Marah
Seorang suami marah kepada istrinya, pintu ditendang dan gelas dibanting. Apa hubungannya antara istri dengan pintu dan gelas. Bukankah keduanya tidak ada hubungannya ? Tidak lama setelah itu ia meringis kesakitan karena kakinya sakit sementara lantai kotor penuh dengan pecahan gelas. Diperlukan waktu untuk membersihkannya.
Istri marah kepada suaminya. Anak dicubit hingga menangis. Apa hubungannya antara marah kepada suami dengan anak. Kenapa buah hati menjadi korban ? Setelah itu sang ibu sedih karena tubuh anaknya memerah sementara tangisan anak tidak berhenti. Maka tidak aneh bila ada ungkapan :
الْغَضَبُ أوَّلُهُ جُنُوْنٌ وَ أخِرُهُ نَدَمٌ
Marah itu awalnya adalah gila dan akhirnya adalah penyesalan
Marah bila ada sebabnya tentu baik apalagi bila marah didasari karena Alloh. Sebagaimana nabi shollallohu alaihi wasallam marah ketika melihat tirai yang bergambar di kamarnya. Beliau murka di saat hukuman hanya berputar pada kaum lemah sementara orang terpandang bebas dari tuntutan hukuman.
Akan tetapi marah yang terjadi tanpa sebab atau ada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diselesaikan dengan emosi, tentu akan mendatangkan madlorot. Oleh karena itu islam mengajari kita bersikap jitu di saat kemarahan muncul :
1. Mengingat kembali fadhilah menahan amarah
Pelakunya disebut kesatria, mendapat jaminan aljannah dan disediakan bidadari sesuai selera :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَيْسَ اَلشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا اَلشَّدِيدُ اَلَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ اَلْغَضَبِ
Dari Abu Huroiroh Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah. [Muttafaq Alaihi]
عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
Dari Sahl bin Mu'adz dari Bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa menahan kemarahan padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di antara manusia, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari sesuka hatinya [HR Abu Daud dan Tirmidzi]
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
Janganlah marah dan bagimu aljannah [HR Thobroni]
2. Duduk atau berbaring ditanah
إيَّاكُمْ وَالْغَضَبُ فَإِنَّهُ جَمْرَةٌ تَتَوَقَّدُ فِي فُؤَادِ ابْنِ ادَمَ ألَمْ تَرَ إلَى أحَدِكُمْ إذَا غَضَبَ كَيْفَ تَحْمَرُّ عَيْناَهُ وَتَنْتَفِخُ أوادَجُهُ فَإِذَا أحَسَّ أحَدُكُمْ بِشَيْئٍ مِنْ ذَالِكَ فَلْيَضْطَجِعْ أوْ لِيَلْصَق بِالأَرْضِ
Janganlah marah, karena ia adalah bara yang menyala di hati anak Adam. Tidakkah anda perhatikan bila salah seorang di antara kalian marah, bagaimanakah matanya bisa memerah dan urat leher yang nampak. Oleh karena itu bila seorang di antara kalian mendapati sesuatu dari marahnya maka berbaringlah atau bergulinglah di tanah
[HR Tirmidzi, didloifkan oleh syaikh Nashiruddin Albani]
3. Berwudlu
إنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانَ وَإنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإنَّماَ يُطْفِئُ النَّارَ الْماَءُ فَإِذَا غَضَبَ أحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأ
Sesungguhnya marah itu berasal dari setan dan setan diciptakan dari tanah. Api bisa padam dengan air, oleh karena itu bila seorang di antara kalian marah maka berwudlulah
[HR Abu Daud. Didloifkan oleh Syaikh Nashiruddin Albani]
إذَا غَضَبَ أحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ
Bila seorang di antara kalian marah sementara ia sedang berdiri maka duduklah, bila belum hilang maka berbaringlah [HR Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Hibban]
4. Berkaca
Hadapkan wajah anda di cermin, kelihatan indahkah di saat murka ? Secantik-cantiknya wanita atau seganteng-gantengnya kaum pria, tentu kurang sedap dipandang mata ketika marah menguasainya.
5. Keluar rumah
Mungkin anda akan melihat kejadian lucu, bertemu dengan orang sholih yang bisa memberi pencerahan sehingga mampu mencairkan suasana. Ali pernah keluar rumah dan menuju masjid di saat terjadi pertengkaran antara dirinya dengan Fatimah :
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي الْبَيْتِ فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ قَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ فَغَاضَبَنِي فَخَرَجَ فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ فِي الْمَسْجِدِ رَاقِدٌ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ وَأَصَابَهُ تُرَابٌ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ وَيَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ قُمْ أَبَا تُرَابٍ
Dari Sahl bin Sa'd berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke rumah Fatimah namun 'Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya : Kemana putera pamanmu ? Fatimah menjawab, Antara aku dan dia terjadi sesuatu hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di rumah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada seseorang : Carilah, dimana dia! Kemudian orang itu kembali dan berkata, Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia tertutupi debu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membersihkannya seraya berkata : Wahai Abu Thurab, bangunlah. Wahai Abu Thurab, bangunlah. [HR Bukhori Muslim]
6. Membaca ta’awwudz
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلَانِ يَسْتَبَّانِ فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ فَقَالُوا لَهُ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَقَالَ وَهَلْ بِي جُنُونٌ
Dari Sulaiman bin Shurad berkata; Aku sedang duduk bersana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam danada dua orangyang saling mencaci. Satu diantaranya wajahnya memerah dan urat lehernya menegang. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh aku mengetahui satu kalimat yang bila diucapkan akan hilang apa yang sedang dialaminya. Seandainya dia mengatakan a'uudzu billahi minasy syaithaan, (aku berlindung kepada Allah dari setan). Lalu orang-orang mengatakan kepada orang itu; Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; Berlindungkah kamu kepada Allah dari setan. Orang itu berkata : Apakah aku sudah gila ? [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ : syarh Arba’in Annawawiyyah, Imam Nawawi hal 124-126
Hukum Merubah (2)
Ciptaan Alloh
Seorang yang merasa hidungnya pesek, kulit yang kurang putih dan dagu yang kurang lancip lalu pergi untuk melakukan operasi plastik. Biayanya tentu mahal dan hasilnya pasti tidak akan sebaik ciptaan Alloh sebelumnya karena Alloh telah menetapkan :
لَقَدْ خَلَقْناَ الإِنْساَنَ فِي أحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya [attiin : 8]
Orang yang melakukan operasi plastik berarti ia tidak bersyukur kepada Alloh dan menganggap apa yang telah diciptakan untuk dirinya ada kekurangan sehingga perlu ada penyempurnaan. Atau dengan kata lain ia menganggap Alloh masih memiliki kekurangan dan kelemahan sehingga perlu membantu Alloh untuk mengurangi kekurangan itu.
Orang seperti ini telah terjebak ke dalam salah satu program setan sebagaimana sumpah setan di hadapan Alloh :
لَعَنَهُ الله وَقاَلَ لأتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيْباً مَّفْرُوْضاً وَلأضِلَنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلأمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ ءَاذَانَ الأَنْعاَمِ وَلأمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ الله وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطاَنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ الله فَقَدْ خَسِرَ خُسْراَناً مُّبِيْناً
118. Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya)
119. Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya ". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. [annisa’ : 118-119]
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menerangkan maksud ayat فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ الله : hal ini meliputi merubah ciptaan Alloh yang dzohir, semisal alwasym (tato), alwasyru (mengikir gigi), annamshu (mencukur alis), dan attalaffuj (menjarangkan gigi). Ini merupakan sikap kecewa terhadap ciptaan Alloh dan menganggap lemah hikmahNya, ia meyakini bahwa hasil ciptaan dirinya lebih baik dari ciptaan Alloh, iapun tidak meridloi akan ketetapan dan aturanNya.
Dalam beberapa kesempatan rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan akan pentingnya bersyukur kepada Alloh dengan tidak merubah ciptaan Alloh sedikitpun :
عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ تَعَالَى مَالِي لَا أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي كِتَابِ اللَّهِ وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ
Dari Alqamah, Abdullah mengatakan; Allah melaknat orang yang mentato dan orang yang meminta ditato, orang yang mencukur habis alis dan merenggangkan gigi untuk kecantikan dengan merubah ciptaan Allah Ta'ala, kenapa saya tidak melaknat orang yang dilaknat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sementara dalam kitabullah telah termaktub Dan sesuatu yang datang dari rasul, maka ambillah (QS Al Hasyr; 7) [HR Bukhori Muslim]
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ جَارِيَةً مِنْ الْأَنْصَارِ تَزَوَّجَتْ وَأَنَّهَا مَرِضَتْ فَتَمَعَّطَ شَعَرُهَا فَأَرَادُوا أَنْ يَصِلُوهَا فَسَأَلُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ
Dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa seorang budak perempuan milik orang Anshar hendak menikah, sementara dirinya tengah sakit hingga rambutnya rontok, maka orang-orang pun hendak menyambungnya, lalu mereka bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau pun bersabda : Allah melaknat orang yang menyambung rambutnya dan yang minta disambung rambutnya [HR Bukhori Muslim]
Imam Ath Thobari berkata : tidak boleh bagi wanita untuk merubah sedikitpun apa yang ada pada tubuhnya yang telah Alloh tetapkan dengan cara menambah atau mengurangi dengan tujuan keindahan baik untuk kepentingan suami atau lainnya.
Sementara imam Nawawi mengecualikan bagi wanita yang tumbuh janggut dan kumis, maka dianjurkan untuk menghilangkannya.
Walhasil Alloh Maha Tahu atas apa yang Dia tetapkan bagi hambaNYa maka tidak pantas bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita lebih pintar dari Alloh.
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/438
Taisir Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/304
Halal Dan Haram Dalam Islam, Syaikh Yusuf Alqordlowi hal 116-121
Seorang yang merasa hidungnya pesek, kulit yang kurang putih dan dagu yang kurang lancip lalu pergi untuk melakukan operasi plastik. Biayanya tentu mahal dan hasilnya pasti tidak akan sebaik ciptaan Alloh sebelumnya karena Alloh telah menetapkan :
لَقَدْ خَلَقْناَ الإِنْساَنَ فِي أحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya [attiin : 8]
Orang yang melakukan operasi plastik berarti ia tidak bersyukur kepada Alloh dan menganggap apa yang telah diciptakan untuk dirinya ada kekurangan sehingga perlu ada penyempurnaan. Atau dengan kata lain ia menganggap Alloh masih memiliki kekurangan dan kelemahan sehingga perlu membantu Alloh untuk mengurangi kekurangan itu.
Orang seperti ini telah terjebak ke dalam salah satu program setan sebagaimana sumpah setan di hadapan Alloh :
لَعَنَهُ الله وَقاَلَ لأتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيْباً مَّفْرُوْضاً وَلأضِلَنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلأمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ ءَاذَانَ الأَنْعاَمِ وَلأمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ الله وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطاَنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ الله فَقَدْ خَسِرَ خُسْراَناً مُّبِيْناً
118. Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya)
119. Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya ". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. [annisa’ : 118-119]
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menerangkan maksud ayat فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ الله : hal ini meliputi merubah ciptaan Alloh yang dzohir, semisal alwasym (tato), alwasyru (mengikir gigi), annamshu (mencukur alis), dan attalaffuj (menjarangkan gigi). Ini merupakan sikap kecewa terhadap ciptaan Alloh dan menganggap lemah hikmahNya, ia meyakini bahwa hasil ciptaan dirinya lebih baik dari ciptaan Alloh, iapun tidak meridloi akan ketetapan dan aturanNya.
Dalam beberapa kesempatan rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan akan pentingnya bersyukur kepada Alloh dengan tidak merubah ciptaan Alloh sedikitpun :
عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ تَعَالَى مَالِي لَا أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي كِتَابِ اللَّهِ وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ
Dari Alqamah, Abdullah mengatakan; Allah melaknat orang yang mentato dan orang yang meminta ditato, orang yang mencukur habis alis dan merenggangkan gigi untuk kecantikan dengan merubah ciptaan Allah Ta'ala, kenapa saya tidak melaknat orang yang dilaknat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sementara dalam kitabullah telah termaktub Dan sesuatu yang datang dari rasul, maka ambillah (QS Al Hasyr; 7) [HR Bukhori Muslim]
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ جَارِيَةً مِنْ الْأَنْصَارِ تَزَوَّجَتْ وَأَنَّهَا مَرِضَتْ فَتَمَعَّطَ شَعَرُهَا فَأَرَادُوا أَنْ يَصِلُوهَا فَسَأَلُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ
Dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa seorang budak perempuan milik orang Anshar hendak menikah, sementara dirinya tengah sakit hingga rambutnya rontok, maka orang-orang pun hendak menyambungnya, lalu mereka bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau pun bersabda : Allah melaknat orang yang menyambung rambutnya dan yang minta disambung rambutnya [HR Bukhori Muslim]
Imam Ath Thobari berkata : tidak boleh bagi wanita untuk merubah sedikitpun apa yang ada pada tubuhnya yang telah Alloh tetapkan dengan cara menambah atau mengurangi dengan tujuan keindahan baik untuk kepentingan suami atau lainnya.
Sementara imam Nawawi mengecualikan bagi wanita yang tumbuh janggut dan kumis, maka dianjurkan untuk menghilangkannya.
Walhasil Alloh Maha Tahu atas apa yang Dia tetapkan bagi hambaNYa maka tidak pantas bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita lebih pintar dari Alloh.
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/438
Taisir Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/304
Halal Dan Haram Dalam Islam, Syaikh Yusuf Alqordlowi hal 116-121
Hukum Merubah (1)
Arah Kiblat
Kiblat adalah syiar islam, pembeda antara umat islam dengan kaum yahudi. Dengannya terjaga darah dan harta seseorang dan menjadi bagian dari umat islam sehingga berhak atas hak dan kewajibannya di hadapan Alloh :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَإِذَا قَالُوهَا وَصَلَّوْا صَلَاتَنَا وَاسْتَقْبَلُوا قِبْلَتَنَا وَذَبَحُوا ذَبِيحَتَنَا فَقَدْ حَرُمَتْ عَلَيْنَا دِمَاؤُهُمْ وَأَمْوَالُهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ …… سَأَلَ مَيْمُونُ بْنُ سِيَاهٍ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ يَا أَبَا حَمْزَةَ مَا يُحَرِّمُ دَمَ الْعَبْدِ وَمَالَهُ فَقَالَ مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا وَصَلَّى صَلَاتَنَا وَأَكَلَ ذَبِيحَتَنَا فَهُوَ الْمُسْلِمُ لَهُ مَا لِلْمُسْلِمِ وَعَلَيْهِ مَا عَلَى الْمُسْلِمِ
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah) '. Jika mereka mengucapkannya kemudian mendirikan shalat seperti shalat kita, menghadap ke kiblat kita dan menyembelih seperti cara kita menyembelih, maka darah dan harta mereka haram (suci) bagi kita kecuali dengan hak Islam dan perhitungannya ada pada Allah …. Maimun bin Siyah bertanya kepada Anas bin Malik, Wahai Abu Hamzah, apa yang menjadikan haramnya darah dan harta seorang hamba ? Ali menjawab, Siapa yang bersaksi Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), menghadap ke kiblat kita, shalat sepeti shalat kita dan memakan sembelihan kita, maka dia adalah Muslim, baginya hak dan kewajiban seorang Muslim. [HR Bukhori, Tirmidzi dan Nasa’i]
Para ulama sepakat akan wajibnya menghadap kiblat saat sholat kecuali di tiga kondisi sebagaimana yang dituturkan oleh syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam :
1. Lemah sehingga tidak kuasa untuk menghadap ke arah kiblat seperti orang sakit
2. Rasa takut seperti dalam kondisi perang
3. Sholat sunnah ketika safar
Selama 16 tahun rosululloh shollallohu alaihi wasallam sholat menghadap ke arah baitul maqdis hingga Alloh turunkan firman :
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامَ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ
… Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya … [albaqoroh : 144]
Ini adalah ketetapan yang berlaku hingga hari kiamat sehingga bagi siapa saja yang keliru dalam arah kiblat baik sebelum atau ketika sholat sedang dilaksanakan maka merubahnya adalah satu kemestian. Hal inilah yang pernah terjadi di Madinah di sebuah masjid yang sekarang dikenal dengan nama masjid kiblatain sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat :
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ أَنْ يُوَجَّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَتَوَجَّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ وَقَالَ السُّفَهَاءُ مِنْ النَّاسِ وَهُمْ الْيَهُودُ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمْ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ فَصَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ ثُمَّ خَرَجَ بَعْدَ مَا صَلَّى فَمَرَّ عَلَى قَوْمٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ هُوَ يَشْهَدُ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّهُ تَوَجَّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ فَتَحَرَّفَ الْقَوْمُ حَتَّى تَوَجَّهُوا نَحْوَ الْكَعْبَةِ
Dari Al Bara' bin 'Azib ? radliallahu 'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat mengahdap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menginginkan kiblat tersebut dialihkan ke arah Ka'bah. Maka Allah menurunkan ayat : (Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit) ' (Qs. Al Baqarah: 144). Maka kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menghadap ke Ka'bah. Lalu berkatalah orang-orang yang kurang akal, yaitu orang-orang Yahudi : '(Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya ? Katakanlah: Kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus) ' (As. Al Baqarah: 144).
Kemudian ada seseorang yang ikut shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, orang itu kemudian keluar setelah menyelesikan shalatnya. Kemudian orang itu melewati Kaum Anshar yang sedang melaksanakan shalat 'Ashar dengan menghadap Baitul Maqdis. Lalu orang itu bersaksi bahwa dia telah shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan menghadap Ka'bah. Maka orang-orang itu pun berputar dan menghadap Ka'bah. [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ :
Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/409
Kiblat adalah syiar islam, pembeda antara umat islam dengan kaum yahudi. Dengannya terjaga darah dan harta seseorang dan menjadi bagian dari umat islam sehingga berhak atas hak dan kewajibannya di hadapan Alloh :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَإِذَا قَالُوهَا وَصَلَّوْا صَلَاتَنَا وَاسْتَقْبَلُوا قِبْلَتَنَا وَذَبَحُوا ذَبِيحَتَنَا فَقَدْ حَرُمَتْ عَلَيْنَا دِمَاؤُهُمْ وَأَمْوَالُهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ …… سَأَلَ مَيْمُونُ بْنُ سِيَاهٍ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ يَا أَبَا حَمْزَةَ مَا يُحَرِّمُ دَمَ الْعَبْدِ وَمَالَهُ فَقَالَ مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا وَصَلَّى صَلَاتَنَا وَأَكَلَ ذَبِيحَتَنَا فَهُوَ الْمُسْلِمُ لَهُ مَا لِلْمُسْلِمِ وَعَلَيْهِ مَا عَلَى الْمُسْلِمِ
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah) '. Jika mereka mengucapkannya kemudian mendirikan shalat seperti shalat kita, menghadap ke kiblat kita dan menyembelih seperti cara kita menyembelih, maka darah dan harta mereka haram (suci) bagi kita kecuali dengan hak Islam dan perhitungannya ada pada Allah …. Maimun bin Siyah bertanya kepada Anas bin Malik, Wahai Abu Hamzah, apa yang menjadikan haramnya darah dan harta seorang hamba ? Ali menjawab, Siapa yang bersaksi Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), menghadap ke kiblat kita, shalat sepeti shalat kita dan memakan sembelihan kita, maka dia adalah Muslim, baginya hak dan kewajiban seorang Muslim. [HR Bukhori, Tirmidzi dan Nasa’i]
Para ulama sepakat akan wajibnya menghadap kiblat saat sholat kecuali di tiga kondisi sebagaimana yang dituturkan oleh syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam :
1. Lemah sehingga tidak kuasa untuk menghadap ke arah kiblat seperti orang sakit
2. Rasa takut seperti dalam kondisi perang
3. Sholat sunnah ketika safar
Selama 16 tahun rosululloh shollallohu alaihi wasallam sholat menghadap ke arah baitul maqdis hingga Alloh turunkan firman :
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامَ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ
… Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya … [albaqoroh : 144]
Ini adalah ketetapan yang berlaku hingga hari kiamat sehingga bagi siapa saja yang keliru dalam arah kiblat baik sebelum atau ketika sholat sedang dilaksanakan maka merubahnya adalah satu kemestian. Hal inilah yang pernah terjadi di Madinah di sebuah masjid yang sekarang dikenal dengan nama masjid kiblatain sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat :
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ أَنْ يُوَجَّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَتَوَجَّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ وَقَالَ السُّفَهَاءُ مِنْ النَّاسِ وَهُمْ الْيَهُودُ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمْ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ فَصَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ ثُمَّ خَرَجَ بَعْدَ مَا صَلَّى فَمَرَّ عَلَى قَوْمٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ هُوَ يَشْهَدُ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّهُ تَوَجَّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ فَتَحَرَّفَ الْقَوْمُ حَتَّى تَوَجَّهُوا نَحْوَ الْكَعْبَةِ
Dari Al Bara' bin 'Azib ? radliallahu 'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat mengahdap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menginginkan kiblat tersebut dialihkan ke arah Ka'bah. Maka Allah menurunkan ayat : (Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit) ' (Qs. Al Baqarah: 144). Maka kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menghadap ke Ka'bah. Lalu berkatalah orang-orang yang kurang akal, yaitu orang-orang Yahudi : '(Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya ? Katakanlah: Kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus) ' (As. Al Baqarah: 144).
