah) 8/41
Tafsir alquran Al’adzim, Abu Fida lhafidz ibn Katsir 4/379
Antara Pancasila Dan Mitsaq Madinah
Sikap umat islam terhadap pancasila sangatlah beragam. Ada yang menolak mentah-mentah. Kelompok ini menvonis kufur kepada siapa saja yang ada di dalam hatinya ada setitik cinta kepada pancasila.
Ada yang menerima dengan tulus dan menilainya ia lebih tinggi dari ajaran islam. Seolah islam mengatur urusan ibadah ritual semata sementara urusan dunia harus diserahkan kepada pancasila.
Yang lain menerima dengan catatan bahwa pancasila harus selaras dengan nilai-nilai islam. Sementara sebagian tokoh islam menerima dengan menyamakannya dengan mitsaq Madinah, nota sesepakatan bersama antara umat islam yang diwakili oleh nabi shollallohu alaihi wasallam dengan kaum yahudi untuk membentuk sebuah negara di Madinah.
Untuk mendudukkan, adakah kesamaan antara mitsaq Madinah dengan pancasila maka kita mesti mengetahui isi dari Mitsaq itu. Syaikh Shoifurrohman Almubarokfuri mengutip mitsaq ini dari siroh nabawiyyah yang ditulis oleh Ibnu Hisyam :
1. Orang-orang yahudi bani Auf adalah satu umat dengan orang-orang mukmin. Bagi orang-orang yahudi agama mereka dan bagi kaum muslimin agama mereka, termasuk pengikut-pengikut mereka dan diri mereka sendiri. Hal ini juga berlaku bagi orang-orang yahudi selain bani Auf.
2. Orang-orang yahudi berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri, demikian juga kaum muslimin.
3. Semua pihak harus saling membantu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan piagam perjanjian ini.
4. Mereka harus nasehat menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
5. Siapapun tidak boleh berbuat jahat terhadap pihak yang sudah terikat dengan perjanjian ini.
6. Wajib membantu orang yang terdzalimi.
7. Kaum yahudi harus sepakat dengan kaum mukminin ketika kaum mukminin terjun dalam kancah peperangan.
8. Yatsrib adalah kota suci bagi siapa yang terikat dengan perjanjian ini.
9. Bila terjadi perselisihan pada pihak yang terikat dengan perjanjian ini dan dikhawatirkan akan timbul kerusakan maka penyelesaiannnya dikembalikan pada Alloh Azza Wajalla dan Muhammad shollallohu alaihi wasallam.
10. Orang-orang kafir quraisy tidak boleh mendapat perlindungan dan pertolongan.
11. Di antara mereka harus saling tolong dalam menghadapi pihak yang akan menyerang Yatsrib
12. Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dirinya adalah orang dzolim atau jahat.
Setelah melihat klausal perjanjian di atas, kita mendapati perbedaan mencolok antara pancasila dan mitsaq Madinah. Hal itu bisa kita saksikan pada perjanjian nomer ke sembilan “ Bila terjadi perselisihan pada pihak yang terikat dengan perjanjian ini dan dikhawatirkan akan timbul kerusakan maka penyelesaiannnya dikembalikan pada Alloh Azza Wajalla dan Muhammad shollallohu alaihi wasallam “. Apakah ini terjadi pada diri pancasila ? Tentu tidak ! Justru betapa banyak aspirasi ummat islam akan menyerah bila berhadapan dengan pancasila. Hukum hudud “ potong tangan, rajam dan lainnya ” akan tersingkir karena dinilai bersebrangan dengan prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan pancasila, tidak mungkin Alloh dan rosulNya menjadi hakim bagi pemutus setiap perselisihan yang terjadi antar anak bangsa.
Maroji’ :
Arrohiq almakhtum, Syaikh Soifurrohman Almubarokfuri hal 236
Antara Kemaluan Laki-Laki Dan Perempuan
Dalam islam hanya dikenal ada dua kelamin, laki dan perempuan. Tidak ada kelamin selain itu. Hal ini dinyatakan oleh firman Alloh :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan [alhujurot : 13]
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى
Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita [annajm : 45]
Dalam fiqh, keduanya mencetus banyak kaedah hukum. Di antaranya :
Keduanya wajib dikhitan
Pendapat ini dikenal dalam madzhab Syafi’i. Meski tidak ada satu hadits shohihpun yang bersifat memerintah, akan tetapi ada satu hadits yang menyitirnya :
إذَا الْتَقَى الْخِتَانَانِ فَقَدْ وَحَبَ الْغُسْلُ
Bila bertemu dua kemaluan yang dikhitan (persetubuhan) maka keduanya wajib mandi [HR Ibnu majah]
Penulis Shohih Fiqh Sunnah berkata : pada dasarnya kesamaan hukum berlaku bagi kaum laki dan perempuan selama tidak ada hadits yang membedakannya.