Kemudian ada seseorang yang ikut shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, orang itu kemudian keluar setelah menyelesikan shalatnya. Kemudian orang itu melewati Kaum Anshar yang sedang melaksanakan shalat 'Ashar dengan menghadap Baitul Maqdis. Lalu orang itu bersaksi bahwa dia telah shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan menghadap Ka'bah. Maka orang-orang itu pun berputar dan menghadap Ka'bah. [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ :
Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/409
Hukum Merusak (4)
Masjid dliror
Masjid yang dibangun oleh orang munafiq. Bermula ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam hendak bertolak menuju Tabuk untuk berperang. 12 orang munafiq menghadap beliau seraya berkata : ya rosulalloh kami telah membangun masjid sebagai sarana membantu kaum lemah, orang sakit. Maka sudilah kiranya anda datang untuk menunaikan sholat memimpin kami. Demi mendapat permintaan mereka, beliau menjawab : kami sekarang hendak bepergian, bila nanti telah kembali insyaalloh kami akan sholat di sana.
Tatkala beliau pulang dari Tabuk, hingga tiba di daerah Dzawawan turunlah ayat yang menerangkan kondisi masjid yang sebenarnya :
وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مّسْجِداً ضِرَاراً وَكُفْراً وَّتَفْرِيْقاً بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَإرْصَاداً لِمَنْ حاَرَبَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إنْ أرَدْناَ إلاَّ الْحُسْنَى وَاللهُ يَشْهَدُ إنَّهُمْ لَكاَذِبُوْنَ لاَتَقُمْ فِيْهِ أبَداً
107. Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. mereka Sesungguhnya bersumpah : Kami tidak menghendaki selain kebaikan. dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
108. Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. [attaubah : 107-108]
Setelah ayat ini turun, rosululloh memberi instruksi agar merobohkan masjid ini. Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : masjid manapun yang didirikan untuk menimbulkan madlorot dan memecah belah persatuan umat islam maka wajib untuk dirobohkan dan diharamkan sholat di dalamnya.
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 582
Masjid yang dibangun oleh orang munafiq. Bermula ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam hendak bertolak menuju Tabuk untuk berperang. 12 orang munafiq menghadap beliau seraya berkata : ya rosulalloh kami telah membangun masjid sebagai sarana membantu kaum lemah, orang sakit. Maka sudilah kiranya anda datang untuk menunaikan sholat memimpin kami. Demi mendapat permintaan mereka, beliau menjawab : kami sekarang hendak bepergian, bila nanti telah kembali insyaalloh kami akan sholat di sana.
Tatkala beliau pulang dari Tabuk, hingga tiba di daerah Dzawawan turunlah ayat yang menerangkan kondisi masjid yang sebenarnya :
وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مّسْجِداً ضِرَاراً وَكُفْراً وَّتَفْرِيْقاً بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَإرْصَاداً لِمَنْ حاَرَبَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إنْ أرَدْناَ إلاَّ الْحُسْنَى وَاللهُ يَشْهَدُ إنَّهُمْ لَكاَذِبُوْنَ لاَتَقُمْ فِيْهِ أبَداً
107. Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. mereka Sesungguhnya bersumpah : Kami tidak menghendaki selain kebaikan. dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
108. Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. [attaubah : 107-108]
Setelah ayat ini turun, rosululloh memberi instruksi agar merobohkan masjid ini. Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : masjid manapun yang didirikan untuk menimbulkan madlorot dan memecah belah persatuan umat islam maka wajib untuk dirobohkan dan diharamkan sholat di dalamnya.
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 582
Hukum Merusak (3)
Membakar rumah orang yang tidak hadir berjamaah
Ibnu Qoyyim dalam zaadul ma’ad membuat pembahasan dengan judul “ Hadmu Wa Tahriiqul Amaakin Allatii Yu’sholloohu Warosuuluhu Fiihaa “ Merobohkan dan membakar tempat-tempat yang di dalamnya terdapat perbuatan maksiat kepada Alloh dan rosulNya. Bab ini memerintahkan kita untuk menghancurkan tempat-tempat maksiat. Dari sekian tempat yang diperintahkan untuk dihancurkan adalah rumah yang penghuninya tidak menghadiri sholat berjamaah sebagaimana sebuah riwayat menyebutkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُهُمْ أَنَّهُ يَجِدُ عَرْقًا سَمِينًا أَوْ مِرْمَاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ لَشَهِدَ الْعِشَاءَ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin memerintahkan seseorang mengumpulkan kayu bakar kemudian aku perintahkan seseorang untuk adzan dan aku perintahkan seseorang untuk memimpin orang-orang shalat. Sedangkan aku akan mendatangi orang-orang (yang tidak ikut shalat berjama'ah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seseorang di antara kalian mengetahui bahwa ia akan memperaleh daging yang gemuk, atau dua potongan daging yang bagus, pasti mereka akan mengikuti shalat 'Isya berjama'ah. [muttafaq alaih]
Sebagian ulama menilai berdasar hadits ini bahwa sholat berjamaah adalah syarat syahnya sholat (pendapat mazhab dlohiri, Ibnu Uqoil dan Ibnu Taimiyyah) Sementara imam Ahmad berpendapat bahwa sholat berjamaah hukumnya fardlu ain
Apakah niat beliau untuk membakar rumah-rumah penduduk yang tidak menghadiri jamaah terlaksana ? Ternyata tidak. Hal ini dikarenakan beliau mempertimbangkan kaum wanita dan anak-anak yang tidak diwajibkan sholat berjamaah. Sehingga tidak mungkin kesalahan kaum laki-laki dewasa merembet kepada mereka.
Maroji’ :
Zaadul Ma’ad, Ibnu Qoyyim Aljauziyyah 3/347
Fathul bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 2/158
Taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/87
Ibnu Qoyyim dalam zaadul ma’ad membuat pembahasan dengan judul “ Hadmu Wa Tahriiqul Amaakin Allatii Yu’sholloohu Warosuuluhu Fiihaa “ Merobohkan dan membakar tempat-tempat yang di dalamnya terdapat perbuatan maksiat kepada Alloh dan rosulNya. Bab ini memerintahkan kita untuk menghancurkan tempat-tempat maksiat. Dari sekian tempat yang diperintahkan untuk dihancurkan adalah rumah yang penghuninya tidak menghadiri sholat berjamaah sebagaimana sebuah riwayat menyebutkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُهُمْ أَنَّهُ يَجِدُ عَرْقًا سَمِينًا أَوْ مِرْمَاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ لَشَهِدَ الْعِشَاءَ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin memerintahkan seseorang mengumpulkan kayu bakar kemudian aku perintahkan seseorang untuk adzan dan aku perintahkan seseorang untuk memimpin orang-orang shalat. Sedangkan aku akan mendatangi orang-orang (yang tidak ikut shalat berjama'ah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seseorang di antara kalian mengetahui bahwa ia akan memperaleh daging yang gemuk, atau dua potongan daging yang bagus, pasti mereka akan mengikuti shalat 'Isya berjama'ah. [muttafaq alaih]
Sebagian ulama menilai berdasar hadits ini bahwa sholat berjamaah adalah syarat syahnya sholat (pendapat mazhab dlohiri, Ibnu Uqoil dan Ibnu Taimiyyah) Sementara imam Ahmad berpendapat bahwa sholat berjamaah hukumnya fardlu ain
Apakah niat beliau untuk membakar rumah-rumah penduduk yang tidak menghadiri jamaah terlaksana ? Ternyata tidak. Hal ini dikarenakan beliau mempertimbangkan kaum wanita dan anak-anak yang tidak diwajibkan sholat berjamaah. Sehingga tidak mungkin kesalahan kaum laki-laki dewasa merembet kepada mereka.
Maroji’ :
Zaadul Ma’ad, Ibnu Qoyyim Aljauziyyah 3/347
Fathul bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 2/158
Taudlihul ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/87
Hukum Merusak (2)
Merusak patung dan benda-benda syirik
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah bahwa ia melihat seorang laki-laki yang ditangannya ada benang untuk mengobati sakit panas, maka dia putuskan benang itu seraya membaca firman Allah Subhanahu wata’ala :
وما يؤمن أكثرهم بالله إلا وهم مشركون
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan sesembahan lain) [QS. Yusuf, 106]
Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori dan Muslim bahwa Abu Basyir Al Anshori Radhiallahu’anhu bahwa dia pernah bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, lalu beliau mengutus seorang utusan untuk menyampaikan pesan :
أن لا يبقين في رقبة بعير قلادة من وتر أو قلادة إلا قطعت
Agar tidak terdapat lagi dileher onta kalung dari tali busur panah atau kalung apapun harus diputuskan.
Waki’ meriwayatkan bahwa Said bin Zubair Radhiallahu’anhu berkata : Barang siapa yang memotong tamimah dari seseorang maka tindakannya itu sama dengan memerdekakan seorang budak.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Al Hayyaj, ia berkata : sesungguhnya Ali bin Abi Tholib Radhiallahu’anhu berkata kepadaku :
ألا أبعثك على ما بعثني عليه رسول الله أن لا تدع صورة إلا طمستها ولا قبرا مشرفا إلا سويته
Maukah kamu aku utus untuk suatu tugas sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengutusku untuk tugas tersebut ? yaitu : janganlah kamu biarkan ada sebuah rupaka tanpa kamu musnahkan, dan janganlah kamu biarkan ada sebuah kuburan yang menonjol kecuali kamu ratakan.
Riwayat-riwayat di atas menerangkan perusakan terhadap : jimat, patung dan kuburan yang menonjol yang kesemuanya dilakukan sebagai tindakan untuk menjaga tauhid sehingga bersih dari perbuatan syirik.
Maroji’ :
Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bab (7, 8 dan 61)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah bahwa ia melihat seorang laki-laki yang ditangannya ada benang untuk mengobati sakit panas, maka dia putuskan benang itu seraya membaca firman Allah Subhanahu wata’ala :
وما يؤمن أكثرهم بالله إلا وهم مشركون
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan sesembahan lain) [QS. Yusuf, 106]
Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori dan Muslim bahwa Abu Basyir Al Anshori Radhiallahu’anhu bahwa dia pernah bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, lalu beliau mengutus seorang utusan untuk menyampaikan pesan :
أن لا يبقين في رقبة بعير قلادة من وتر أو قلادة إلا قطعت
Agar tidak terdapat lagi dileher onta kalung dari tali busur panah atau kalung apapun harus diputuskan.
Waki’ meriwayatkan bahwa Said bin Zubair Radhiallahu’anhu berkata : Barang siapa yang memotong tamimah dari seseorang maka tindakannya itu sama dengan memerdekakan seorang budak.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Al Hayyaj, ia berkata : sesungguhnya Ali bin Abi Tholib Radhiallahu’anhu berkata kepadaku :
ألا أبعثك على ما بعثني عليه رسول الله أن لا تدع صورة إلا طمستها ولا قبرا مشرفا إلا سويته
Maukah kamu aku utus untuk suatu tugas sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengutusku untuk tugas tersebut ? yaitu : janganlah kamu biarkan ada sebuah rupaka tanpa kamu musnahkan, dan janganlah kamu biarkan ada sebuah kuburan yang menonjol kecuali kamu ratakan.
Riwayat-riwayat di atas menerangkan perusakan terhadap : jimat, patung dan kuburan yang menonjol yang kesemuanya dilakukan sebagai tindakan untuk menjaga tauhid sehingga bersih dari perbuatan syirik.
Maroji’ :
Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bab (7, 8 dan 61)
Hukum Merusak (1)
pepohonan
Islam datang dengan membawa syariat untuk mewujudkan maslahat (kebaikan), sehingga semua upaya untuk menimbulkan kerusakan maka islam pasti melarangnya :
وَلاَ تُفْسِدُوْا فِى الأرْضِ بَعْدَ إصْلاَحِهاَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya [al a’rof : 56]
Pengarang kitab Jalalain menerangkan maksud ayat ini dengan mengatakan : jangan membuat kerusakan di muka bumi dengan perbuatan syirik dan maksiat setelah Alloh memperbaikinya dengan mengutus para rosul.
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : perbuatan maksiat akan merusak akhlaq, amal dan rizki.
Terlepas dari dua penafsiran di atas, dalam beberapa masalah, tindakan merusak diperbolehkan oleh syariat. Hal itu terjadi manakala tindakan perusakan sangat diperlukan dan akan mewujudkan maslahat. Di antaranya :
Menebang pohon
Pohon bermanfaat bagi alam. Sebagai tempat berteduh, buah dan kayu serta dedaunannya bisa diambil manfaatnya. Oleh karena itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam melarang penumbangan pepohonan meskipun dalam situasi perang.
Dalam sejarah rosululloh shollallohu alaihi wasallam terpaksa melakukan penebangan, hal itu terjadi pada perang bani Nadhir :
عَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ حَرَقَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم نَخْلَ بَنِي اَلنَّضِيرِ, وَقَطَعَ
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah membakar dan memotong pohon kurma Banu Nadlir. [Muttafaq Alaihi]
Apa yang dilakukan oleh beliau memunculkan beragam penafsiran dari kalangan para ulama :
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : diperbolehkan menebang pohon dan membakarnya serta meruntuhkan benteng-benteng bila menimbulkan maslahat bagi umat islam dan menghasilkan nikayah bagi musuh. Sesungguhnya penghancuran bila maslahatnya lebih besar dari mafsadatnya maka diperbolehkan.
Imam Shon’ani berkata : diperbolehkan melakukan perusakan harta musuh dengan cara pembakaran dan penumbangan bila bertujuan menimbulkan maslahat.
Perang bani nadhir terjadi ketika mereka yahudi bani nadhir memperlihatkan persekongkolan dengan kaum munafiqin dan kafir quraisy dalam memusuhi rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Bahkan mereka mempunyai makar untuk membunuh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Hal itu terjadi ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam disertai Abu Bakar, Umar, Ali dan sahabat lainnya mengadakan pertemuan dengan mereka untuk membicarakan diyat bagi dua orang yang dibunuh oleh ‘Amru bin Umayyah Adl Dlomari. Ternyata di atas tempat duduk rosululloh shollallohu alaihi wasallam sudah disiapkan sebongkah batu yang siap ditimpakan kepada beliau. Jibrilpun turun atas perintah Alloh untuk memberitahu beliau akan makar mereka.
Tidak lama setelah itu beliau berangkat untuk memerangi mereka. Kenyataan di medan perang, tidak ada satupun di antara kaum yahudi bani nadhir berani berhadapan langsung dengan pasukan umat islam kecuali mereka terus bertahan di benteng-benteng yang kuat sambil sesekali melancarkan panah kepada para sahabat.
Untuk menjatuhkan mental dan memancing mereka agar keluar maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam menumbangkan pohon korma dan membakarnya. Karena kebun korma adalah kekayaan mereka yang sangat berharga.
Melihat tindakan rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan para sahabat, kaum yahudi bertanya : wahai Muhammad, engkau melarang melakukan pengrusakan, kenapa engkau memerintahkan pasukanmu menumbangkan pepohonan ? Di sisi lain para sahabatpun bertanya kepada beliau : ya rosulalloh, apakah kami berdosa atas penumbangan pohon ini ? Akhirnya Alloh turunkan ayat menerangkan kedudukan tindakan kaum muslimin :
ماَ قَطَعْتُمْ مِّنْ لِيْنَةٍ أوْ تَرَكْتُمُوْهاَ قاَئِمَةً عَلَى أصُوْلِهاَ فَبِإِذْنِ الله وَلِيُخْزِىَ الْفاَسِقِيْنَ
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik [alhasyr : 5]
Dalam kasus lain penebangan atau memotong dahan dan ranting pohon bisa dinilai sebagai tindakan terpuji manakala pemotongan itu sangat diperlukan demi kemaslahatan. Seperti pohon-pohon yang ada di samping kanan kiri jalan. Terkadang terlalu rimbun yang dahan-dahannya melintang sehingga mengganggu pemakai jalan atau dikhawatirkan tumbang karena terlalu berat dengan beban dari dahan dan ranting-rantingnya sehingga dipotong sebagiannya. Dalam hal ini rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Ketika seorang lelaki tengah berjalan di suatu jalan ia mendapati batang kayu yang berduri dijalan tersebut, lalu ia mengambil dan membuangnya, maka Allah 'azza wajalla berterima kasih kepadanya dan mengampuninya. [HR Bukhori Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللَّهِ لَأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنْ الْمُسْلِمِينَ لَا يُؤْذِيهِمْ فَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Pada suatu ketika ada seseorang yang melewati sebatang ranting pohon yang menjuntai ke jalan. Kemudian orang tersebut berkata; 'Demi Allah, saya akan menyingkirkan ranting pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin yang lewat.' Akhirnya orang tersebut dimasukkan ke dalam surga. [HR Bukhori Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Sungguh aku melihat seseorang sedang berbahagia di surga dikarenakan ia telah memotong batang pohon yang menjuntai ke jalan yang mengganggu orang lewat. [HR Bukhori Muslim]
Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar bin Khothob memerintahkan penebangan pohon yang dikira bahwa pohon itu, dulu para sahabat pernah berbaiat kepada nabi shollallohu alaihi wsasallam dalam peristiwa bai’aturridlwan.
Selesai dari pembaiatan, Alloh membuat lupa seluruh orang yang pernah berbaiat tentang pohon yang pernah mereka melakukan baiat di bawahnya. Ibnu Hajar Al Atsqolani menerangkan bahwa hikmah dilupakannya tempat itu agar tidak timbul fitnah yang terjadi di bawahnya. Seandainya pohon itu tetap ada dan para sahabat masih ingat letak pohon itu berada maka daerah itu tidak akan aman dari pengagungan orang-orang bodoh hingga akhirnya menjurus kepada keyakinan bahwa di dalam pohon itu ada kekuatan yang bisa memberi manfaat dan madlorot ……
Akhirnya pada tahun kekhilafahan Umar bin Khothob, Umar memerintahkan menebang sebuah pohon yang sebagian orang mengira bahwa pohon itu adalah pohon baiaturridlwan
Maroji’ :
Tafsir Jalalain, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad AlMahalli dan Jalaluddin Abdurrohman bin Abu Bakar Assuyuthi hal 157
Tafsir Taisir Kalim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/451
Tafsir ibnu Katsir 4/401-402
Arrohiq almakhthum, Syaikh Shoifurrohman Almubarok Fukhri hal 348
Islam datang dengan membawa syariat untuk mewujudkan maslahat (kebaikan), sehingga semua upaya untuk menimbulkan kerusakan maka islam pasti melarangnya :
وَلاَ تُفْسِدُوْا فِى الأرْضِ بَعْدَ إصْلاَحِهاَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya [al a’rof : 56]
Pengarang kitab Jalalain menerangkan maksud ayat ini dengan mengatakan : jangan membuat kerusakan di muka bumi dengan perbuatan syirik dan maksiat setelah Alloh memperbaikinya dengan mengutus para rosul.
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : perbuatan maksiat akan merusak akhlaq, amal dan rizki.
Terlepas dari dua penafsiran di atas, dalam beberapa masalah, tindakan merusak diperbolehkan oleh syariat. Hal itu terjadi manakala tindakan perusakan sangat diperlukan dan akan mewujudkan maslahat. Di antaranya :
Menebang pohon
Pohon bermanfaat bagi alam. Sebagai tempat berteduh, buah dan kayu serta dedaunannya bisa diambil manfaatnya. Oleh karena itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam melarang penumbangan pepohonan meskipun dalam situasi perang.
Dalam sejarah rosululloh shollallohu alaihi wasallam terpaksa melakukan penebangan, hal itu terjadi pada perang bani Nadhir :
عَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ حَرَقَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم نَخْلَ بَنِي اَلنَّضِيرِ, وَقَطَعَ
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah membakar dan memotong pohon kurma Banu Nadlir. [Muttafaq Alaihi]
Apa yang dilakukan oleh beliau memunculkan beragam penafsiran dari kalangan para ulama :
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : diperbolehkan menebang pohon dan membakarnya serta meruntuhkan benteng-benteng bila menimbulkan maslahat bagi umat islam dan menghasilkan nikayah bagi musuh. Sesungguhnya penghancuran bila maslahatnya lebih besar dari mafsadatnya maka diperbolehkan.
Imam Shon’ani berkata : diperbolehkan melakukan perusakan harta musuh dengan cara pembakaran dan penumbangan bila bertujuan menimbulkan maslahat.
Perang bani nadhir terjadi ketika mereka yahudi bani nadhir memperlihatkan persekongkolan dengan kaum munafiqin dan kafir quraisy dalam memusuhi rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Bahkan mereka mempunyai makar untuk membunuh rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Hal itu terjadi ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam disertai Abu Bakar, Umar, Ali dan sahabat lainnya mengadakan pertemuan dengan mereka untuk membicarakan diyat bagi dua orang yang dibunuh oleh ‘Amru bin Umayyah Adl Dlomari. Ternyata di atas tempat duduk rosululloh shollallohu alaihi wasallam sudah disiapkan sebongkah batu yang siap ditimpakan kepada beliau. Jibrilpun turun atas perintah Alloh untuk memberitahu beliau akan makar mereka.
Tidak lama setelah itu beliau berangkat untuk memerangi mereka. Kenyataan di medan perang, tidak ada satupun di antara kaum yahudi bani nadhir berani berhadapan langsung dengan pasukan umat islam kecuali mereka terus bertahan di benteng-benteng yang kuat sambil sesekali melancarkan panah kepada para sahabat.
Untuk menjatuhkan mental dan memancing mereka agar keluar maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam menumbangkan pohon korma dan membakarnya. Karena kebun korma adalah kekayaan mereka yang sangat berharga.
Melihat tindakan rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan para sahabat, kaum yahudi bertanya : wahai Muhammad, engkau melarang melakukan pengrusakan, kenapa engkau memerintahkan pasukanmu menumbangkan pepohonan ? Di sisi lain para sahabatpun bertanya kepada beliau : ya rosulalloh, apakah kami berdosa atas penumbangan pohon ini ? Akhirnya Alloh turunkan ayat menerangkan kedudukan tindakan kaum muslimin :
ماَ قَطَعْتُمْ مِّنْ لِيْنَةٍ أوْ تَرَكْتُمُوْهاَ قاَئِمَةً عَلَى أصُوْلِهاَ فَبِإِذْنِ الله وَلِيُخْزِىَ الْفاَسِقِيْنَ
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik [alhasyr : 5]
Dalam kasus lain penebangan atau memotong dahan dan ranting pohon bisa dinilai sebagai tindakan terpuji manakala pemotongan itu sangat diperlukan demi kemaslahatan. Seperti pohon-pohon yang ada di samping kanan kiri jalan. Terkadang terlalu rimbun yang dahan-dahannya melintang sehingga mengganggu pemakai jalan atau dikhawatirkan tumbang karena terlalu berat dengan beban dari dahan dan ranting-rantingnya sehingga dipotong sebagiannya. Dalam hal ini rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Ketika seorang lelaki tengah berjalan di suatu jalan ia mendapati batang kayu yang berduri dijalan tersebut, lalu ia mengambil dan membuangnya, maka Allah 'azza wajalla berterima kasih kepadanya dan mengampuninya. [HR Bukhori Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللَّهِ لَأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنْ الْمُسْلِمِينَ لَا يُؤْذِيهِمْ فَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Pada suatu ketika ada seseorang yang melewati sebatang ranting pohon yang menjuntai ke jalan. Kemudian orang tersebut berkata; 'Demi Allah, saya akan menyingkirkan ranting pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin yang lewat.' Akhirnya orang tersebut dimasukkan ke dalam surga. [HR Bukhori Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Sungguh aku melihat seseorang sedang berbahagia di surga dikarenakan ia telah memotong batang pohon yang menjuntai ke jalan yang mengganggu orang lewat. [HR Bukhori Muslim]
Pada riwayat lain disebutkan bahwa Umar bin Khothob memerintahkan penebangan pohon yang dikira bahwa pohon itu, dulu para sahabat pernah berbaiat kepada nabi shollallohu alaihi wsasallam dalam peristiwa bai’aturridlwan.
Selesai dari pembaiatan, Alloh membuat lupa seluruh orang yang pernah berbaiat tentang pohon yang pernah mereka melakukan baiat di bawahnya. Ibnu Hajar Al Atsqolani menerangkan bahwa hikmah dilupakannya tempat itu agar tidak timbul fitnah yang terjadi di bawahnya. Seandainya pohon itu tetap ada dan para sahabat masih ingat letak pohon itu berada maka daerah itu tidak akan aman dari pengagungan orang-orang bodoh hingga akhirnya menjurus kepada keyakinan bahwa di dalam pohon itu ada kekuatan yang bisa memberi manfaat dan madlorot ……
Akhirnya pada tahun kekhilafahan Umar bin Khothob, Umar memerintahkan menebang sebuah pohon yang sebagian orang mengira bahwa pohon itu adalah pohon baiaturridlwan
Maroji’ :
Tafsir Jalalain, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad AlMahalli dan Jalaluddin Abdurrohman bin Abu Bakar Assuyuthi hal 157
Tafsir Taisir Kalim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/451
Tafsir ibnu Katsir 4/401-402
Arrohiq almakhthum, Syaikh Shoifurrohman Almubarok Fukhri hal 348
Surat terbuka untuk Ustadz Solmed
Assalamu’alaikum, Pak Ustadz...
Sebelumnya saya mohon maaf jika Bapak kurang berkenan dengan surat terbuka ini.
Saya bukan solmeder’s yang konon menggandrungi Pak Ustadz setengah mati. Saya juga bukan orang yang setia menyimak kajian Pak Ustadz di televisi. Saya hanya ibu rumah tangga yang sedang terheran-heran, mengapa Pak Ustadz yang mestinya jauh dari dunia gemerlap kok malah sering muncul di infotainment.
Beberapa hari lalu, saya membaca artikel di sebuah portal berita. Katanya Ustadz sedang dekat dengan penyanyi anu yang sedang naik daun itu. Dalam hati saya membatin, sekaligus berharap, janganlah berita itu menjadi kenyataan. Bukannya saya mengutuk sang biduan, Pak Ustadz. Tapi bapak harusnya lebih paham seperti apa ciri wanita shalihah dan bagaimana cara “mendekati” wanita tipikal seperti ini.
Ada bantahan yang melegakan hati saya, bahwa Pak Ustadz dan penyanyi itu hanya berteman, tak lebih. Karena sebenarnya hati Pak Ustadz sudah diisi oleh wanita lain. Tapi bantahan ini pun memberikan tanda tanya baru di hati saya; Pak Ustadz, sang guru ngaji yang masih bujangan, mengakui terang-terangan bahwa hatinya sudah terpikat oleh pesona seorang wanita? Ahay..
Esoknya, saya kembali melihat Pak Ustadz. Sayangnya bukan di tayangan pengajian, melainkan di infotainment; gudang beritanya para artis. Miris hati ini melihat bapak yang dikenal masyarakat sebagai sosok da’i mau diwawancara berdua dengan wanita yang bukan mahromnya. Bahkan di tayangan tersebut bapak nyaris akan disuapi oleh si wanita. Oh, dialah rupanya si penunggu hati yang kemarin sempat bapak singgung.
Tak butuh waktu lama untuk kembali melihat wajah Pak Ustadz di acara gosip selebritis. Kali ini Pak Ustadz dengan wajah sumringah bercerita bahwa Bapak baru saja memberikan mobil sebagai hadiah bagi sang wanita. Wanita itu pun ada di situ, berdua dengan Pak Ustadz, ikut tertawa riang di depan kamera. Ah, Pak Ustadz, tahukah bapak ada banyak ibu-ibu seperti saya geleng kepala melihat tingkah bapak. Apalagi bolak balik bapak menegaskan bahwa hubungan kalian adalah ta’aruf. Saya belum habis pikir, kok bisa makna ta'aruf tidak ada bedanya dengan pacaran.
Ustadz Solmed,
Sebagai ustadz tentu bapak jauh lebih paham bagaimana cara berta’aruf yang benar dalam Islam. Bagaimana menjaga adab dalam bergaul agar tidak terjadi fitnah dan bagaimana pula menghijabi hati bagi lawan jenis yang bukan mahrom. Perih hati saya melihat tayangan infotainment menyebut Pak Ustadz dan wanita itu sebagai pasangan kekasih. Kalau sudah begini, apa bedanya Pak Ustadz dengan artis lain yang diwawancara berdua dengan pacar mereka? Pak ustadz ta’aruf, mereka pacaran. Tapi sama-sama tampil berdua, menyiratkan kemesraan, dan sama-sama mau diekspos media infotainment.
Oh, mengapa ustadz yang seharusnya menjadi milik jamaah kini menjadi komoditi seperti ini. Ustadz adalah ustadz, jangan nyambi menjadi seleb. Itu adalah dua dunia yang berbeda, jauh berbeda. Tapi kalau boleh jujur, Pak Ustadz memang pantas menjadi selebritis. Wajah ganteng, hidup mapan. Seharusnya Bapak meneladani Briptu Norman, dia berani memilih untuk menjadi polisi atau selebriti.
Ustadz Solmed,
Waktu kecil, saya punya ustadz idola yang saya suka karena kerendahan suaranya dan entah mengapa hati ini selalu tersentuh kala melihat beliau berceramah. Ustadz kesukaan saya ini jarang tampil di televisi, belum tentu sepekan sekali. Ustadz Ihsan Tanjung namanya. Belakangan saya juga mudah tersentuh dengan ceramah Ustadz Quraish Shihab, mungkin karena beliau sangat disukai oleh suami saya, hingga berimbas kepada saya.
Rasa-rasanya bapak juga tahu suara hati sejumlah jamaah yang kini mulai gusar dengan mudahnya seseorang disebut ustadz. Bermodal wajah yang kameragenik, gaya yang terus up to date dan model berceramah yang atraktif, seorang penceramah kini bisa dengan mudah menjadi ustadz. Lalu setelah terkenal, acara ceramahnya punya rating tinggi, naiklah derajatnya menjadi bintang iklan, bahkan MC acara hiburan.
Pak Ustadz,
Melalui surat terbuka ini, saya bukannya ingin menasehati Bapak. Toh saya juga jauh dari kefamahan terhadap ilmu agama. Saya hanya ingin menyampaikan kegundahan hati seorang umat, bahwa sebagai da’i apa yang bapak lakukan menjadi contoh dan teladan bagi umat. Jika memang sedang dekat dengan seorang wanita, janganlah mengklaim itu sebagai ta’aruf. Kasihan muda mudi kita Pak, bila kini mereka lebih merasa aman berdua-duaan dengan lawan jenis lantaran menganggap itulah proses ta’aruf seperti yang Pak Ustadz contohkan.
Konon bapak baru akan menikahi si gadis empat bulan lagi. Empat bulan adalah waktu yang tidak sebentar bagi insan yang tengah mencandu asmara. Saya pernah melewati fase seperti Pak Ustadz saat hendak menikah. Menunggu sebulan saja badan ini rasanya meriang tak karuan. Waktu menjadi terasa sangat lama. Dan bayangan di benak sudah terisi oleh hal yang tidak-tidak saja.
Semoga Ustadz Solmed membaca surat terbuka saya ini.
Sebaiknya segeralah nikahi gadis tersebut, karena masyarakat kini mulai enteng menyebut “Oh, itu to, pacarnya Ustadz Solmed..” yang membuat miris siapa pun yang mendengar. Jika memang Pak ustadz masih harus menunggu empat bulan lagi, janganlah memamerkan kedekatan kalian di televisi. Lakukanlah ta’aruf sebagaimana seharusnya dilakukan. Jangan menghaluskan bahasa dari pacaran menjadi ta’aruf. Sekali lagi, kasihan jamaah yang banyak mengidolakan bapak dan berkiblat pada bapak.
Cukup sekian surat dari saya, semoga besok dan seterusnya, saya tak lagi menjumpai Pak Ustadz di tayangan gosip. Karena ustadz adalah dai, bukan selebriti.
Wassalammu’alaikum
Mardiana Nurwulan
Ibu dua anak, tinggal di Pamulang
Sebelumnya saya mohon maaf jika Bapak kurang berkenan dengan surat terbuka ini.
Saya bukan solmeder’s yang konon menggandrungi Pak Ustadz setengah mati. Saya juga bukan orang yang setia menyimak kajian Pak Ustadz di televisi. Saya hanya ibu rumah tangga yang sedang terheran-heran, mengapa Pak Ustadz yang mestinya jauh dari dunia gemerlap kok malah sering muncul di infotainment.
Beberapa hari lalu, saya membaca artikel di sebuah portal berita. Katanya Ustadz sedang dekat dengan penyanyi anu yang sedang naik daun itu. Dalam hati saya membatin, sekaligus berharap, janganlah berita itu menjadi kenyataan. Bukannya saya mengutuk sang biduan, Pak Ustadz. Tapi bapak harusnya lebih paham seperti apa ciri wanita shalihah dan bagaimana cara “mendekati” wanita tipikal seperti ini.
Ada bantahan yang melegakan hati saya, bahwa Pak Ustadz dan penyanyi itu hanya berteman, tak lebih. Karena sebenarnya hati Pak Ustadz sudah diisi oleh wanita lain. Tapi bantahan ini pun memberikan tanda tanya baru di hati saya; Pak Ustadz, sang guru ngaji yang masih bujangan, mengakui terang-terangan bahwa hatinya sudah terpikat oleh pesona seorang wanita? Ahay..
Esoknya, saya kembali melihat Pak Ustadz. Sayangnya bukan di tayangan pengajian, melainkan di infotainment; gudang beritanya para artis. Miris hati ini melihat bapak yang dikenal masyarakat sebagai sosok da’i mau diwawancara berdua dengan wanita yang bukan mahromnya. Bahkan di tayangan tersebut bapak nyaris akan disuapi oleh si wanita. Oh, dialah rupanya si penunggu hati yang kemarin sempat bapak singgung.
Tak butuh waktu lama untuk kembali melihat wajah Pak Ustadz di acara gosip selebritis. Kali ini Pak Ustadz dengan wajah sumringah bercerita bahwa Bapak baru saja memberikan mobil sebagai hadiah bagi sang wanita. Wanita itu pun ada di situ, berdua dengan Pak Ustadz, ikut tertawa riang di depan kamera. Ah, Pak Ustadz, tahukah bapak ada banyak ibu-ibu seperti saya geleng kepala melihat tingkah bapak. Apalagi bolak balik bapak menegaskan bahwa hubungan kalian adalah ta’aruf. Saya belum habis pikir, kok bisa makna ta'aruf tidak ada bedanya dengan pacaran.
Ustadz Solmed,
Sebagai ustadz tentu bapak jauh lebih paham bagaimana cara berta’aruf yang benar dalam Islam. Bagaimana menjaga adab dalam bergaul agar tidak terjadi fitnah dan bagaimana pula menghijabi hati bagi lawan jenis yang bukan mahrom. Perih hati saya melihat tayangan infotainment menyebut Pak Ustadz dan wanita itu sebagai pasangan kekasih. Kalau sudah begini, apa bedanya Pak Ustadz dengan artis lain yang diwawancara berdua dengan pacar mereka? Pak ustadz ta’aruf, mereka pacaran. Tapi sama-sama tampil berdua, menyiratkan kemesraan, dan sama-sama mau diekspos media infotainment.
Oh, mengapa ustadz yang seharusnya menjadi milik jamaah kini menjadi komoditi seperti ini. Ustadz adalah ustadz, jangan nyambi menjadi seleb. Itu adalah dua dunia yang berbeda, jauh berbeda. Tapi kalau boleh jujur, Pak Ustadz memang pantas menjadi selebritis. Wajah ganteng, hidup mapan. Seharusnya Bapak meneladani Briptu Norman, dia berani memilih untuk menjadi polisi atau selebriti.
Ustadz Solmed,
Waktu kecil, saya punya ustadz idola yang saya suka karena kerendahan suaranya dan entah mengapa hati ini selalu tersentuh kala melihat beliau berceramah. Ustadz kesukaan saya ini jarang tampil di televisi, belum tentu sepekan sekali. Ustadz Ihsan Tanjung namanya. Belakangan saya juga mudah tersentuh dengan ceramah Ustadz Quraish Shihab, mungkin karena beliau sangat disukai oleh suami saya, hingga berimbas kepada saya.
Rasa-rasanya bapak juga tahu suara hati sejumlah jamaah yang kini mulai gusar dengan mudahnya seseorang disebut ustadz. Bermodal wajah yang kameragenik, gaya yang terus up to date dan model berceramah yang atraktif, seorang penceramah kini bisa dengan mudah menjadi ustadz. Lalu setelah terkenal, acara ceramahnya punya rating tinggi, naiklah derajatnya menjadi bintang iklan, bahkan MC acara hiburan.
Pak Ustadz,
Melalui surat terbuka ini, saya bukannya ingin menasehati Bapak. Toh saya juga jauh dari kefamahan terhadap ilmu agama. Saya hanya ingin menyampaikan kegundahan hati seorang umat, bahwa sebagai da’i apa yang bapak lakukan menjadi contoh dan teladan bagi umat. Jika memang sedang dekat dengan seorang wanita, janganlah mengklaim itu sebagai ta’aruf. Kasihan muda mudi kita Pak, bila kini mereka lebih merasa aman berdua-duaan dengan lawan jenis lantaran menganggap itulah proses ta’aruf seperti yang Pak Ustadz contohkan.
Konon bapak baru akan menikahi si gadis empat bulan lagi. Empat bulan adalah waktu yang tidak sebentar bagi insan yang tengah mencandu asmara. Saya pernah melewati fase seperti Pak Ustadz saat hendak menikah. Menunggu sebulan saja badan ini rasanya meriang tak karuan. Waktu menjadi terasa sangat lama. Dan bayangan di benak sudah terisi oleh hal yang tidak-tidak saja.
Semoga Ustadz Solmed membaca surat terbuka saya ini.
Sebaiknya segeralah nikahi gadis tersebut, karena masyarakat kini mulai enteng menyebut “Oh, itu to, pacarnya Ustadz Solmed..” yang membuat miris siapa pun yang mendengar. Jika memang Pak ustadz masih harus menunggu empat bulan lagi, janganlah memamerkan kedekatan kalian di televisi. Lakukanlah ta’aruf sebagaimana seharusnya dilakukan. Jangan menghaluskan bahasa dari pacaran menjadi ta’aruf. Sekali lagi, kasihan jamaah yang banyak mengidolakan bapak dan berkiblat pada bapak.
Cukup sekian surat dari saya, semoga besok dan seterusnya, saya tak lagi menjumpai Pak Ustadz di tayangan gosip. Karena ustadz adalah dai, bukan selebriti.
Wassalammu’alaikum
Mardiana Nurwulan
Ibu dua anak, tinggal di Pamulang
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (11)
Waspada Terhadap Antek-Antek Amerika !
Banyak kasus terorisme yang terlalu dibesar-besarkan oleh musuh. Mereka menampakkannya sebagai kasus terorisme yang berbahaya. Padahal tersangkanya adalah para remaja yang tidak membahayakan thoghut dan tuan-tuan mereka (amerika). Sebenarnya musuh mengetahui hal itu akan tetapi mereka membesar-besarkannya agar bisa naik pangkat karena berhasil menggagalkan rencana makar keji yang dituduhkan kepada para pemuda itu. Padahal semua itu adalah kebohongan yang dibuat-buat.
Suatu ketika mereka menangkap seorang pemuda gila yang membawa pistol mainan. Si pemuda itu berkicau tentang impiannya untuk memerangi yahudi.
Awal mula kejadian itu bermula ketika si pemuda gila itu bertanya kepada tentara tentang jalan menuju Palestina. Ketika tentara bertanya mengapa ia menanyakan jalan ke Palestina, ia menjawab bahwa dirinya akan berperang melawan Yahudi. Lalu ia menunjukkan pistol mainannya.
Merekapun langsung menangkap dan menyangka dirinya dengan tuduhan merancang terror. Kasusnya dilimpahkan ke kejaksaan. Dia baru dibebaskan setelah dengan susah payah pihak keluarga meyakinkan kepada mereka bahwa si pemuda itu adalah gila.
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 42
Banyak kasus terorisme yang terlalu dibesar-besarkan oleh musuh. Mereka menampakkannya sebagai kasus terorisme yang berbahaya. Padahal tersangkanya adalah para remaja yang tidak membahayakan thoghut dan tuan-tuan mereka (amerika). Sebenarnya musuh mengetahui hal itu akan tetapi mereka membesar-besarkannya agar bisa naik pangkat karena berhasil menggagalkan rencana makar keji yang dituduhkan kepada para pemuda itu. Padahal semua itu adalah kebohongan yang dibuat-buat.
Suatu ketika mereka menangkap seorang pemuda gila yang membawa pistol mainan. Si pemuda itu berkicau tentang impiannya untuk memerangi yahudi.
Awal mula kejadian itu bermula ketika si pemuda gila itu bertanya kepada tentara tentang jalan menuju Palestina. Ketika tentara bertanya mengapa ia menanyakan jalan ke Palestina, ia menjawab bahwa dirinya akan berperang melawan Yahudi. Lalu ia menunjukkan pistol mainannya.
Merekapun langsung menangkap dan menyangka dirinya dengan tuduhan merancang terror. Kasusnya dilimpahkan ke kejaksaan. Dia baru dibebaskan setelah dengan susah payah pihak keluarga meyakinkan kepada mereka bahwa si pemuda itu adalah gila.
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 42
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (10)
Sikap Meremehkan kitman
Sebagian aktivis ada yang bersikap teledor dan lalai. Catatan pertemuan, rencana, rincian tanzim, pendanaan dan urusan penting lainnya tertuang dengan rincian dan gamblang tanpa penyandian atau kode. Bila datang kepadanya surat penting yang terkait dengan tanzim atau keamanan maka surat itu tetap berada di sakunya.
Saya tidak tahu apakah surat itu disimpan untuk kenang-kenangan. Berhari-hari, berpekan-pekan, berbulan-bulan dan terkadang bertahun-tahun barang itu tidak dimusnahkan. Seolah menunggu datangnya musuh supaya surat itu menjadi barang berharga bagi mereka saat rumahnya digeledah atau dirinya ditangkap. Lalu ia tidak bisa mengelak lagi dalam penyidikan dan keteledorannya menyebabkan ikhwannya ditangkap dan menggagalkan rencana jihad.
Ada juga orang yang berkomunikasi dengan lugu. Bila sebagian ikhwan menasehatinya untuk berhati-hati dan menyembunyikan pembicaraan tentang kunjungan atau pertemuan, membakar surat yang telah ia baca, tidak menyimpan nama dan alamat di tempat yang memungkinkan untuk diperiksa oleh musuh, atau menitipkannya kepada orang yang kemungkinan ditangkap maka ia mengingkari hal itu dan menganggapnya sebagai sikap pengecut.