Bertemunya keduanya menyebabkan wajibnya mandi meski tanpa keluar air mani
إذَا الْتَقَى الْخِتَانَانِ فَقَدْ وَحَبَ الْغُسْلُ
Bila bertemu dua kemaluan yang dikhitan (persetubuhan) maka keduanya wajib mandi [HR Ibnu majah]
Bertemunya keduanya menghasilkan pahala dan dosa
Hal ini tergantung dari niatnya masing-masing. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا يَتَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
Dari Abu Dzar radhiallahuanhu : Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam: Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah ? : Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya ?, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa ?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala [HR Muslim]
Imam Daqiqul Id berkata : persetubuhan bisa bernilai ibadah manakala manusia meniatkannya untuk menunaikan hak istri sebagai bentuk muasyaroh bilma’ruf, atau dengan maksud untuk mendapatkan keturunan atau menjaga kehormatan.
Bila dilakukan secara tidak halal tentu akan menghasilkan akibat. Bayi yang lahir tidak bisa dinasabkan kepada ayahnya. Kalau ini terjadi akan menghilangkan hak wali dan waris. Kepada pelaku tentu islam menimpakan hukuman. Dera seratus kali bagi bujang dan gadis, rajam bagi yang sudah berkeluarga. Ma’iz, wanita dari Juhainah dan sepasang kekasih dari bani isroil adalah contoh kasus rajam yang pernah diterapkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Bertemunya dua kemaluan menyebabkan hak mahar dimiliki penuh oleh istri
عَنْ سَعِيدِ بْنِ اَلْمُسَيَّبِ ; أَنَّ عُمَرَ بْنَ اَلْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ أَيُّمَا رَجُلٍ تَزَوَّجَ اِمْرَأَةً , فَدَخَلَ بِهَا فَوَجَدَهَا بَرْصَاءَ , أَوْ مَجْنُونَةً , أَوْ مَجْذُومَةً , فَلَهَا اَلصَّدَاقُ بِمَسِيسِهِ إِيَّاهَا , وَهُوَ لَهُ عَلَى مَنْ غَرَّهُ مِنْهَا ) أَخْرَجَهُ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ , وَمَالِكٌ , وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ , وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ. وَرَوَى سَعِيدٌ أَيْضًا : عَنْ عَلِيٍّ نَحْوَهُ , وَزَادَ وَبِهَا قَرَنٌ , فَزَوْجُهَا بِالْخِيَارِ , فَإِنْ مَسَّهَا فَلَهَا اَلْمَهْرُ بِمَا اِسْتَحَلَّ مِنْ فَرْجِهَا
Dari Said Ibnu al-Musayyab bahwa Umar Ibnu al-Khaththab Radliyallaahu 'anhu berkata: Laki-laki manapun yang menikah dengan perempuan dan setelah menggaulinya ia mendapatkan perempuan itu berkudis, gila, atau berpenyakit kusta, maka ia harus membayar maskawin karena telah menyentuhnya dan ia berhak mendapat gantinya dari orang yang menipunya. Riwayat Said Ibnu Manshur, Malik, dan Ibnu Abu Syaibah dengan perawi yang dapat dipercaya. Said juga meriwayatkan hadits serupa dari Ali dengan tambahan: Dan kemaluannya bertanduk, maka suaminya boleh menentukan pilihan, jika ia telah menyentuhnya maka ia wajib membayar maskawin kepadanya untuk menghalalkan kehormatannya.
Berbeda bentuk dan berbeda isi
Dari kemaluan lelaki keluar air kencing, madzi, mani dan wadi. Sedang milik perempuan ada tambahannya, yaitu haidl dan nifas. Satu yang harus diingat adalah bahwa dari kemaluan laki kita berasal dan dari kemaluan wanita kita keluar. Sungguh keterlaluan bila ada manusia yang tidak memiliki rasa malu di hadapan Alloh dan manusia.