Bila salah seorang di antara mereka berniat melakukan operasi jihad dan ia memiliki senjata, maka ia memperlihatkannya kepada setiap orang yang ia jumpai. Bahkan ia memberitahukan kepada semua orang tentang cita-cita, impian dan berbagai amal jihadi lainnya.
Alangkah sedihnya saya melihat sebagian pemuda yang tidak mau menerima nasehat dalam masalah ini. Mereka tidak belajar dari pengalaman dan kegagalan orang lain. Akhirnya musuh-musuh Alloh sukses menggagalkan dakwah dan jihad umat islam. Padahal keberhasilan mereka bukan karena kecerdikan dan kecermatan mereka melainkan sikap teledor dari para aktivis.
Dalam dunia militer, mereka hanya membuka informasi tentang operasi militernya beberapa saat sebelum dilaksanakan. Para pelaksana juga tidak tahu melainkan sekedar apa yang menjadi tugas mereka. Adapun sumber dan tempat penyimpanan senjata, siapa yang memasok dan menyerahkan serta target yang menjadi sasaran, hal itu dirahasiakan sepenuhnya untuk menutup kemungkinan bocornya rahasia tentang rencana operasi mereka.
Ingatlah kesabaran singa dan elang yang diam-diam mengendap dan menunggui buruan membuat mereka sukses mendapatkan mangsa yang besar. Sementara burung pipit dan kutilang yang suka mengoceh dan berkicau hanya memperoleh umpan yang kecil dan menjadi sasaran ketepel anak-anak kecil. Sesungguhnya jihad itu membutuhkan elang dan singa bukan burung pipit dan kutilang
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 75-77
Sebagian aktivis ada yang bersikap teledor dan lalai. Catatan pertemuan, rencana, rincian tanzim, pendanaan dan urusan penting lainnya tertuang dengan rincian dan gamblang tanpa penyandian atau kode. Bila datang kepadanya surat penting yang terkait dengan tanzim atau keamanan maka surat itu tetap berada di sakunya.
Saya tidak tahu apakah surat itu disimpan untuk kenang-kenangan. Berhari-hari, berpekan-pekan, berbulan-bulan dan terkadang bertahun-tahun barang itu tidak dimusnahkan. Seolah menunggu datangnya musuh supaya surat itu menjadi barang berharga bagi mereka saat rumahnya digeledah atau dirinya ditangkap. Lalu ia tidak bisa mengelak lagi dalam penyidikan dan keteledorannya menyebabkan ikhwannya ditangkap dan menggagalkan rencana jihad.
Ada juga orang yang berkomunikasi dengan lugu. Bila sebagian ikhwan menasehatinya untuk berhati-hati dan menyembunyikan pembicaraan tentang kunjungan atau pertemuan, membakar surat yang telah ia baca, tidak menyimpan nama dan alamat di tempat yang memungkinkan untuk diperiksa oleh musuh, atau menitipkannya kepada orang yang kemungkinan ditangkap maka ia mengingkari hal itu dan menganggapnya sebagai sikap pengecut.
Bila salah seorang di antara mereka berniat melakukan operasi jihad dan ia memiliki senjata, maka ia memperlihatkannya kepada setiap orang yang ia jumpai. Bahkan ia memberitahukan kepada semua orang tentang cita-cita, impian dan berbagai amal jihadi lainnya.
Alangkah sedihnya saya melihat sebagian pemuda yang tidak mau menerima nasehat dalam masalah ini. Mereka tidak belajar dari pengalaman dan kegagalan orang lain. Akhirnya musuh-musuh Alloh sukses menggagalkan dakwah dan jihad umat islam. Padahal keberhasilan mereka bukan karena kecerdikan dan kecermatan mereka melainkan sikap teledor dari para aktivis.
Dalam dunia militer, mereka hanya membuka informasi tentang operasi militernya beberapa saat sebelum dilaksanakan. Para pelaksana juga tidak tahu melainkan sekedar apa yang menjadi tugas mereka. Adapun sumber dan tempat penyimpanan senjata, siapa yang memasok dan menyerahkan serta target yang menjadi sasaran, hal itu dirahasiakan sepenuhnya untuk menutup kemungkinan bocornya rahasia tentang rencana operasi mereka.
Ingatlah kesabaran singa dan elang yang diam-diam mengendap dan menunggui buruan membuat mereka sukses mendapatkan mangsa yang besar. Sementara burung pipit dan kutilang yang suka mengoceh dan berkicau hanya memperoleh umpan yang kecil dan menjadi sasaran ketepel anak-anak kecil. Sesungguhnya jihad itu membutuhkan elang dan singa bukan burung pipit dan kutilang
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 75-77
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (9)
Musuh, tetaplah musuh !
Orang yang menghadapi musuh islam dan ingin menghancurkan kebatilan tidak boleh mengesampingkan pandangan Alloh terhadap musuh-musuhnya. Ia tidak boleh lemah dan berhusnudzon dengan menganggap mereka masih muslim.
Ada seorang pemuda yang hafal alquran dan menjadi imam di sebuah masjid. Aparat thoghut menangkap dirinya dan menuduhnya melakukan perbuatan pidana. Namun pemuda itu menolak mengaku meskipun disakiti, dipukuli dan disiksa agar ia mengakui perbuatannya yang dapat membuatnya divonis hukuman penjara yang lama. Kemudian kaki tangan thoghut menggunakan muslihat kepadanya, ia diperiksa oleh penyelidik yang sering sholat di masjid dan menjadi makmum si pemuda.
Penyidik memperkenalkan dirinya kepada ikhwan ini dan ia mengingatkan bahwa ia sering menjadi makmum saat sholat di masjid. Kemudian ia bersumpah akan membantunya bila ia mengaku dan tidak akan melimpahkan kasusnya ke pengadilan.
Akhirnya ikhwan itu mengaku kepada si penyidik karena mempercayai janjinya, padahal ketika didera siksaan berat ia mampu bertahan tak mau mengaku. Para penyidik itu berhasil memperdaya pemuda itu dengan tipu muslihat, janji dan sumpah dusta. Terbukti akhirnya pemuda itu diganjar hukuman seumur hidup.
Saat diperiksa, si ikhwan itu tentu tidak menganggap kafir orang yang jahat tadi. Bisa jadi ia belum memahami metode kafirin. Jika sudah paham, sholat si penyidik itu tidak akan berarti apa-apa baginya. Kebodohan akan realitas membuat seorang hafidz yang sangat dibutuhkan umat harus mendekan di penjara.
Orang yang menghadapi musuh islam dan ingin menghancurkan kebatilan tidak boleh mengesampingkan pandangan Alloh terhadap musuh-musuhnya. Ia tidak boleh lemah dan berhusnudzon dengan menganggap mereka masih muslim.
Ada seorang pemuda yang hafal alquran dan menjadi imam di sebuah masjid. Aparat thoghut menangkap dirinya dan menuduhnya melakukan perbuatan pidana. Namun pemuda itu menolak mengaku meskipun disakiti, dipukuli dan disiksa agar ia mengakui perbuatannya yang dapat membuatnya divonis hukuman penjara yang lama. Kemudian kaki tangan thoghut menggunakan muslihat kepadanya, ia diperiksa oleh penyelidik yang sering sholat di masjid dan menjadi makmum si pemuda.
Penyidik memperkenalkan dirinya kepada ikhwan ini dan ia mengingatkan bahwa ia sering menjadi makmum saat sholat di masjid. Kemudian ia bersumpah akan membantunya bila ia mengaku dan tidak akan melimpahkan kasusnya ke pengadilan.
Akhirnya ikhwan itu mengaku kepada si penyidik karena mempercayai janjinya, padahal ketika didera siksaan berat ia mampu bertahan tak mau mengaku. Para penyidik itu berhasil memperdaya pemuda itu dengan tipu muslihat, janji dan sumpah dusta. Terbukti akhirnya pemuda itu diganjar hukuman seumur hidup.
Saat diperiksa, si ikhwan itu tentu tidak menganggap kafir orang yang jahat tadi. Bisa jadi ia belum memahami metode kafirin. Jika sudah paham, sholat si penyidik itu tidak akan berarti apa-apa baginya. Kebodohan akan realitas membuat seorang hafidz yang sangat dibutuhkan umat harus mendekan di penjara.
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (8)
Mujahid Musti Ngaji
Betapa banyak di antara pemuda yang malas duduk di halaqoh, mengkaji kitabulloh karena prioritas mereka bukanlah mempelajari ilmu syar’i melainkan jihad sesuai yang dia angan-angankan. Mereka tidak mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelumnya yang menempuh jalan ini sehingga akhirnya mengulang kesalahan yang sama.
Di antara mereka akhirnya terlibat kasus perampokan dengan alasan ia bagian dari jihad toh segala untuk jihad.
Masyarakat terheran ketika mereka menjadi tersangka, dengan jenggot yang begitu lebat, bertakbir dan bertahmid namun dihadapkan pada tuduhan pencurian, penjarahan dan perampokan bukan jihad yang selama ia gaungkan.
Sungguh apa yang mereka lakukan membuka pintu bagi orang kafir untuk menawan mereka dengan tindakan bodoh yang mereka lakukan.
Lemahnya pembinaan iman sebelum ujian membuat kebanyakan mereka akhirnya menampakkan kerapuhan saat jatuh di tangan musuh. Sebagian mengiba, menampakkan penyesalan serta tunduk pada penguasa. Sebagian lagi melaknat dan mencela ikhwannya dan berlepas diri dari mereka.
Mereka sungguh menjadi mainan musuh, bahkan di antara mereka ada yang berbelok dari jalan ini. Ada yang dimanfaatkan musuh. Mereka memang pemuda yang masih hijau. Namun alasan itu tidak akan diterima oleh musuh-musuh Alloh. Thoghut memerangi anak-anak itu seolah mereka adalah teroris yang berbahaya.
Sudah saatnya sikap tegas dari para juru da’i kepada orang-orang tadi agar mereka tidak mencoreng agungnya jihad. Kapan kita bisa mewujudkan perasaan rasa takut di hati musuh karena kehebatan kita bukan karena tipu daya yang mereka besar-besarkan ?
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 43-45
Betapa banyak di antara pemuda yang malas duduk di halaqoh, mengkaji kitabulloh karena prioritas mereka bukanlah mempelajari ilmu syar’i melainkan jihad sesuai yang dia angan-angankan. Mereka tidak mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelumnya yang menempuh jalan ini sehingga akhirnya mengulang kesalahan yang sama.
Di antara mereka akhirnya terlibat kasus perampokan dengan alasan ia bagian dari jihad toh segala untuk jihad.
Masyarakat terheran ketika mereka menjadi tersangka, dengan jenggot yang begitu lebat, bertakbir dan bertahmid namun dihadapkan pada tuduhan pencurian, penjarahan dan perampokan bukan jihad yang selama ia gaungkan.
Sungguh apa yang mereka lakukan membuka pintu bagi orang kafir untuk menawan mereka dengan tindakan bodoh yang mereka lakukan.
Lemahnya pembinaan iman sebelum ujian membuat kebanyakan mereka akhirnya menampakkan kerapuhan saat jatuh di tangan musuh. Sebagian mengiba, menampakkan penyesalan serta tunduk pada penguasa. Sebagian lagi melaknat dan mencela ikhwannya dan berlepas diri dari mereka.
Mereka sungguh menjadi mainan musuh, bahkan di antara mereka ada yang berbelok dari jalan ini. Ada yang dimanfaatkan musuh. Mereka memang pemuda yang masih hijau. Namun alasan itu tidak akan diterima oleh musuh-musuh Alloh. Thoghut memerangi anak-anak itu seolah mereka adalah teroris yang berbahaya.
Sudah saatnya sikap tegas dari para juru da’i kepada orang-orang tadi agar mereka tidak mencoreng agungnya jihad. Kapan kita bisa mewujudkan perasaan rasa takut di hati musuh karena kehebatan kita bukan karena tipu daya yang mereka besar-besarkan ?
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 43-45
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (7)
Mujahid Harus Tahu Waqi’ (realitas)
Kaum muslimin dan masyarakat dunia dibuat kagum melihat kegigihan Alqoidah dan Taliban menghadang musuh-musuh islam dari kalangan salibis, sekuler dan komunis. Mereka terpesona oleh keteguhan mujahidin Checnya melawan kesombongan Rusia dengan memindahkan medan peperangan dari pegunungan Checnya ke jantung Moskow.
Mereka juga salut oleh keberanian anak-anak dan pemuda di Palestina yang menghadang tank-tank Yahudi yang bersenjata lengkap. Mereka takjub ketika menyaksikan dengan mata kepala bagaimana tentara Yahudi lari ke belakang dengan senjatanya karena takut terkena batu yang dilemparkan anak-anak kecil.
Saat kaum muslimin merindukan keagungan dan kemuliaan mujahidin yang melindungi mereka dari ancaman musuh. Mereka menyerang target-target yang menghancurkan kepongahan musuh penindas umat. Mujahidin menjadikan pangkalan-pangkalan militer, gudang senjata, markas intelejen, pusat kegiatan pemerintahan dan ekonomi di negeri kaum musyrikin sebagai sasaran utama.
Sayang ….. tiba-tiba muncul sebagian pemuda yang hanya bermodalkan semangat, mereka menyerbu gereja, membunuh turis yang lemah atau utusan lembaga dan target-target sepele lainnya. Para pemuda tersebut menyerang tanpa memertimbangkan maslahat dakwah, jihad dan islam, juga tanpa memilih operasi yang paling mematikan.
Tindakan pemuda itu justru mengalihkan persoalan. Seharusnya mereka fokus memerangi para thoghut dan musuh-musuh islam tetapi yang mereka lancarkan justru menyerang mayoritas manusia. Padahal selayaknya umat didakwahi dan diselamatkan dari kebusukan-kebusukan thoghut serta diselamatkan dari peribadahan kepada makhluk dan diseru untuk beribadah kepada kholiq.
Kita ambil contoh kasus di Iraq. Setiap hari serdadu bayaran Amerika menjadi korban perlawanan mujahidin. Hal ini sangat meruntuhkan dukungan terhadap Bush dan pemerintahannnya. Namun, hal ini dicemari dengan serangan-serangan lain yang mengorbankan puluhan warga Iraq dengan bom mobil yang diletakkan di jalanan Baghdad atau serangan ke penjara yang mengorbankan narapidana.
Yang dilakukan para pemuda itu terlalu gegabah karena mengabaikan realitas. Justru apa yang mereka lakukan menyelamatkan George Bush dari kesalahannya yang selalu dicela oleh media, yang kemudian media mengalihkan sorotan mereka dari jatuhnya korban tentara Inggris dan Amerika kepada berita tentang jatuhnya korban warga Iraq akibat serangan “ terosir “
Akibatnya pasukan Amerika berubah status, dari pasukan penjajah yang melakukan invasi menjadi pelindung rakyat Iraq dari serangan teroris. Sementara rakyat Iraq di tengah keprihatinannya akibat sering jatuhnya korban oleh serangan bom lalu diarahkan untuk memusuhi para mujahidin dan mendudkung tentara Amerika sang penjajah.
Sungguh memahami syariat dan realitas serta mengetahui maker-makar musuh akan membantu mujahidin untuk memilih sasaran, tempat dan waktu yang sesuai.
Mereka mujahid tapi salah langkah, Syaikh Abu Muhammad Almaqdisi hal 22-24
Kaum muslimin dan masyarakat dunia dibuat kagum melihat kegigihan Alqoidah dan Taliban menghadang musuh-musuh islam dari kalangan salibis, sekuler dan komunis. Mereka terpesona oleh keteguhan mujahidin Checnya melawan kesombongan Rusia dengan memindahkan medan peperangan dari pegunungan Checnya ke jantung Moskow.
Mereka juga salut oleh keberanian anak-anak dan pemuda di Palestina yang menghadang tank-tank Yahudi yang bersenjata lengkap. Mereka takjub ketika menyaksikan dengan mata kepala bagaimana tentara Yahudi lari ke belakang dengan senjatanya karena takut terkena batu yang dilemparkan anak-anak kecil.
Saat kaum muslimin merindukan keagungan dan kemuliaan mujahidin yang melindungi mereka dari ancaman musuh. Mereka menyerang target-target yang menghancurkan kepongahan musuh penindas umat. Mujahidin menjadikan pangkalan-pangkalan militer, gudang senjata, markas intelejen, pusat kegiatan pemerintahan dan ekonomi di negeri kaum musyrikin sebagai sasaran utama.
Sayang ….. tiba-tiba muncul sebagian pemuda yang hanya bermodalkan semangat, mereka menyerbu gereja, membunuh turis yang lemah atau utusan lembaga dan target-target sepele lainnya. Para pemuda tersebut menyerang tanpa memertimbangkan maslahat dakwah, jihad dan islam, juga tanpa memilih operasi yang paling mematikan.
Tindakan pemuda itu justru mengalihkan persoalan. Seharusnya mereka fokus memerangi para thoghut dan musuh-musuh islam tetapi yang mereka lancarkan justru menyerang mayoritas manusia. Padahal selayaknya umat didakwahi dan diselamatkan dari kebusukan-kebusukan thoghut serta diselamatkan dari peribadahan kepada makhluk dan diseru untuk beribadah kepada kholiq.
Kita ambil contoh kasus di Iraq. Setiap hari serdadu bayaran Amerika menjadi korban perlawanan mujahidin. Hal ini sangat meruntuhkan dukungan terhadap Bush dan pemerintahannnya. Namun, hal ini dicemari dengan serangan-serangan lain yang mengorbankan puluhan warga Iraq dengan bom mobil yang diletakkan di jalanan Baghdad atau serangan ke penjara yang mengorbankan narapidana.
Yang dilakukan para pemuda itu terlalu gegabah karena mengabaikan realitas. Justru apa yang mereka lakukan menyelamatkan George Bush dari kesalahannya yang selalu dicela oleh media, yang kemudian media mengalihkan sorotan mereka dari jatuhnya korban tentara Inggris dan Amerika kepada berita tentang jatuhnya korban warga Iraq akibat serangan “ terosir “
Akibatnya pasukan Amerika berubah status, dari pasukan penjajah yang melakukan invasi menjadi pelindung rakyat Iraq dari serangan teroris. Sementara rakyat Iraq di tengah keprihatinannya akibat sering jatuhnya korban oleh serangan bom lalu diarahkan untuk memusuhi para mujahidin dan mendudkung tentara Amerika sang penjajah.
Sungguh memahami syariat dan realitas serta mengetahui maker-makar musuh akan membantu mujahidin untuk memilih sasaran, tempat dan waktu yang sesuai.
Mereka mujahid tapi salah langkah, Syaikh Abu Muhammad Almaqdisi hal 22-24
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (6)
Jangan Terlalu Hati-Hati
Sikap takut berlebihan yang akhirnya mengundang kecurigaan musuh adalah sifat tidak terpuji. Begitu takutnya hingga ia tidak bisa bergerak seolah takut pada bayangannya sendiri. Ia begitu takut terhadap musuh seolah mereka mengetahui segala rahasia dan isi hati manusia. Karena takut akan kecanggihan teknologi deteksi musuh, ia hamper tidak menggunakan computer, telepon dan alat komunikasi lainnnya.
Padahal mengatasi deteksi musuh ini bisa dilakukan dengan sedikit saja mempelajari teknologinya. Hal itu bisa ditambah dengan mengenali berbagai metode untuk mengecoh dan menghilangkan jejak agar musuh tak mampu mendeteksi. Bila kita meninggalkan sarana-sarana ini dalam aktivitas jihad dengan alasan takut disadap atau terlalu khawatir tanpa alasan ilmiah maka itu adalah kekalahan di hadapan teknologi musuh dan silau terhadap kemampuan mereka.
Saya pernah berkunjung ke rumah seorang pemuda yang baru keluar dari penjara. Belum saja saya duduk ia langsung menyalakan radio dengan volume keras. Saya berkata : apa urusan kita dengan radio ? matikan saja agar kita bisa berbincang-bincang. Ia berkata : ini penting untuk mengkaburkan alaalat penyadap bila ada. Maka saya berkata : rumah ini adalah rumahmu, dan pembicaraan kita bersifat kekeluargaan, bukan tentang perang bukan pula tentang dakwah.
Sebagaian aktivis sangat berhati-hati jika berbicara lewat telephon. Ia gunakan berbagai sandi dank ode yang susah untuk dipahami. Seandainya musuh mendengar kode itu justru mereka akan curiga. Mereka akan menduga di balik pembicaraan itu ada rencana operasi yang lebih dahsyat dari serangan ke New York atau Washington. Padahal materi pembicaraan tersebut sangat sepele, sama sekali tidak butuh kode dan sandi rahasia.
Pada banyak keadaan, terkadang berterus terang dengan ucapan adalah lebih utama karena tidak ada masalah di dalamnya. Namun demikian sebagoian orang bertindak berlebihan. Misalnya seorang dari mereka menelponmu dan berkata : ada titipan penting yang harus saya sampaikan. Ternyata titipan itu hanya sebungkus kue, sehelai baju atau sebotol minyak yang tidak ada masalah jika disebutkan terang-terangan. Juga undangan makan siang atau makan malam yang kerap disandikan seolah rapat penting akan digelar.
Orang-orang yang berlebihan itu menyukai samara dan tipuan ala film spionase. Mereka tidak mengetahui bahwa hal itu justru membahayakan dan tidak bermanfaat terutama bila komunikasi dilakukan dengan orang-orang yang tengah dipantau oleh aparat keamanan. Musuh tentu akan memperhitungkan setiap percakapan yang dilakukan.
Jika mereka sampai ditangkap, tentu musuh tidak akan percaya walaupun mereka bersumpah bahwa titipan itu adalah hal-hal yang tadi disebutkan atau bahwa pertemuan itu memang betul-betul makan siang. Kemudian musuh Alloh itu akan menyiksa agar mereka menyerahkan senjata dan bahan peledak serta mengakui ada pertemuan penting di balik sandi dan kode tersebut.
Sikap takut berlebihan yang akhirnya mengundang kecurigaan musuh adalah sifat tidak terpuji. Begitu takutnya hingga ia tidak bisa bergerak seolah takut pada bayangannya sendiri. Ia begitu takut terhadap musuh seolah mereka mengetahui segala rahasia dan isi hati manusia. Karena takut akan kecanggihan teknologi deteksi musuh, ia hamper tidak menggunakan computer, telepon dan alat komunikasi lainnnya.
Padahal mengatasi deteksi musuh ini bisa dilakukan dengan sedikit saja mempelajari teknologinya. Hal itu bisa ditambah dengan mengenali berbagai metode untuk mengecoh dan menghilangkan jejak agar musuh tak mampu mendeteksi. Bila kita meninggalkan sarana-sarana ini dalam aktivitas jihad dengan alasan takut disadap atau terlalu khawatir tanpa alasan ilmiah maka itu adalah kekalahan di hadapan teknologi musuh dan silau terhadap kemampuan mereka.
Saya pernah berkunjung ke rumah seorang pemuda yang baru keluar dari penjara. Belum saja saya duduk ia langsung menyalakan radio dengan volume keras. Saya berkata : apa urusan kita dengan radio ? matikan saja agar kita bisa berbincang-bincang. Ia berkata : ini penting untuk mengkaburkan alaalat penyadap bila ada. Maka saya berkata : rumah ini adalah rumahmu, dan pembicaraan kita bersifat kekeluargaan, bukan tentang perang bukan pula tentang dakwah.
Sebagaian aktivis sangat berhati-hati jika berbicara lewat telephon. Ia gunakan berbagai sandi dank ode yang susah untuk dipahami. Seandainya musuh mendengar kode itu justru mereka akan curiga. Mereka akan menduga di balik pembicaraan itu ada rencana operasi yang lebih dahsyat dari serangan ke New York atau Washington. Padahal materi pembicaraan tersebut sangat sepele, sama sekali tidak butuh kode dan sandi rahasia.
Pada banyak keadaan, terkadang berterus terang dengan ucapan adalah lebih utama karena tidak ada masalah di dalamnya. Namun demikian sebagoian orang bertindak berlebihan. Misalnya seorang dari mereka menelponmu dan berkata : ada titipan penting yang harus saya sampaikan. Ternyata titipan itu hanya sebungkus kue, sehelai baju atau sebotol minyak yang tidak ada masalah jika disebutkan terang-terangan. Juga undangan makan siang atau makan malam yang kerap disandikan seolah rapat penting akan digelar.
Orang-orang yang berlebihan itu menyukai samara dan tipuan ala film spionase. Mereka tidak mengetahui bahwa hal itu justru membahayakan dan tidak bermanfaat terutama bila komunikasi dilakukan dengan orang-orang yang tengah dipantau oleh aparat keamanan. Musuh tentu akan memperhitungkan setiap percakapan yang dilakukan.
Jika mereka sampai ditangkap, tentu musuh tidak akan percaya walaupun mereka bersumpah bahwa titipan itu adalah hal-hal yang tadi disebutkan atau bahwa pertemuan itu memang betul-betul makan siang. Kemudian musuh Alloh itu akan menyiksa agar mereka menyerahkan senjata dan bahan peledak serta mengakui ada pertemuan penting di balik sandi dan kode tersebut.
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (5)
Jangan Sok Nasionalis !
Saya mengetahui ada seorang pemuda menemukan bom di hutan dan dia membawa bom itu ke rumahnya. Kemudian dia memutuskan untuk menjadi “ warga negara yang baik “ dan pergi melapor ke kantor polisi. Tentu ia berhusnudzon kepada para polisi dan tidak menganggapnya sebagai orang kafir.
Polisi memintanya untuk menunggu mereka di rumah dan mereka akan datang untuk mengambil bom sejam kemudian. Kurang dari satu jam mereka telah datang dengan jumlah pasukan yang besar dan peralatan lengkap. Personel kepolisian, detasemen khusus dan mobil-mobil yang dipersenjatai mengepung rumah pemuda tersebut. Kemudian mereka menggrebek rumah itu dan menangkap dia bersama bomnya.
Mereka menyidik dia dengan tuduhan memiliki bom dan bahan peledak secara ilegal. Mereka tidak mengutarakan masalah yang sebenarnya bahwa dia sendirilah yang melaporkan yang melaporkan keberadaan bom itu kepada mereka. Pihak polisi justru mengaku bahwa aparat intelejen dan polisi yang berhasil menemukan bom itu setelah mereka mengintai rumahnya. Mereka mengklaim telah melindungi masyarakat dari bahaya yang mengancam warga, sementara “ warga negara yang baik itu “ justru divonis tujuh tahun penjara. Sementara polisi mendapatkan kenaikan pangkat atas “ keberhasilannya mengungkap sang teroris yang nasionalis “
Saya mengetahui ada seorang pemuda menemukan bom di hutan dan dia membawa bom itu ke rumahnya. Kemudian dia memutuskan untuk menjadi “ warga negara yang baik “ dan pergi melapor ke kantor polisi. Tentu ia berhusnudzon kepada para polisi dan tidak menganggapnya sebagai orang kafir.
Polisi memintanya untuk menunggu mereka di rumah dan mereka akan datang untuk mengambil bom sejam kemudian. Kurang dari satu jam mereka telah datang dengan jumlah pasukan yang besar dan peralatan lengkap. Personel kepolisian, detasemen khusus dan mobil-mobil yang dipersenjatai mengepung rumah pemuda tersebut. Kemudian mereka menggrebek rumah itu dan menangkap dia bersama bomnya.
Mereka menyidik dia dengan tuduhan memiliki bom dan bahan peledak secara ilegal. Mereka tidak mengutarakan masalah yang sebenarnya bahwa dia sendirilah yang melaporkan yang melaporkan keberadaan bom itu kepada mereka. Pihak polisi justru mengaku bahwa aparat intelejen dan polisi yang berhasil menemukan bom itu setelah mereka mengintai rumahnya. Mereka mengklaim telah melindungi masyarakat dari bahaya yang mengancam warga, sementara “ warga negara yang baik itu “ justru divonis tujuh tahun penjara. Sementara polisi mendapatkan kenaikan pangkat atas “ keberhasilannya mengungkap sang teroris yang nasionalis “
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (4)
Berjuang Serabutan
Tidak seorangpun yang berakal meragukan bahwa amal jama’i yang rapi dan jelas targetnya lebih baik daripada amal fardi (sendiri-sendiri) apalagi Alloh telah menegaskan bahwa Dia mencintainya.
Amal jama’i terasa lebih baik bila para pimpinannya menguasai ilmu syar’i dan waqi’ (ilmu realitas) yang mendalam dan terperinci sehingga ia tidak memandang realitas dengan dangkal dan lugu tetapi dengan pandangan yang dalam, jeli dan jauh. Para pemimpin yang tidak menyikapi urusan dengan perasaan dan semangat kosong. Yang paham bahwa suatu jamaah tidak boleh bergerak seperti individu yang selalu berubah tujuan dan metode sesuai kondisi.
Amal serabutan yang tidak terkontrol dengan strategi mungkin masih bisa ditolerir bagi amal fardi. Namun bila itu dilakukan oleh jamaah, berarti jamaah ini tidak menghargai kerja keras, tidak peduli dengan umur para pemuda yang menjadi anggotanya serta tidak amanah terhadap harta kaum muslimin walaupun ia mengklaim sebaliknya.
Di jaman ini banyak sekali kelompok yang serabutan dan tidak memiliki sedikitpun pengalaman amal jama’i. Pada akhirnya sikap ngawur dan serabutan dalam amal ini akan menggiringnya pada kegagalan, terpecah belah dan berujung di penjara.
Ada jamaah yang aktif dalam dakwah tauhid kemudian tiba-tiba negerinya mengalami perubahan misalnya terjadi kesepakatan damai dengan yahudi atau pengejaran seorang ikhwan oleh musuh Alloh. Anggota kelompok itu atau mayoritasnya berkumpul dan bersepakat untuk mengangkat senjata terhadap yahudi atau turis asing atau mereka mengambil keputusan untuk melawan pemerintah dalam rangka menolong ikhwan yang dikejar.
Pilihan mereka terpecah antara pilihan yang mendadak dan tidak dikaji dengan program yang sudah direncanakan. Keputusan itu dipicu oleh kedatangan momen sesaat. Kadang mayoritas mereka menelantarkan dakwah yang telah berjalan dengan baik dan justru melompat kepada aktivitas yang tidak mereka kuasai.
Kadang jamaah ini terpecah menjadi banyak kelompok. Para pendukung ide pemanfaatan momen sesaat mencela kelompok yang tetap setia kepada dakwah. Kelompok pertama menghina kelompok kedua dan mengganggapnya dengan tuduhan duduk-duduk dan meninggalkan jihad atau menelantarkan ikhwan lain. Keluarlah ucapan-ucapan nyaring yang penuh semangat dan celaan terhadap orang-orang yang sabar dalam dakwah itu. Padahal terkadang para pencela itu jauh sekali dari medan yang mereka bicarakan bahkan tidak tahu realitas yang sebenarnya.
Jadilah mereka mengobarkan semangat orang, mendorong dan mencela atas dasar kebodohan. Mereka membicarakan hal yang tidak mereka ketahui dengan emosional dan bersemangat namun tidak lama kemudian redup dan padam di hadapan realitas. Kemudian tragedi itu berlalu dan momen itupun selesai, namun semangat kosong itu telah membuahkan sikap ngawur dalam beramal.
Alangkah sakitnya hati saya manakala melihat jamaah yang dulu besar dan diikuti banyak pemuda, kini berguguran. Ibarat menenun kain, benang-benangnya kembali diurai setelah terjalin. Jamaah itu menggugurkan misi pokok dan inti dakwahnya dengan alasan revisi dan evaluasi. Padahal, evaluasi serta penetapan hal yang prinsip seharusnya dilakukan sebelum amal, dakwah dan jihad ditempuh.
Tidak seorangpun yang berakal meragukan bahwa amal jama’i yang rapi dan jelas targetnya lebih baik daripada amal fardi (sendiri-sendiri) apalagi Alloh telah menegaskan bahwa Dia mencintainya.
Amal jama’i terasa lebih baik bila para pimpinannya menguasai ilmu syar’i dan waqi’ (ilmu realitas) yang mendalam dan terperinci sehingga ia tidak memandang realitas dengan dangkal dan lugu tetapi dengan pandangan yang dalam, jeli dan jauh. Para pemimpin yang tidak menyikapi urusan dengan perasaan dan semangat kosong. Yang paham bahwa suatu jamaah tidak boleh bergerak seperti individu yang selalu berubah tujuan dan metode sesuai kondisi.
Amal serabutan yang tidak terkontrol dengan strategi mungkin masih bisa ditolerir bagi amal fardi. Namun bila itu dilakukan oleh jamaah, berarti jamaah ini tidak menghargai kerja keras, tidak peduli dengan umur para pemuda yang menjadi anggotanya serta tidak amanah terhadap harta kaum muslimin walaupun ia mengklaim sebaliknya.
Di jaman ini banyak sekali kelompok yang serabutan dan tidak memiliki sedikitpun pengalaman amal jama’i. Pada akhirnya sikap ngawur dan serabutan dalam amal ini akan menggiringnya pada kegagalan, terpecah belah dan berujung di penjara.
Ada jamaah yang aktif dalam dakwah tauhid kemudian tiba-tiba negerinya mengalami perubahan misalnya terjadi kesepakatan damai dengan yahudi atau pengejaran seorang ikhwan oleh musuh Alloh. Anggota kelompok itu atau mayoritasnya berkumpul dan bersepakat untuk mengangkat senjata terhadap yahudi atau turis asing atau mereka mengambil keputusan untuk melawan pemerintah dalam rangka menolong ikhwan yang dikejar.
Pilihan mereka terpecah antara pilihan yang mendadak dan tidak dikaji dengan program yang sudah direncanakan. Keputusan itu dipicu oleh kedatangan momen sesaat. Kadang mayoritas mereka menelantarkan dakwah yang telah berjalan dengan baik dan justru melompat kepada aktivitas yang tidak mereka kuasai.
Kadang jamaah ini terpecah menjadi banyak kelompok. Para pendukung ide pemanfaatan momen sesaat mencela kelompok yang tetap setia kepada dakwah. Kelompok pertama menghina kelompok kedua dan mengganggapnya dengan tuduhan duduk-duduk dan meninggalkan jihad atau menelantarkan ikhwan lain. Keluarlah ucapan-ucapan nyaring yang penuh semangat dan celaan terhadap orang-orang yang sabar dalam dakwah itu. Padahal terkadang para pencela itu jauh sekali dari medan yang mereka bicarakan bahkan tidak tahu realitas yang sebenarnya.
Jadilah mereka mengobarkan semangat orang, mendorong dan mencela atas dasar kebodohan. Mereka membicarakan hal yang tidak mereka ketahui dengan emosional dan bersemangat namun tidak lama kemudian redup dan padam di hadapan realitas. Kemudian tragedi itu berlalu dan momen itupun selesai, namun semangat kosong itu telah membuahkan sikap ngawur dalam beramal.
Alangkah sakitnya hati saya manakala melihat jamaah yang dulu besar dan diikuti banyak pemuda, kini berguguran. Ibarat menenun kain, benang-benangnya kembali diurai setelah terjalin. Jamaah itu menggugurkan misi pokok dan inti dakwahnya dengan alasan revisi dan evaluasi. Padahal, evaluasi serta penetapan hal yang prinsip seharusnya dilakukan sebelum amal, dakwah dan jihad ditempuh.
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (3)
Berbohonglah kepada musuh !
Mengambil sikap hati-hati, siap siaga dan menjaga rahasia dalam amal jihadi adalah hal yang disyariatkan dalam din kita bahkan diwajibkan dalam banyak keadaan. Itulah yang disebut dengan kitman.
Sikap kitman tidak terbatas pada menyembunyikan rahasia saja akan tetapi termasuk memecah perhatian musuh. Mengecoh musuh dengan tipu daya bukan perbuatan tercela dalam islam. Meninggalkan masalah ini bisa menyebabkan musuh menguasai para da’i dan mujahidin serta menggagalkan upaya jihad mereka.
Dengan dalih bahwa teknologi modern mampu menyadap suara orang melalui satelit atau menganggap musuh sudah tahu apa yang ada pada diri kita, lantas dalam sebuah persidangan atau interogasi, ia dengan lugunya menyampaikan pengakuan di hadapan mereka padahal tidak ada sedikitpun pukulan atau ancaman yang ia terima. Ia merasa keberatan berdusta di hadapan mereka karena toh kedustaannya akan terbongkar lewat sarana teknologi.
Apa bahayanya kedustaan terhadap mereka, apakah ia merasa malu berdusta terhadap makhluq Alloh yang paling dusta, paling busuk dan paling khianat ?
Padahal kedustaannya adalah untuk melindungi dakwah dan jihad serta menghindarkan kezaliman dari dirinya dan ikhwannya. Sementara kedustaan mereka adalah untuk memberangus dakwah, menghabisi jihad serta menzalimi dia dan ikhwannya.
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 74-75
Mengambil sikap hati-hati, siap siaga dan menjaga rahasia dalam amal jihadi adalah hal yang disyariatkan dalam din kita bahkan diwajibkan dalam banyak keadaan. Itulah yang disebut dengan kitman.
Sikap kitman tidak terbatas pada menyembunyikan rahasia saja akan tetapi termasuk memecah perhatian musuh. Mengecoh musuh dengan tipu daya bukan perbuatan tercela dalam islam. Meninggalkan masalah ini bisa menyebabkan musuh menguasai para da’i dan mujahidin serta menggagalkan upaya jihad mereka.
Dengan dalih bahwa teknologi modern mampu menyadap suara orang melalui satelit atau menganggap musuh sudah tahu apa yang ada pada diri kita, lantas dalam sebuah persidangan atau interogasi, ia dengan lugunya menyampaikan pengakuan di hadapan mereka padahal tidak ada sedikitpun pukulan atau ancaman yang ia terima. Ia merasa keberatan berdusta di hadapan mereka karena toh kedustaannya akan terbongkar lewat sarana teknologi.
Apa bahayanya kedustaan terhadap mereka, apakah ia merasa malu berdusta terhadap makhluq Alloh yang paling dusta, paling busuk dan paling khianat ?
Padahal kedustaannya adalah untuk melindungi dakwah dan jihad serta menghindarkan kezaliman dari dirinya dan ikhwannya. Sementara kedustaan mereka adalah untuk memberangus dakwah, menghabisi jihad serta menzalimi dia dan ikhwannya.
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 74-75
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (2)
Amal Jama’i
Orang yang bergerak dengan amal jama’i akan bergerak dengan tenang, rapi, berkesinambungan dan tidak terpengaruh oleh gangguan kondisi dan perubahan keadaan.
Pada jaman ini kita menderita karena krisis amal jama’i. Alangkah susahnya menemukan mereka yang serius dan tenang tanpa banyak omong, yang berjalan terus secara terarah, tidak goyah dan tidak mudah terpengaruh.
Kelompok yang penuh berkah itu terprogram dengan proyeknya. Selama beberapa tahun mereka tidak melenceng dari tujuan yang digariskan. Mereka berhati-hati dan mengekang lidah dari banyak bicara.
Mereka terus berlatih walaupun kondisi dunia terus berubah sampai tujuannnya tercapai. Semua itu jarang ditemui dalam amal jama’i di jaman ini. Hal-hal itu wajib diperhatikan oleh para mujahid yang bekerja demi kejayaan din ini.
Orang yang pernah terjun ke medan jihad dan dakwah dan berinteraksi dengan berbagai jamaah tentu mengetahui kekurangan kita. Kita tidak pernah kekurangan orang-orang yang berani, sholih, taqwa dan waro’ yang siap mengorbankan dirinya di jalan Alloh. Akan tetapi bukan dengan sifat itu saja din ini dimenangkan. Kita bisa bergerak dan mencapai tujuan bila melakukannya lewat amal jama’i.
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 63
Orang yang bergerak dengan amal jama’i akan bergerak dengan tenang, rapi, berkesinambungan dan tidak terpengaruh oleh gangguan kondisi dan perubahan keadaan.
Pada jaman ini kita menderita karena krisis amal jama’i. Alangkah susahnya menemukan mereka yang serius dan tenang tanpa banyak omong, yang berjalan terus secara terarah, tidak goyah dan tidak mudah terpengaruh.
Kelompok yang penuh berkah itu terprogram dengan proyeknya. Selama beberapa tahun mereka tidak melenceng dari tujuan yang digariskan. Mereka berhati-hati dan mengekang lidah dari banyak bicara.
Mereka terus berlatih walaupun kondisi dunia terus berubah sampai tujuannnya tercapai. Semua itu jarang ditemui dalam amal jama’i di jaman ini. Hal-hal itu wajib diperhatikan oleh para mujahid yang bekerja demi kejayaan din ini.
Orang yang pernah terjun ke medan jihad dan dakwah dan berinteraksi dengan berbagai jamaah tentu mengetahui kekurangan kita. Kita tidak pernah kekurangan orang-orang yang berani, sholih, taqwa dan waro’ yang siap mengorbankan dirinya di jalan Alloh. Akan tetapi bukan dengan sifat itu saja din ini dimenangkan. Kita bisa bergerak dan mencapai tujuan bila melakukannya lewat amal jama’i.
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 63
Nasehat Abu Muhammad Almaqdisi (1)
Akibat Serabutan Dalam Beramal
Suatu saat anda akan mendapati suatu jamaah terlibat konfrontasi dengan kelompok Kristen. Kemudian tiba-tiba sibuk dengan amar ma’ruf nahi munkar. Jamaah ini menggrebek pesta-pesta pernikahan dan menghancurkan kursi-kursinya di atas kepala para penyanyi, orang-orang yang berjoget dan tamu undangan. Terkadang jamaah ini menaburkan bahan kimia yang membakar terhadap wanita yang tabarruj. Kemudian pada kesempatan lain membunuhi para turis. Pokoknya keras dan radikal.
Namun setelah mendapat ujian, tidak lama kemudian ia rujuk dan mengaku bersalah, atau justru mundur terpecah belah dan tercerai berai. Fenomena tersebut dijadikan pijakan oleh lawan-lawan gerakan jihad untuk mencela gerakan ini. Padahal orang yang melihat pada akar pemahamannya akan tahu bahwa cacat itu telah ada sejak awal.
Kesedihan yang sama juga saya rasakan saat melihat banyak perkumpulan yang aktif dalam dakwah tauhid serta menghadang para penyeru fitnah jahmiyyah dan murjiah. Tetapi mereka mengosongkan medan dakwah kemudian ke suatu negeri yang katanyan hukum Alloh dan kelompok perlawanan bersih telah ada di sana. Para pemuda itu meninggalkan dakwah dan kerja keras di negerinya secara tiba-tiba padahal mereka tahu bahwa kembali ke sana akan dipersulit oleh para thoghut.