Maroji’ :
Shohih Fiqh sunnah, Abu Malik Kamal Sayyid Salim 1/100
Syarh Arbain Annawawiyyah, Ibnu Daqiqul Id hal 177
Sihir, Karomah Dan Mu’jizat
Ada kesamaan dan perbedaan antara ketiganya. Abu Muhammad Almaqdisi dalam kitab fathul majid mendefinisikan sihir dengan mengatakan : azimat, jampi dan buhulan-buhulan yang berpengaruh pada hati dan badan yang bisa berakibat sakit, terbunuh atau berpisahnya suami istri. Begitulah tukang sihir dalam modus kejahatannya. Si korban bisa sakit bahkan mati atau berantakannya hubungan suami istri. Kitapun sering mendengar istilah santet, pelet dan pengasihan sebagai bagian dari sihir.
Karomah menurut Syaikh Sholih Fauzan memiliki makna : kejadian luar biasa yang di luar kebiasaan yang Alloh berikan kepada para waliNya (yaitu orang beriman). Ketika Umar bin Khothob berada di Madinah, tiba-tiba Alloh tampakkan padanya pasukan umat islam yang sedang bertempur di Syam. Umar menilai strategi pasukan salah sehingga Umarpun berteriak “ Wahai pasukan, berlindunglah di balik bukit ! “ Dengan jelas suara itu terdengar oleh para prajurit sehingga mereka segera berlindung di balik bukit. Sungguh peristiwa luar biasa, suara Umar di Madinah terdengar jelas di negeri Syam yang berjarak sangat jauh.
Mu’jizat adalah anugerah Alloh kepada para nabi. Syaikh Umar Sulaiman Abdulloh Al Asyqor menyitir pendapat Alfakhru Alrozi tentang definisi mu’jizat : kejadian yang di luar kebiasaan yang diikuti oleh kemampuan melawan dan selalu selamat dari kekalahan.
Setelah mengetahui definisi ketiganya maka kita bisa mengetahui letak perbedaan dan kesamaannya :
1. Mu’jizat dan karomah datang dari Alloh, sihir datangnya dari setan.
2. Mu’jizat Alloh berikan bagi nabi dan rosul, karomah Alloh berikan bagi waliNya dari kalangan orang beriman, sihir pemberian setan yang ditujukan untuk orang kafir.
3. Mu’jizat dan karomah tidak dipelajari, ia murni anugerah dari Alloh. Adapun sihir hanya didapat dengan belajar dengan cara melanggar aturan Alloh dan perbuatan syirik adalah syarat utama bagi yang menginginkan ilmu sihir. Semakin tinggi tingkatan kesyirikan seseorang maka akan semakin tinggi pula pemberian setan akan kedigdayaannya.
4. Mu’jizat dan karomah tidak selalu datang berulang. Sihir bisa dilakukan kapan dan di mana saja.
5. Mu’jizat dan karomah membentuk hamba Alloh menjadi semakin tawadlu dan mengetahui akan kebesaranNya. Riya dan sombong adalah ciri khas para tukang sihir.
6. Mu’jizat dan karomah datang untuk melindungi dakwah. Sihir selalu bertentangan dengan tauhid.
7. Mu’jizat dan karomah bisa merubah hakekat. Semisal di saat Musa melempar tongkatnya maka tongkat itu benar-benar berubah wujud menjadi ular. Berbeda dengan sihir yang sama sekali tidak bisa merubah hakekat. Tali temali yang dilempar tukang sihir sama sekali tidak berubah. Ia tetap tali, hanya saja pandangan manusia melihat seolah yang dilihatnya adalah ular padahal pandangan mata mereka saja yang berhasil dikelabuhi. Hal ini berdasar firman Alloh :
قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ نَحْنُ الْمُلْقِينَ قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
115. Ahli-ahli sihir berkata : Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah Kami yang akan melemparkan ?
116. Musa menjawab : Lemparkanlah (lebih dahulu) ! Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyihir pandangan mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan).
117. Dan Kami wahyukan kepada Musa : Lemparkanlah tongkatmu !. Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sihirkan [al a’rof : 115-117]
Maroji’ :
Fathul Majid, Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh hal 222
Kitab tauhid (terjemahan), Syaikh Sholih bin Fauzan bin Abdulloh Alfauzan 3/171
Arrusul Warrisalat, Syaikh Umar Sulaiman Abdulloh Al Asyqor hal 123
Langganan:
Postingan (Atom)