Setelah itu mereka terkejut, ternyata orang-orang yang menyemangati mereka untuk hijrah telah melebih-lebihkan gambaran manis tentang negeri tempat hijrah itu. Faktor pendorong satu-satunya hanyalah emosi dan semangat yang dangkal dan bisa menjadi rasa bosan dari kejaran para thoghut di negeri mereka sendiri.
Realitas ini menyebabkan perkumpulan itu terpecah, sebagian kembali ke negeri asalnya untuk selanjutnya ditangkap pihak intelejen dan hanya bisa bebas setelah memberikan informasi tentang ikhwan, gerakan, aktivitas dan rencana mereka.
Tidak aneh kalau orang-orang ini tidak bisa merealisasikan suatu tujuan, target ataupun program, apalagi bisa mendirikn negara. Orang awam di negeri kami berkata “ banyak berpindah sedikit dapat buruan “
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 66-68
Suatu saat anda akan mendapati suatu jamaah terlibat konfrontasi dengan kelompok Kristen. Kemudian tiba-tiba sibuk dengan amar ma’ruf nahi munkar. Jamaah ini menggrebek pesta-pesta pernikahan dan menghancurkan kursi-kursinya di atas kepala para penyanyi, orang-orang yang berjoget dan tamu undangan. Terkadang jamaah ini menaburkan bahan kimia yang membakar terhadap wanita yang tabarruj. Kemudian pada kesempatan lain membunuhi para turis. Pokoknya keras dan radikal.
Namun setelah mendapat ujian, tidak lama kemudian ia rujuk dan mengaku bersalah, atau justru mundur terpecah belah dan tercerai berai. Fenomena tersebut dijadikan pijakan oleh lawan-lawan gerakan jihad untuk mencela gerakan ini. Padahal orang yang melihat pada akar pemahamannya akan tahu bahwa cacat itu telah ada sejak awal.
Kesedihan yang sama juga saya rasakan saat melihat banyak perkumpulan yang aktif dalam dakwah tauhid serta menghadang para penyeru fitnah jahmiyyah dan murjiah. Tetapi mereka mengosongkan medan dakwah kemudian ke suatu negeri yang katanyan hukum Alloh dan kelompok perlawanan bersih telah ada di sana. Para pemuda itu meninggalkan dakwah dan kerja keras di negerinya secara tiba-tiba padahal mereka tahu bahwa kembali ke sana akan dipersulit oleh para thoghut.
Setelah itu mereka terkejut, ternyata orang-orang yang menyemangati mereka untuk hijrah telah melebih-lebihkan gambaran manis tentang negeri tempat hijrah itu. Faktor pendorong satu-satunya hanyalah emosi dan semangat yang dangkal dan bisa menjadi rasa bosan dari kejaran para thoghut di negeri mereka sendiri.
Realitas ini menyebabkan perkumpulan itu terpecah, sebagian kembali ke negeri asalnya untuk selanjutnya ditangkap pihak intelejen dan hanya bisa bebas setelah memberikan informasi tentang ikhwan, gerakan, aktivitas dan rencana mereka.
Tidak aneh kalau orang-orang ini tidak bisa merealisasikan suatu tujuan, target ataupun program, apalagi bisa mendirikn negara. Orang awam di negeri kami berkata “ banyak berpindah sedikit dapat buruan “
Mereka mujahid tapi salah langkah, Abu Muhammad Almaqdisi hal 66-68
Tempat Yang Steril Dari Perbuatan Dosa
Tempat itu bernama aljannah, berdasarkan informasi dari Alloh :
لاَ يَسْمَعُوْنَ فِيْهاَ لَغْواً إلاَّ سَلاَماً وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيْهاَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Mereka tidak mendengar Perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali Ucapan salam. bagi mereka rezkinya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang. [maryam : 62]
لاَ يَسْمَعُوْنَ فِيْهاَ لَغْواً وَّ لاَ تَأْثِيْماً إلاَّ قِيْلاً سَلاَماً سَلاَماً
25. Mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa,
26. Akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam [alwaqiah : 25-26]
لاَ يَسْمَعُوْنَ فِيْهاَ لَغْواً وَّ لاَ كِذَّاباً
Di dalamnya mereka tidak mendengar Perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) Perkataan dusta. [annaba’ : 35]
لاَ تَسْمَعُ فِيْهاَ لاَ غِيَةً
Tidak kamu dengar di dalamnya Perkataan yang tidak berguna. [alghosyiyah : 11]
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : mereka penghuni aljannah tidak akan mendengar perkataan sia-sia di jannatunna’im, tidak juga perkataan yang kosong dari faidah dan tidak pula perkataan yang mendatangkan dosa bagi penghuninya. Hal itu disebabkan karena aljannah adalah tempat tinggal orang-orang baik oleh karena itu tidak ada di dalamnya selain kebaikan. Ini merupakan bukti akan agungnya akhlaq penghuni aljannah dalam obrolan sesama mereka. Ucapan mereka adalah sebaik-baik ucapan, membuat tentram di hati dan selamat dari kesia-siaan. Kita berdoa semoga Alloh memberi karunia itu kepada kita.
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : mereka penghuni aljannah memiliki perkataan yang baik karena mereka senantiasa bergaul dengan malaikat, mendengar perkataan mereka (lalu mereka menirunya)
Sementara beliau memaknai laghwan (sia-sia) adalah perkataan yang tidak mendatangkan manfaat buat akhirat dan tidak menghasilkan dirham (keuntungan materi) di dunia.
Lalu bagaimana dengan penghuni aljannah yang di dunianya terjadi persengketaan dan permusuhan ? Alloh akan menyelesaikan silih sengketa di antara mereka sebelum mereka memasuki aljannah. Satu dengan yang lain akan saling membalas sesuai dengan kezaliman masing-masing. Selanjutnya perasaan dendam akan dicabut dan merekapun memasuki aljannah dalam keadaan bersaudara :
وَنَزَعْناَ ماَفِي صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهِمُ الأَنْهاَرُ وَقاَلُوْا الْحَمْدُ لله الَّذِي هَدَاناَ لِهاَذَا وَماَ كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أنْ هَدَاناَ الله لَقَدْ جاَءَتْ رُسُلُ رَبِّناَ بِالْحَقِّ وَنُوْدُوْا أنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أوْرِثْتُمُوْهاَ بِماَ كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang Rasul-rasul Tuhan Kami, membawa kebenaran. dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan. [al a’rof : 43]
وَنَزَعْناَ ماَفِي صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ إخْوَاناً عَلَى سُرُرٍ مُّتَقاَبِلِيْنَ
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. [alhijr : 47]
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلُصُ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ فَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَيُقَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَأَحَدُهُمْ أَهْدَى بِمَنْزِلِهِ فِي الْجَنَّةِ مِنْهُ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا
Dari Abu sa'id Al Khudzri radhilayyahu'anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Orang mukmin selamat dari neraka, kemudian dihisab diatas jembatan antara surga dan neraka, sehingga kezhaliman sesama mereka di dunia diqisas satu sama lainnya, sehingga jika mereka telah bersih dan suci, mereka dipersilahkan masuk surga, Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh mereka lebih kenal hunian mereka di surga, daripada mereka kenal terhadap huniannya ketika di dunia. [HR Bukhori dan Ahmad]
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 871 dan 1570
Taisir Kalim Arrohman Fiitafsir Kalaamil Mannaan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/788
لاَ يَسْمَعُوْنَ فِيْهاَ لَغْواً إلاَّ سَلاَماً وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيْهاَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Mereka tidak mendengar Perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali Ucapan salam. bagi mereka rezkinya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang. [maryam : 62]
لاَ يَسْمَعُوْنَ فِيْهاَ لَغْواً وَّ لاَ تَأْثِيْماً إلاَّ قِيْلاً سَلاَماً سَلاَماً
25. Mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa,
26. Akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam [alwaqiah : 25-26]
لاَ يَسْمَعُوْنَ فِيْهاَ لَغْواً وَّ لاَ كِذَّاباً
Di dalamnya mereka tidak mendengar Perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) Perkataan dusta. [annaba’ : 35]
لاَ تَسْمَعُ فِيْهاَ لاَ غِيَةً
Tidak kamu dengar di dalamnya Perkataan yang tidak berguna. [alghosyiyah : 11]
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : mereka penghuni aljannah tidak akan mendengar perkataan sia-sia di jannatunna’im, tidak juga perkataan yang kosong dari faidah dan tidak pula perkataan yang mendatangkan dosa bagi penghuninya. Hal itu disebabkan karena aljannah adalah tempat tinggal orang-orang baik oleh karena itu tidak ada di dalamnya selain kebaikan. Ini merupakan bukti akan agungnya akhlaq penghuni aljannah dalam obrolan sesama mereka. Ucapan mereka adalah sebaik-baik ucapan, membuat tentram di hati dan selamat dari kesia-siaan. Kita berdoa semoga Alloh memberi karunia itu kepada kita.
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : mereka penghuni aljannah memiliki perkataan yang baik karena mereka senantiasa bergaul dengan malaikat, mendengar perkataan mereka (lalu mereka menirunya)
Sementara beliau memaknai laghwan (sia-sia) adalah perkataan yang tidak mendatangkan manfaat buat akhirat dan tidak menghasilkan dirham (keuntungan materi) di dunia.
Lalu bagaimana dengan penghuni aljannah yang di dunianya terjadi persengketaan dan permusuhan ? Alloh akan menyelesaikan silih sengketa di antara mereka sebelum mereka memasuki aljannah. Satu dengan yang lain akan saling membalas sesuai dengan kezaliman masing-masing. Selanjutnya perasaan dendam akan dicabut dan merekapun memasuki aljannah dalam keadaan bersaudara :
وَنَزَعْناَ ماَفِي صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهِمُ الأَنْهاَرُ وَقاَلُوْا الْحَمْدُ لله الَّذِي هَدَاناَ لِهاَذَا وَماَ كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أنْ هَدَاناَ الله لَقَدْ جاَءَتْ رُسُلُ رَبِّناَ بِالْحَقِّ وَنُوْدُوْا أنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أوْرِثْتُمُوْهاَ بِماَ كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang Rasul-rasul Tuhan Kami, membawa kebenaran. dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan. [al a’rof : 43]
وَنَزَعْناَ ماَفِي صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ إخْوَاناً عَلَى سُرُرٍ مُّتَقاَبِلِيْنَ
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. [alhijr : 47]
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْلُصُ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ فَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَيُقَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَأَحَدُهُمْ أَهْدَى بِمَنْزِلِهِ فِي الْجَنَّةِ مِنْهُ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا
Dari Abu sa'id Al Khudzri radhilayyahu'anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Orang mukmin selamat dari neraka, kemudian dihisab diatas jembatan antara surga dan neraka, sehingga kezhaliman sesama mereka di dunia diqisas satu sama lainnya, sehingga jika mereka telah bersih dan suci, mereka dipersilahkan masuk surga, Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh mereka lebih kenal hunian mereka di surga, daripada mereka kenal terhadap huniannya ketika di dunia. [HR Bukhori dan Ahmad]
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 871 dan 1570
Taisir Kalim Arrohman Fiitafsir Kalaamil Mannaan, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/788
Cara Menghilangkan Dosa
1. Istighfar
Imam Muslim membuat judul dalam kitab shohihnya “ Baabu Suquuthidz Dzunuubi Bil Istighfar Taubatan “ (Bab Gugurnya Dosa Dengan Istighfar Dengan Niat Taubat). Beliau tampilkan hadits :
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَوْ أَنَّكُمْ لَمْ تَكُنْ لَكُمْ ذُنُوبٌ يَغْفِرُهَا اللَّهُ لَكُمْ لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ لَهُمْ ذُنُوبٌ يَغْفِرُهَا لَهُمْ
Dari Abu Ayyub Al Anshari dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Seandainya kamu sekalian tidak mempunyai dosa sedikit pun yang patut diampuni Allah, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang melakukan dosa untuk diberikan ampunan bagi mereka. [HR Muslim dan Tirmidzi]
Istighfar yang menjadi kebiasan rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah 3 kali setelah mengucapkan salam dari sholat atau dalam riwayat lain beliau mengucapkan istighfar dalam setiap harinya antara 70 hingga 100 kali. Dan Sebaik-baik istighfar adalah ucapan sayyidul istighfar :
وَعَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( سَيِّدُ اَلِاسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُولَ اَلْعَبْدُ اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اِسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Dari Syaddad Ibnu Aus Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Permohonan ampunan (istighfar) yang paling utama ialah seorang hamba membaca (artinya = Ya Allah Engkaulah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakan diriku aku hamba-Mu aku selalu berada dalam ikatan-Mu dan perjanjian-Mu selama aku mampu aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku maka ampunilah aku sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau)" [HR Bukhori]
2. Amal sholih
Menyaingi amal buruk dengan amal sholih adalah solusi untuk menghapus dosa karena Alloh memberi kaedah :
إنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْتَ السَّيِّئَاتِ
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk [hud : 114]
Ayat di atas diperjelas oleh beberapa hadits di antaranya :
عَنْ عُثْمَانَ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ فَيُصَلِّي صَلَاةً إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الَّتِي تَلِيهَا
Dari Utsman bin Affan : Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang laki-laki muslim berwudlu, lalu memperbagus wudlunya, lalu melakukan shalat, melainkan pasti Allah mengampuni dosanya antara dia dan shalat sesudahnya [HR Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan Ramadlan ke Ramadlan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar [HR Muslim]
3. Musibah
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya. [HR Bukhori dan Muslim]
Ibnu Hajar Al Atsqolani menerangkan bahwa musibah yang menimpa seseorang berfungsi tiga, yaitu : hukuman atas perbuatan dosa, ampunan atas dosa dan mengangkat derajat
4. Hukum hudud
Pencuri yang dipotong tangannya, pezina yang dirajam, dera bagi pemabuk dan lainnya cukup menjadi sarana terhapusnya dosa sebagaimana sebuah riwayat tentang wanita dari Juhainah yang dihukum rajam hingga mati, oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dikomentari :
لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ تَوْبَةً أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ تَعَالَى
Sungguh, dia telah bertaubat kalau sekiranya taubatnya dibagi-bagikan kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah, pasti taubatnya akan mencukupi mereka semua. Adakah taubat yang lebih utama daripada menyerahkan nyawa kepada Allah Ta'ala secara ikhlas [HR Muslim]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : hukuman dunia akan menghapus dosa bila disertai dengan penyesalan dan taubat.
5. Tauhid
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
قال موسى يا رب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله، قال : يا رب كل عبادك يقولون هذا، قال موسى : لو أن السموات السبع وعامرهن – غيري – والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفـة، مالت بهـن لا إله إلا الله
Musa berkata : Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingatMu dan berdoa kepadaMu, Allah berfirman : Ucapkan hai Musaلا إله إلا الله , Musa berkata : Ya Rabb, semua hambaMu mengucapkan itu”, Allah menjawab :” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimatلا إله إلا الله diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimatلا إله إلا الله lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban, dan Imam Hakim sekaligus menshohehkannya).
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu ia berkata aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة
Allah Subhanahu wata’ala berfirman : Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula.
Ibnu Rojab Alhanbali mengomentari dua riwayat di atas dengan mengatakan : bila sempurna tauhid seseorang dan keihklasannya (kemurnian ketaatannya) kepada Alloh dengan memenuhi syarat-syaratnya dengan hati, lisan dan amal anggota badan atau ia membawa amal tauhid dengan lesan dan hatinya di saat kematian maka wajib baginya mendapat ampunan atas seluruh dosa masa lalu. Iapun terhindar dari neraka …..
Maroji’ :
Fathul Majid, Syaikh Abdurrohman Alu Syaikh hal 44
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/123
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/45
Imam Muslim membuat judul dalam kitab shohihnya “ Baabu Suquuthidz Dzunuubi Bil Istighfar Taubatan “ (Bab Gugurnya Dosa Dengan Istighfar Dengan Niat Taubat). Beliau tampilkan hadits :
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَوْ أَنَّكُمْ لَمْ تَكُنْ لَكُمْ ذُنُوبٌ يَغْفِرُهَا اللَّهُ لَكُمْ لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ لَهُمْ ذُنُوبٌ يَغْفِرُهَا لَهُمْ
Dari Abu Ayyub Al Anshari dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Seandainya kamu sekalian tidak mempunyai dosa sedikit pun yang patut diampuni Allah, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang melakukan dosa untuk diberikan ampunan bagi mereka. [HR Muslim dan Tirmidzi]
Istighfar yang menjadi kebiasan rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah 3 kali setelah mengucapkan salam dari sholat atau dalam riwayat lain beliau mengucapkan istighfar dalam setiap harinya antara 70 hingga 100 kali. Dan Sebaik-baik istighfar adalah ucapan sayyidul istighfar :
وَعَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( سَيِّدُ اَلِاسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُولَ اَلْعَبْدُ اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اِسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Dari Syaddad Ibnu Aus Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Permohonan ampunan (istighfar) yang paling utama ialah seorang hamba membaca (artinya = Ya Allah Engkaulah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakan diriku aku hamba-Mu aku selalu berada dalam ikatan-Mu dan perjanjian-Mu selama aku mampu aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku maka ampunilah aku sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau)" [HR Bukhori]
2. Amal sholih
Menyaingi amal buruk dengan amal sholih adalah solusi untuk menghapus dosa karena Alloh memberi kaedah :
إنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْتَ السَّيِّئَاتِ
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk [hud : 114]
Ayat di atas diperjelas oleh beberapa hadits di antaranya :
عَنْ عُثْمَانَ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ فَيُصَلِّي صَلَاةً إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الَّتِي تَلِيهَا
Dari Utsman bin Affan : Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang laki-laki muslim berwudlu, lalu memperbagus wudlunya, lalu melakukan shalat, melainkan pasti Allah mengampuni dosanya antara dia dan shalat sesudahnya [HR Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan Ramadlan ke Ramadlan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar [HR Muslim]
3. Musibah
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya. [HR Bukhori dan Muslim]
Ibnu Hajar Al Atsqolani menerangkan bahwa musibah yang menimpa seseorang berfungsi tiga, yaitu : hukuman atas perbuatan dosa, ampunan atas dosa dan mengangkat derajat
4. Hukum hudud
Pencuri yang dipotong tangannya, pezina yang dirajam, dera bagi pemabuk dan lainnya cukup menjadi sarana terhapusnya dosa sebagaimana sebuah riwayat tentang wanita dari Juhainah yang dihukum rajam hingga mati, oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam dikomentari :
لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ تَوْبَةً أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ تَعَالَى
Sungguh, dia telah bertaubat kalau sekiranya taubatnya dibagi-bagikan kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah, pasti taubatnya akan mencukupi mereka semua. Adakah taubat yang lebih utama daripada menyerahkan nyawa kepada Allah Ta'ala secara ikhlas [HR Muslim]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : hukuman dunia akan menghapus dosa bila disertai dengan penyesalan dan taubat.
5. Tauhid
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
قال موسى يا رب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله، قال : يا رب كل عبادك يقولون هذا، قال موسى : لو أن السموات السبع وعامرهن – غيري – والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفـة، مالت بهـن لا إله إلا الله
Musa berkata : Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingatMu dan berdoa kepadaMu, Allah berfirman : Ucapkan hai Musaلا إله إلا الله , Musa berkata : Ya Rabb, semua hambaMu mengucapkan itu”, Allah menjawab :” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimatلا إله إلا الله diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimatلا إله إلا الله lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban, dan Imam Hakim sekaligus menshohehkannya).
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu ia berkata aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة
Allah Subhanahu wata’ala berfirman : Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula.
Ibnu Rojab Alhanbali mengomentari dua riwayat di atas dengan mengatakan : bila sempurna tauhid seseorang dan keihklasannya (kemurnian ketaatannya) kepada Alloh dengan memenuhi syarat-syaratnya dengan hati, lisan dan amal anggota badan atau ia membawa amal tauhid dengan lesan dan hatinya di saat kematian maka wajib baginya mendapat ampunan atas seluruh dosa masa lalu. Iapun terhindar dari neraka …..
Maroji’ :
Fathul Majid, Syaikh Abdurrohman Alu Syaikh hal 44
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/123
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/45
Naluri Orang Berdosa Tidak Akan Membohongi Dirinya Sendiri
Meski ia mati-matian membela kebatilannya, dalam hatinya pasti ada setitik pengakuan bahwa apa yang ia lakukan adalah salah.
Abu Tholib yang enggan mengucapkan kalimat syahadat hingga matinya, ternyata ia pernah menyampaikan kepada rosululloh shollallohu alaihissalam akan kebenaran ajarannya.
Firaun yang terang-terangan berkata anaa robbukumul a’la (akulah Rob kalian yang paling tinggi) ternyata di akhir hidupnya mengakui dengan jujur dengan mengatakan :
ءَامَنْتُ أنَّهُ لاإله إلاّ ءَامَنَتْ بِهِ بَنُو إسْرَائِيْلَ وَأناَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Saya beriman bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan ilah yang diimani oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri [yunus : 90]
Orang kafir di saat terbangun oleh tiupan terompet kedua akan berkata :
قاَلُوْا ياَوَيْلَناَ مَنْ بَعَثَناَ مِنْ مَّرْقَدِناَ هَذَا ماَوَعَدَ الرَّحْماَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
Mereka berkata : Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan Kami dari tempat-tidur Kami (kubur) ?. Inilah yang dijanjikan (tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya). [yasin : 52]
Ketika mereka dilempar ke dalam neraka, kejujuran mereka atas dosa yang telah mereka lakukan di dunia akan mereka ungkapkan :
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّماَ ألْقِيَ فِيْهاَ فَوْزٌ سَألَهُمْ خَزَنَتُهاَ ألَمْ يَأتِكُمْ نَذِيْرٌ قالُوْا بَلَى قَدْ جاَءَناَ نَذِيْرٌ فَكَذَّبْناَ وَقُلْناَ ماَ نَزَّلَ الله مِنْ شَيْئٍ إنْ أنْتُمْ إلاَّ فِي ضَلاَلٍ كَبِيْرٍ وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أوْ نَعْقِلُ ماَكُنَّا فِي أصْحاَبِ السَّعِيْرِ فَاعْتَرَفُوْا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقاً لأَصْحَابِ السَّعِيْرِ
8. Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka : Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan ?
9. Mereka menjawab : Benar ada, Sesungguhnya telah datang kepada Kami seorang pemberi peringatan, Maka Kami mendustakan(nya) dan Kami katakan : Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar
10. Dan mereka berkata : Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala
11. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. [almulk : 8-11]
Abu Tholib yang enggan mengucapkan kalimat syahadat hingga matinya, ternyata ia pernah menyampaikan kepada rosululloh shollallohu alaihissalam akan kebenaran ajarannya.
Firaun yang terang-terangan berkata anaa robbukumul a’la (akulah Rob kalian yang paling tinggi) ternyata di akhir hidupnya mengakui dengan jujur dengan mengatakan :
ءَامَنْتُ أنَّهُ لاإله إلاّ ءَامَنَتْ بِهِ بَنُو إسْرَائِيْلَ وَأناَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Saya beriman bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan ilah yang diimani oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri [yunus : 90]
Orang kafir di saat terbangun oleh tiupan terompet kedua akan berkata :
قاَلُوْا ياَوَيْلَناَ مَنْ بَعَثَناَ مِنْ مَّرْقَدِناَ هَذَا ماَوَعَدَ الرَّحْماَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
Mereka berkata : Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan Kami dari tempat-tidur Kami (kubur) ?. Inilah yang dijanjikan (tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya). [yasin : 52]
Ketika mereka dilempar ke dalam neraka, kejujuran mereka atas dosa yang telah mereka lakukan di dunia akan mereka ungkapkan :
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّماَ ألْقِيَ فِيْهاَ فَوْزٌ سَألَهُمْ خَزَنَتُهاَ ألَمْ يَأتِكُمْ نَذِيْرٌ قالُوْا بَلَى قَدْ جاَءَناَ نَذِيْرٌ فَكَذَّبْناَ وَقُلْناَ ماَ نَزَّلَ الله مِنْ شَيْئٍ إنْ أنْتُمْ إلاَّ فِي ضَلاَلٍ كَبِيْرٍ وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أوْ نَعْقِلُ ماَكُنَّا فِي أصْحاَبِ السَّعِيْرِ فَاعْتَرَفُوْا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقاً لأَصْحَابِ السَّعِيْرِ
8. Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka : Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan ?
9. Mereka menjawab : Benar ada, Sesungguhnya telah datang kepada Kami seorang pemberi peringatan, Maka Kami mendustakan(nya) dan Kami katakan : Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar
10. Dan mereka berkata : Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala
11. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. [almulk : 8-11]
Ada Dosa Yang Perlu Disembunyikan
Tanggal satu syawal, usai sholat ied sepasang suami istri saling berjabat-tangan untuk saling memaafkan. Ada sesuatu yang aneh pada lebaran tahun ini. Suami menjabat tangan istri disertai cucuran air mata. Sang istri terheran. Bukankah laki-laki adalah kaum yang sedikit air matanya ? Kenapa tiba-tiba air mata membasahi pipinya hari ini ?
Tanpa ditanya, sang suami berkata terus terang bahwa setahun ini dia sering kontak dengan mantan pacarnya. Tak jarang sering mengadakan pertemuan yang penuh mesra meski tidak sampai batas perzinahan. Di kantin, tempat wisata dan lainnya. Akhirnya dirinya sadar bahwa perbuatan itu tercela. Maka air mata yang tampak bercucuran di hadapan istri adalah bukti akan penyesalannya.
Sang istri yang tadinya terkagun-kagum dengan isakan tangisan suami berubah menjadi murka hingga akhirnya terjadi pertengkaran hebat yang berujung kepada perceraian.
Seharusnya suami cukup menyadari kesalahannya dan segera bertaubat kepada Alloh dan berjanji tidak mengulanginya. Karena tidak semua dosa perlu keterusterangan kalau memang Alloh telah menutupinya. Dari sinilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi nasehat :
عَنْ هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
Dari Abu Hurairah berkata : saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang menampak-nampakkannya dan sesungguhnya diantara menampak-nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata : Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini dan itu, padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah'. [HR Bukhori Muslim]
عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِزٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ ابْنَ عُمَرَ كَيْفَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي النَّجْوَى قَالَ يَدْنُو أَحَدُكُمْ مِنْ رَبِّهِ حَتَّى يَضَعَ كَنَفَهُ عَلَيْهِ فَيَقُولُ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ وَيَقُولُ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ فَيُقَرِّرُهُ ثُمَّ يَقُولُ إِنِّي سَتَرْتُ عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا فَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ
Dari Shafwan bin Muhriz bahwa seorang laki-laki pernah bertanya kepada Ibnu Umar; Bagaimana anda mendengar sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang An Najwa (bisikan di hari kiamat) ? Ibnu Umar menjawab ; Yaitu salah seorang dari kalian akan mendekat kepada Rabb-nya. Kemudian Dia meletakkan naungan-Nya di atasnya, (Maksudnya menutupi kesalahannya) kemudian Dia berfirman, Apakah kamu telah berbuat ini dan ini ? hamba itu menjawab, Ya, benar. Dia berfirman lagi : Apakah kamu telah melakukan ini dan ini ?. Hamba itu menjawab ; Ya, benar. Dia pun mengulang-ulang pertanyannya, kemudian berfirman : Sesungguhnya Aku telah menutupinya (merahasiakannya) di dunia dan pada hari ini aku telah mengampuninya bagimu. [HR Bukhori]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : seseorang yang melakukan perbuatan buruk di malam hari dan Alloh telah menutupinya (dimana tidak ada satupun manusia yang mengetahuinya) atau melakukan perbuatan buruk di rumahnya dan Allohpun telah menutupinya. Seandainya ia bertaubat dan mencukupkan diri antara dia dan Alloh saja yang tahu maka itu lebih baik bagi dirinya. Akan tetapi bila keesokan harinya di saat ia berjumpa dengan manusia lalu mengatakan “ tadi malam aku melakukan ini dan itu “ maka orang seperti ini tidak akan mendapatkan pengampunan dari Alloh. Wal ‘iyaadz billah (kita berlindung kepada Alloh) Alloh sudah menutupi aibnya akan tetapi justru ia sendiri yang mengumbar aibnya sendiri.
Ibnu Hajar menyitir perkataan Alkirmaani : setiap individu dari umat ini berhak mendapat ampunan dari dosanya dan terbebas dari hukuman kecuali orang fasik yang mengumumkan perbuatan dosanya.
Ibnu Hajar juga berkata : hadits ini merupakan celaan ditujukan kepada orang yang mengumumkan perbuatan dosanya sebaliknya melazimkan pujian atas orang yang menutupi atas perbuatannya. Bila Alloh telah menutupi aib perbuatannya maka wajib bagi orang beriman untuk menutupi aibnya sendiri. Adapun orang yang membuka dengan terang-terangan apa yang telah ia perbuat maka ia berhak mendapat murka dari Alloh.
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/ 566-567
Syarh Riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Utsaimin 1/603
Tanpa ditanya, sang suami berkata terus terang bahwa setahun ini dia sering kontak dengan mantan pacarnya. Tak jarang sering mengadakan pertemuan yang penuh mesra meski tidak sampai batas perzinahan. Di kantin, tempat wisata dan lainnya. Akhirnya dirinya sadar bahwa perbuatan itu tercela. Maka air mata yang tampak bercucuran di hadapan istri adalah bukti akan penyesalannya.
Sang istri yang tadinya terkagun-kagum dengan isakan tangisan suami berubah menjadi murka hingga akhirnya terjadi pertengkaran hebat yang berujung kepada perceraian.
Seharusnya suami cukup menyadari kesalahannya dan segera bertaubat kepada Alloh dan berjanji tidak mengulanginya. Karena tidak semua dosa perlu keterusterangan kalau memang Alloh telah menutupinya. Dari sinilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi nasehat :
عَنْ هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
Dari Abu Hurairah berkata : saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang menampak-nampakkannya dan sesungguhnya diantara menampak-nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata : Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini dan itu, padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah'. [HR Bukhori Muslim]
عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِزٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ ابْنَ عُمَرَ كَيْفَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي النَّجْوَى قَالَ يَدْنُو أَحَدُكُمْ مِنْ رَبِّهِ حَتَّى يَضَعَ كَنَفَهُ عَلَيْهِ فَيَقُولُ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ وَيَقُولُ عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ فَيُقَرِّرُهُ ثُمَّ يَقُولُ إِنِّي سَتَرْتُ عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا فَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ
Dari Shafwan bin Muhriz bahwa seorang laki-laki pernah bertanya kepada Ibnu Umar; Bagaimana anda mendengar sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang An Najwa (bisikan di hari kiamat) ? Ibnu Umar menjawab ; Yaitu salah seorang dari kalian akan mendekat kepada Rabb-nya. Kemudian Dia meletakkan naungan-Nya di atasnya, (Maksudnya menutupi kesalahannya) kemudian Dia berfirman, Apakah kamu telah berbuat ini dan ini ? hamba itu menjawab, Ya, benar. Dia berfirman lagi : Apakah kamu telah melakukan ini dan ini ?. Hamba itu menjawab ; Ya, benar. Dia pun mengulang-ulang pertanyannya, kemudian berfirman : Sesungguhnya Aku telah menutupinya (merahasiakannya) di dunia dan pada hari ini aku telah mengampuninya bagimu. [HR Bukhori]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : seseorang yang melakukan perbuatan buruk di malam hari dan Alloh telah menutupinya (dimana tidak ada satupun manusia yang mengetahuinya) atau melakukan perbuatan buruk di rumahnya dan Allohpun telah menutupinya. Seandainya ia bertaubat dan mencukupkan diri antara dia dan Alloh saja yang tahu maka itu lebih baik bagi dirinya. Akan tetapi bila keesokan harinya di saat ia berjumpa dengan manusia lalu mengatakan “ tadi malam aku melakukan ini dan itu “ maka orang seperti ini tidak akan mendapatkan pengampunan dari Alloh. Wal ‘iyaadz billah (kita berlindung kepada Alloh) Alloh sudah menutupi aibnya akan tetapi justru ia sendiri yang mengumbar aibnya sendiri.
Ibnu Hajar menyitir perkataan Alkirmaani : setiap individu dari umat ini berhak mendapat ampunan dari dosanya dan terbebas dari hukuman kecuali orang fasik yang mengumumkan perbuatan dosanya.
Ibnu Hajar juga berkata : hadits ini merupakan celaan ditujukan kepada orang yang mengumumkan perbuatan dosanya sebaliknya melazimkan pujian atas orang yang menutupi atas perbuatannya. Bila Alloh telah menutupi aib perbuatannya maka wajib bagi orang beriman untuk menutupi aibnya sendiri. Adapun orang yang membuka dengan terang-terangan apa yang telah ia perbuat maka ia berhak mendapat murka dari Alloh.
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 10/ 566-567
Syarh Riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Utsaimin 1/603
Orang-Orang Berdosa Yang Keluar Dari Neraka
Inilah kisah orang-orang berdosa yang dimasukkan ke dalam neraka yang akhirnya dengan rahmat Alloh merekapun dimasukkan ke dalam aljannah :
عَنْ عِمْرَان بْن حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ النَّارِ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيِّينَ
Dari Imran bin Husain radliallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : Ada sekelompok kaum yang keluar dari neraka karena syafaat Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam, lantas mereka masuk surga dan mereka diberi julukan 'jahannamiyun (mantan penghuni neraka jahannam) [HR Bukhori, Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah]
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ كَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ مِثْلَ عَشَرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ تَسْخَرُ مِنِّي أَوْ تَضْحَكُ مِنِّي وَأَنْتَ الْمَلِكُ فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ وَكَانَ يَقُولُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
Dari Abdullah Radliyallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda : Sungguh aku tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar dan penghuni surga yang terakhir kali masuk, yaitu seseorang yang keluar dari neraka dengan cara merayap, Allah tabarakawata'ala berfirman; 'Pergilah kamu dan masuklah ke dalam surga! ' maka orang tersebut mendatanginya dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Orang kembali kembali dan berujar; 'Wahai Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak'. Allah berfirman lagi; 'pergi dan masuklah surga.' Maka ia kembali dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Lalu ia kembali dan mengatakan; 'Ya Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak.' Allah berfirman lagi; 'pergi dan masuklah surga, dan bagimu surga seluas dunia dan bahkan sepuluh kali sepertinya -atau- bagimu seperti sepuluh kali dunia.' Hamba tadi lantas mengatakan; 'Engkau menghinaku ataukah menertawaiku, sedang Engkau adalah raja diraja ? Dan kulihat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tertawa hingga gigi gerahamnya kelihatan seraya berkomentar : Itulah penghuni surga yang tingkatannya paling rendah [HR Bukhori Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ أُنَاسٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ قَالُوا لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ دُونَهُ سَحَابٌ قَالُوا لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ فَيَقُولُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ شَيْئًا فَلْيَتَّبِعْهُ فَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الشَّمْسَ وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الْقَمَرَ وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الطَّوَاغِيتَ وَتَبْقَى هَذِهِ الْأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ فِي غَيْرِ الصُّورَةِ الَّتِي يَعْرِفُونَ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ هَذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأْتِيَنَا رَبُّنَا فَإِذَا أَتَانَا رَبُّنَا عَرَفْنَاهُ فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ فِي الصُّورَةِ الَّتِي يَعْرِفُونَ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا فَيَتْبَعُونَهُ وَيُضْرَبُ جِسْرُ جَهَنَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ وَبِهِ كَلَالِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ غَيْرَ أَنَّهَا لَا يَعْلَمُ قَدْرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ فَتَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ مِنْهُمْ الْمُوبَقُ بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمْ الْمُخَرْدَلُ ثُمَّ يَنْجُو حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنْ الْقَضَاءِ بَيْنَ عِبَادِهِ وَأَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ مِنْ النَّارِ مَنْ أَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ مِمَّنْ كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَمَرَ الْمَلَائِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوهُمْ فَيَعْرِفُونَهُمْ بِعَلَامَةِ آثَارِ السُّجُودِ وَحَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ مِنْ ابْنِ آدَمَ أَثَرَ السُّجُودِ فَيُخْرِجُونَهُمْ قَدْ امْتُحِشُوا فَيُصَبُّ عَلَيْهِمْ مَاءٌ يُقَالُ لَهُ مَاءُ الْحَيَاةِ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ وَيَبْقَى رَجُلٌ مِنْهُمْ مُقْبِلٌ بِوَجْهِهِ عَلَى النَّارِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ قَدْ قَشَبَنِي رِيحُهَا وَأَحْرَقَنِي ذَكَاؤُهَا فَاصْرِفْ وَجْهِي عَنْ النَّارِ فَلَا يَزَالُ يَدْعُو اللَّهَ فَيَقُولُ لَعَلَّكَ إِنْ أَعْطَيْتُكَ أَنْ تَسْأَلَنِي غَيْرَهُ فَيَقُولُ لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسْأَلُكَ غَيْرَهُ فَيَصْرِفُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ ثُمَّ يَقُولُ بَعْدَ ذَلِكَ يَا رَبِّ قَرِّبْنِي إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَلَيْسَ قَدْ زَعَمْتَ أَنْ لَا تَسْأَلَنِي غَيْرَهُ وَيْلَكَ ابْنَ آدَمَ مَا أَغْدَرَكَ فَلَا يَزَالُ يَدْعُو فَيَقُولُ لَعَلِّي إِنْ أَعْطَيْتُكَ ذَلِكَ تَسْأَلُنِي غَيْرَهُ فَيَقُولُ لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسْأَلُكَ غَيْرَهُ فَيُعْطِي اللَّهَ مِنْ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ أَنْ لَا يَسْأَلَهُ غَيْرَهُ فَيُقَرِّبُهُ إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَإِذَا رَأَى مَا فِيهَا سَكَتَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَسْكُتَ ثُمَّ يَقُولُ رَبِّ أَدْخِلْنِي الْجَنَّةَ ثُمَّ يَقُولُ أَوَلَيْسَ قَدْ زَعَمْتَ أَنْ لَا تَسْأَلَنِي غَيْرَهُ وَيْلَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مَا أَغْدَرَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ لَا تَجْعَلْنِي أَشْقَى خَلْقِكَ فَلَا يَزَالُ يَدْعُو حَتَّى يَضْحَكَ فَإِذَا ضَحِكَ مِنْهُ أَذِنَ لَهُ بِالدُّخُولِ فِيهَا فَإِذَا دَخَلَ فِيهَا قِيلَ لَهُ تَمَنَّ مِنْ كَذَا فَيَتَمَنَّى ثُمَّ يُقَالُ لَهُ تَمَنَّ مِنْ كَذَا فَيَتَمَنَّى حَتَّى تَنْقَطِعَ بِهِ الْأَمَانِيُّ فَيَقُولُ لَهُ هَذَا لَكَ وَمِثْلُهُ مَعَهُ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَذَلِكَ الرَّجُلُ آخِرُ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا قَالَ عَطَاءٌ وَأَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ جَالِسٌ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ لَا يُغَيِّرُ عَلَيْهِ شَيْئًا مِنْ حَدِيثِهِ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَوْلِهِ هَذَا لَكَ وَمِثْلُهُ مَعَهُ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هَذَا لَكَ وَعَشَرَةُ أَمْثَالِهِ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ حَفِظْتُ مِثْلُهُ مَعَهُ
Dari Abu Hurairah mengatakan; Beberapa orang bertanya, 'wahai Rasulullah, apakah kami bisa melihat Tuhan kami pada hari kiamat ? ' Nabi menjawab : "Apakah kalian mendapat kesulitan melihat matahari ketika tidak ada mendung ? " 'Tidak wahai Rasulullah' Jawab mereka. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya lagi; "Apakah kalian menadapat kesulitan melihat rembulan ketika purnama ? " Mereka menjawab; 'Tidak wahai Rasulullah'. Nabi bersabda : "Sungguh kalian melihat-Nya pada hari kiamat. Allah kemudian menghimpun seluruh manusia kemudian berfirman; 'Siapa yang menyembah sesuatu, hendaklah ia mengikuti sesembahannya, ' Orang-orang pun mengikuti yang pernah disembahnya, ada yang mengikuti matahari karena menyembahnya, ada yang mengikuti bulan karena menyembahnya, ada yang mengikuti thaghut (segala sesembahan selain Allah) karena menyembahnya, sehingga yang tersisa adalah umat ini yang didalamnya terdapat orang-orang munafiknya. Allah kemudian mendatangi mereka dengan bentuk yang belum pernah mereka kenal, dan mengatakan; 'Aku adalah Tuhan kalian' Namun mereka malah menjawab; 'kami berlindung kepada Allah dari-MU, inilah tempat kami, sampai Tuhan kami mendatangi kami, kalaulah Tuhan kami mendatangi kami, niscaya kami mengenal-NYA.' Kemudian Allah mendatangi mereka dengan bentuk yang mereka kenal dan mengatakan; 'AKU tuhan kalian ! ' 'Betul, engkau tuhan kami' Jawab mereka. Mereka lantas mengikuti-Nya dan dipasanglah jembatan jahannam. " Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda : "Akulah manusia pertama-tama yang menyeberangi. Dan doa para rasul ketika itu ialah; 'Allahumma Sallim-sallim (ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah).' Dalam jembatan itu terdapat sekian banyak besi-besi pengait seperti pohon yang berduri tajam. Bukankah kalian pernah melihat pohon berduri tajam ? ". 'betul, ya Rasulullah, ' jawab mereka. Nabi meneruskan; 'Besi-besi pengait itu bagaikan pohon berduri tajam, hanya tidak ada yang tahu besarannya selain Allah. Besi-besi pengait itu menyambar manusia tergantung dengan amalan mereka, ada diantara mereka yang celaka lantaran amalannya, ada diantara mereka yang tercabik kemudian selamat. Hingga jika Allah selesai memutuskan diantara hamba-Nya, dan ingin mengeluarkan yang dikehendaki-NYA dari neraka dari mereka yang mengucapkan laa-ilaaha-illallah, Dia perintahkan malaikat untuk mengentaskan mereka, dan para malaikat mengenali mereka dengan bekas-bekas sujud, dan Allah mengharamkan neraka untuk memakan bekas-bekas sujud yang ada pada diri anak Adam, malaikat pun mengentaskan mereka setelah mereka gosong terbakar, mereka diguyur air yang disebut dengan air kehidupan, sehingga mereka tumbuh bagaikan tumbuhnya biji di tepi sungai, dan ada seseorang diantara mereka menghadapkan wajahnya kearah neraka dan mengatakan; 'Ya tuhanku, bau neraka telah menyesakkan hidungku dan nyalanya telah membakarku, maka palingkanlah wajahku dari neraka.' Hamba itu tiada henti memanjatkan doa untuk dipalingkan wajahnya dari neraka. Maka Allah berfirman; 'bisa jadi engkau jika AKU kabulkan permintaanmu, kamu minta yang lain lagi! ' hamba itu menjawab; 'Tidak, demi kebesaran -MU, aku tidak akan meminta yang lain lagi'. Allah pun memalingkan wajahnya dari neraka. Tetapi setelah itu ia meminta kembali; 'ya Tuhanku, dekatkanlah aku ke pintu surga!.' Allah menegur; 'Bukankah engkau telah menyatakan sanggup untuk tidak meminta-KU selainnya, celaka engkau wahai anak adam, betapa banyaknya alasanmu ! ' hamba itu tiada henti memohon, sehingga Allah pun menjawab; 'bisa jadi jika AKU kabulkan permintaanmu, kamu akan meminta-KU yang lain lagi'. Hamba menjawab; 'Tidak, demi kebesaran-MU, saya tidak akan meminta-MU selainnya.' Maka Allah meminta janji dan ikrar agar ia tidak meminta-NYA selain itu, sehingga Allah mendekatkannya ke pintu surga. Namun setelah hamba tadi melihat isinya, ia diam beberapa saat sesuai kehendak Allah, kemudian ia berkata; 'Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga ! Allah menjawab; 'Bukankah engkau telah menyatakan sanggup untuk tidak meminta-KU selainnya, celaka engkau wahai anak Adam, alangkah banyaknya alasanmu'. Hamba terus merengek dengan mengucapkan; 'Wahai Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku menjadi manusia yang paling sengsara.' Hamba tiada henti memanjatkan doanya hingga Allah tertawa. Dan jika Allah telah tertawa, berarti ia mengizinkan hamba-NYA masuk surga. Setelah hamba memasukinya, dikatakan kepadanya; 'mengkhayallah seperti ini ! ' maka ia pun mengkhayal, kemudian dikatakan kepadanya lagi; 'mengkhayallah seperti ini! ' maka ia pun mengkhayal sampai khayalannya benar-benar habis, kemudian Allah berkata kepadanya; 'Inilah bagimu dan semisalnya'. " Kata Abu Hurairah; 'itulah laki-laki penghuni surga yang terakhir kali masuk.' Kata 'Atho`; Dan Abu Sa'id Al Khudzri sedang duduk bersama Abu Hurairah, dan ia tidak merubah haditsnya sedikitpun hingga ketika sampai sabdanya; 'Ini bagimu dan semisalnya bersamanya.' Maka Abu Sa'id menyelah; aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda : 'Ini bagimu dan sepuluh kali semisalnya.' Abu Hurairah menjawab; 'yang aku hafal adalah semisalnya bersamanya.' [HR Bukhori Muslim]
عَنْ عِمْرَان بْن حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ النَّارِ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيِّينَ
Dari Imran bin Husain radliallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda : Ada sekelompok kaum yang keluar dari neraka karena syafaat Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam, lantas mereka masuk surga dan mereka diberi julukan 'jahannamiyun (mantan penghuni neraka jahannam) [HR Bukhori, Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah]
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ كَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ مِثْلَ عَشَرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ تَسْخَرُ مِنِّي أَوْ تَضْحَكُ مِنِّي وَأَنْتَ الْمَلِكُ فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ وَكَانَ يَقُولُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
Dari Abdullah Radliyallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda : Sungguh aku tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar dan penghuni surga yang terakhir kali masuk, yaitu seseorang yang keluar dari neraka dengan cara merayap, Allah tabarakawata'ala berfirman; 'Pergilah kamu dan masuklah ke dalam surga! ' maka orang tersebut mendatanginya dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Orang kembali kembali dan berujar; 'Wahai Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak'. Allah berfirman lagi; 'pergi dan masuklah surga.' Maka ia kembali dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Lalu ia kembali dan mengatakan; 'Ya Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak.' Allah berfirman lagi; 'pergi dan masuklah surga, dan bagimu surga seluas dunia dan bahkan sepuluh kali sepertinya -atau- bagimu seperti sepuluh kali dunia.' Hamba tadi lantas mengatakan; 'Engkau menghinaku ataukah menertawaiku, sedang Engkau adalah raja diraja ? Dan kulihat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tertawa hingga gigi gerahamnya kelihatan seraya berkomentar : Itulah penghuni surga yang tingkatannya paling rendah [HR Bukhori Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ أُنَاسٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ قَالُوا لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ دُونَهُ سَحَابٌ قَالُوا لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ فَيَقُولُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ شَيْئًا فَلْيَتَّبِعْهُ فَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الشَّمْسَ وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الْقَمَرَ وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الطَّوَاغِيتَ وَتَبْقَى هَذِهِ الْأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ فِي غَيْرِ الصُّورَةِ الَّتِي يَعْرِفُونَ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ هَذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأْتِيَنَا رَبُّنَا فَإِذَا أَتَانَا رَبُّنَا عَرَفْنَاهُ فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ فِي الصُّورَةِ الَّتِي يَعْرِفُونَ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا فَيَتْبَعُونَهُ وَيُضْرَبُ جِسْرُ جَهَنَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ وَبِهِ كَلَالِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ غَيْرَ أَنَّهَا لَا يَعْلَمُ قَدْرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ فَتَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ مِنْهُمْ الْمُوبَقُ بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمْ الْمُخَرْدَلُ ثُمَّ يَنْجُو حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنْ الْقَضَاءِ بَيْنَ عِبَادِهِ وَأَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ مِنْ النَّارِ مَنْ أَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ مِمَّنْ كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَمَرَ الْمَلَائِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوهُمْ فَيَعْرِفُونَهُمْ بِعَلَامَةِ آثَارِ السُّجُودِ وَحَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ مِنْ ابْنِ آدَمَ أَثَرَ السُّجُودِ فَيُخْرِجُونَهُمْ قَدْ امْتُحِشُوا فَيُصَبُّ عَلَيْهِمْ مَاءٌ يُقَالُ لَهُ مَاءُ الْحَيَاةِ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ وَيَبْقَى رَجُلٌ مِنْهُمْ مُقْبِلٌ بِوَجْهِهِ عَلَى النَّارِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ قَدْ قَشَبَنِي رِيحُهَا وَأَحْرَقَنِي ذَكَاؤُهَا فَاصْرِفْ وَجْهِي عَنْ النَّارِ فَلَا يَزَالُ يَدْعُو اللَّهَ فَيَقُولُ لَعَلَّكَ إِنْ أَعْطَيْتُكَ أَنْ تَسْأَلَنِي غَيْرَهُ فَيَقُولُ لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسْأَلُكَ غَيْرَهُ فَيَصْرِفُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ ثُمَّ يَقُولُ بَعْدَ ذَلِكَ يَا رَبِّ قَرِّبْنِي إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَلَيْسَ قَدْ زَعَمْتَ أَنْ لَا تَسْأَلَنِي غَيْرَهُ وَيْلَكَ ابْنَ آدَمَ مَا أَغْدَرَكَ فَلَا يَزَالُ يَدْعُو فَيَقُولُ لَعَلِّي إِنْ أَعْطَيْتُكَ ذَلِكَ تَسْأَلُنِي غَيْرَهُ فَيَقُولُ لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسْأَلُكَ غَيْرَهُ فَيُعْطِي اللَّهَ مِنْ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ أَنْ لَا يَسْأَلَهُ غَيْرَهُ فَيُقَرِّبُهُ إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَإِذَا رَأَى مَا فِيهَا سَكَتَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَسْكُتَ ثُمَّ يَقُولُ رَبِّ أَدْخِلْنِي الْجَنَّةَ ثُمَّ يَقُولُ أَوَلَيْسَ قَدْ زَعَمْتَ أَنْ لَا تَسْأَلَنِي غَيْرَهُ وَيْلَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مَا أَغْدَرَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ لَا تَجْعَلْنِي أَشْقَى خَلْقِكَ فَلَا يَزَالُ يَدْعُو حَتَّى يَضْحَكَ فَإِذَا ضَحِكَ مِنْهُ أَذِنَ لَهُ بِالدُّخُولِ فِيهَا فَإِذَا دَخَلَ فِيهَا قِيلَ لَهُ تَمَنَّ مِنْ كَذَا فَيَتَمَنَّى ثُمَّ يُقَالُ لَهُ تَمَنَّ مِنْ كَذَا فَيَتَمَنَّى حَتَّى تَنْقَطِعَ بِهِ الْأَمَانِيُّ فَيَقُولُ لَهُ هَذَا لَكَ وَمِثْلُهُ مَعَهُ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَذَلِكَ الرَّجُلُ آخِرُ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا قَالَ عَطَاءٌ وَأَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ جَالِسٌ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ لَا يُغَيِّرُ عَلَيْهِ شَيْئًا مِنْ حَدِيثِهِ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَوْلِهِ هَذَا لَكَ وَمِثْلُهُ مَعَهُ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هَذَا لَكَ وَعَشَرَةُ أَمْثَالِهِ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ حَفِظْتُ مِثْلُهُ مَعَهُ
Dari Abu Hurairah mengatakan; Beberapa orang bertanya, 'wahai Rasulullah, apakah kami bisa melihat Tuhan kami pada hari kiamat ? ' Nabi menjawab : "Apakah kalian mendapat kesulitan melihat matahari ketika tidak ada mendung ? " 'Tidak wahai Rasulullah' Jawab mereka. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya lagi; "Apakah kalian menadapat kesulitan melihat rembulan ketika purnama ? " Mereka menjawab; 'Tidak wahai Rasulullah'. Nabi bersabda : "Sungguh kalian melihat-Nya pada hari kiamat. Allah kemudian menghimpun seluruh manusia kemudian berfirman; 'Siapa yang menyembah sesuatu, hendaklah ia mengikuti sesembahannya, ' Orang-orang pun mengikuti yang pernah disembahnya, ada yang mengikuti matahari karena menyembahnya, ada yang mengikuti bulan karena menyembahnya, ada yang mengikuti thaghut (segala sesembahan selain Allah) karena menyembahnya, sehingga yang tersisa adalah umat ini yang didalamnya terdapat orang-orang munafiknya. Allah kemudian mendatangi mereka dengan bentuk yang belum pernah mereka kenal, dan mengatakan; 'Aku adalah Tuhan kalian' Namun mereka malah menjawab; 'kami berlindung kepada Allah dari-MU, inilah tempat kami, sampai Tuhan kami mendatangi kami, kalaulah Tuhan kami mendatangi kami, niscaya kami mengenal-NYA.' Kemudian Allah mendatangi mereka dengan bentuk yang mereka kenal dan mengatakan; 'AKU tuhan kalian ! ' 'Betul, engkau tuhan kami' Jawab mereka. Mereka lantas mengikuti-Nya dan dipasanglah jembatan jahannam. " Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda : "Akulah manusia pertama-tama yang menyeberangi. Dan doa para rasul ketika itu ialah; 'Allahumma Sallim-sallim (ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah).' Dalam jembatan itu terdapat sekian banyak besi-besi pengait seperti pohon yang berduri tajam. Bukankah kalian pernah melihat pohon berduri tajam ? ". 'betul, ya Rasulullah, ' jawab mereka. Nabi meneruskan; 'Besi-besi pengait itu bagaikan pohon berduri tajam, hanya tidak ada yang tahu besarannya selain Allah. Besi-besi pengait itu menyambar manusia tergantung dengan amalan mereka, ada diantara mereka yang celaka lantaran amalannya, ada diantara mereka yang tercabik kemudian selamat. Hingga jika Allah selesai memutuskan diantara hamba-Nya, dan ingin mengeluarkan yang dikehendaki-NYA dari neraka dari mereka yang mengucapkan laa-ilaaha-illallah, Dia perintahkan malaikat untuk mengentaskan mereka, dan para malaikat mengenali mereka dengan bekas-bekas sujud, dan Allah mengharamkan neraka untuk memakan bekas-bekas sujud yang ada pada diri anak Adam, malaikat pun mengentaskan mereka setelah mereka gosong terbakar, mereka diguyur air yang disebut dengan air kehidupan, sehingga mereka tumbuh bagaikan tumbuhnya biji di tepi sungai, dan ada seseorang diantara mereka menghadapkan wajahnya kearah neraka dan mengatakan; 'Ya tuhanku, bau neraka telah menyesakkan hidungku dan nyalanya telah membakarku, maka palingkanlah wajahku dari neraka.' Hamba itu tiada henti memanjatkan doa untuk dipalingkan wajahnya dari neraka. Maka Allah berfirman; 'bisa jadi engkau jika AKU kabulkan permintaanmu, kamu minta yang lain lagi! ' hamba itu menjawab; 'Tidak, demi kebesaran -MU, aku tidak akan meminta yang lain lagi'. Allah pun memalingkan wajahnya dari neraka. Tetapi setelah itu ia meminta kembali; 'ya Tuhanku, dekatkanlah aku ke pintu surga!.' Allah menegur; 'Bukankah engkau telah menyatakan sanggup untuk tidak meminta-KU selainnya, celaka engkau wahai anak adam, betapa banyaknya alasanmu ! ' hamba itu tiada henti memohon, sehingga Allah pun menjawab; 'bisa jadi jika AKU kabulkan permintaanmu, kamu akan meminta-KU yang lain lagi'. Hamba menjawab; 'Tidak, demi kebesaran-MU, saya tidak akan meminta-MU selainnya.' Maka Allah meminta janji dan ikrar agar ia tidak meminta-NYA selain itu, sehingga Allah mendekatkannya ke pintu surga. Namun setelah hamba tadi melihat isinya, ia diam beberapa saat sesuai kehendak Allah, kemudian ia berkata; 'Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga ! Allah menjawab; 'Bukankah engkau telah menyatakan sanggup untuk tidak meminta-KU selainnya, celaka engkau wahai anak Adam, alangkah banyaknya alasanmu'. Hamba terus merengek dengan mengucapkan; 'Wahai Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku menjadi manusia yang paling sengsara.' Hamba tiada henti memanjatkan doanya hingga Allah tertawa. Dan jika Allah telah tertawa, berarti ia mengizinkan hamba-NYA masuk surga. Setelah hamba memasukinya, dikatakan kepadanya; 'mengkhayallah seperti ini ! ' maka ia pun mengkhayal, kemudian dikatakan kepadanya lagi; 'mengkhayallah seperti ini! ' maka ia pun mengkhayal sampai khayalannya benar-benar habis, kemudian Allah berkata kepadanya; 'Inilah bagimu dan semisalnya'. " Kata Abu Hurairah; 'itulah laki-laki penghuni surga yang terakhir kali masuk.' Kata 'Atho`; Dan Abu Sa'id Al Khudzri sedang duduk bersama Abu Hurairah, dan ia tidak merubah haditsnya sedikitpun hingga ketika sampai sabdanya; 'Ini bagimu dan semisalnya bersamanya.' Maka Abu Sa'id menyelah; aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda : 'Ini bagimu dan sepuluh kali semisalnya.' Abu Hurairah menjawab; 'yang aku hafal adalah semisalnya bersamanya.' [HR Bukhori Muslim]
Dosa Dan Pahala Berimbang
Manusia selain para rosul pasti pernah melakukan dosa. Akan tetapi bagi orang beriman, dosa yang ia lakukan akan terimbangi dengan amal solih. Dari sinilah akan Nampak tiga kondisi :
Pahala lebih dominan dari dosa maka maka ia akan masuk ke dalam aljannah.
Perolehan dosa lebih banyak daripada perolehan pahala maka ia akan masuk ke dalam neraka terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam aljannah.
Pahala dan dosa berimbang. Inilah yang Alloh terangkan :
وَبَيْنَهُماَ حِجاَبٌ وَعلَى الأَعْرَافِ رِجاَلاً يَعْرِفُوْنَ كُلاًّ بِسِيْماَهُمْ وَناَدَوْا أصْحَابَ الْجَنَّةِ أنْ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوْهاَ وَهُمْ يَطْمَعُوْنَ وَإذَا صُرِفَتْ أبْصَارُهُمْ تِلْقاَءَ أصْحاَبِ النَّارِ قاَلُوْا رَبَّناَ لاَتَجْعَلْناَ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ
46. Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas. dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang Mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surge : " Salaamun 'alaikum ". mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).
47. Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata : Tuhan Kami, janganlah Engkau tempatkan Kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu [al a’rof : 46-47]
Al a’rof adalah tempat yang tinggi yang diperuntukkan bagi orang beriman yang perolehan pahala dan dosanya berimbang. Mereka terhalang masuk ke dalam aljannah karena dosa, sementara tidak dimasukkan ke dalam neraka karena pahala yang telah mereka kumpulkan dari amal yang mereka kerjakan selama di dunia.
Kegiatan kelompok ini adalah melihat aljannah dan mengucapkan selamat kepada teman-temannya yang telah masuk terlebih dahulu, sementara dalam hatinya terbersit ingin segera menyusul. Di sisi lain merekapun melihat neraka beserta penghuninya. Di situlah muncul kengerian menghinggapi dan berharap bukan termasuk orang yang akan dilemparkan ke dalamnya. Akhirnya dengan keluasan rahmat Alloh, mereka dimasukkan ke dalam aljannah.
Semoga kita dimasukkan oleh Alloh ke dalam kelompok pertama, bukan kedua dan ketiga, aamiin.
Maroji’ :
Tafsir Alquran Al’adzim, ibnu Katsir 2/264-265
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 452
Taisirul Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/449
Pahala lebih dominan dari dosa maka maka ia akan masuk ke dalam aljannah.
Perolehan dosa lebih banyak daripada perolehan pahala maka ia akan masuk ke dalam neraka terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam aljannah.
Pahala dan dosa berimbang. Inilah yang Alloh terangkan :
وَبَيْنَهُماَ حِجاَبٌ وَعلَى الأَعْرَافِ رِجاَلاً يَعْرِفُوْنَ كُلاًّ بِسِيْماَهُمْ وَناَدَوْا أصْحَابَ الْجَنَّةِ أنْ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوْهاَ وَهُمْ يَطْمَعُوْنَ وَإذَا صُرِفَتْ أبْصَارُهُمْ تِلْقاَءَ أصْحاَبِ النَّارِ قاَلُوْا رَبَّناَ لاَتَجْعَلْناَ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ
46. Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas. dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang Mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surge : " Salaamun 'alaikum ". mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).
47. Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata : Tuhan Kami, janganlah Engkau tempatkan Kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu [al a’rof : 46-47]
Al a’rof adalah tempat yang tinggi yang diperuntukkan bagi orang beriman yang perolehan pahala dan dosanya berimbang. Mereka terhalang masuk ke dalam aljannah karena dosa, sementara tidak dimasukkan ke dalam neraka karena pahala yang telah mereka kumpulkan dari amal yang mereka kerjakan selama di dunia.
Kegiatan kelompok ini adalah melihat aljannah dan mengucapkan selamat kepada teman-temannya yang telah masuk terlebih dahulu, sementara dalam hatinya terbersit ingin segera menyusul. Di sisi lain merekapun melihat neraka beserta penghuninya. Di situlah muncul kengerian menghinggapi dan berharap bukan termasuk orang yang akan dilemparkan ke dalamnya. Akhirnya dengan keluasan rahmat Alloh, mereka dimasukkan ke dalam aljannah.
Semoga kita dimasukkan oleh Alloh ke dalam kelompok pertama, bukan kedua dan ketiga, aamiin.
Maroji’ :
Tafsir Alquran Al’adzim, ibnu Katsir 2/264-265
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 452
Taisirul Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/449
Berdosa Dan Berbohong
Seorang pencuri berbohong di hadapan polisi, sering kita jumpai. Akan tetapi bila anda mendengar orang kafir masih sempat berbohong di hadapan Alloh atas perbuatan syirik yang selama ini dia lakukan di dunia, inilah perkara yang sangat mengherankan. Bagaimana tidak ? Syirik adalah dosa terbesar, sementara pihak yang dia bohongi adalah Dzat Yang Maha Mengetahui terhadap apa yang Nampak dan yang tersembunyi. Hal inilah yang Alloh terangkan dalam firmannya :
وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيْعاً ثُمَّ نَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ أشْرَكُوْا أيْنَ شُرَكَاءُكُمْ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إلاَّ أنْ قاَلُوْا وَالله رَبِّناَ ماَ كُنَّا مُشْرِكِيْنَ أنْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوْا عَلَى أنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
22. Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik : Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu) kami ?
23. Kemudian Tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan : Demi Allah, Tuhan Kami, Tiadalah Kami mempersekutukan Allah
24. Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta kepada diri mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan [al an’am : 22-24]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : mereka berlepas diri dari perbuatan syirik ketika mereka melihat Alloh mengampuni dosa-dosa orang-orang bertauhid …… orang-orang musyrik berkata : sesungguhnya rob kita mengampuni semua dosa, akan tetapi tidak tidak mengempuni dosa syirik, oleh karena itu marilah kita mengatakan “ Demi Alloh, wahai Rob kami, dulu kami tidak melakukan perbuatan syirik “
Demikianlah karakter kebohongan mereka. Kalau kita gabung maka kita akan menemukan kesimpulan bahwa kebohongan orang kafir sudah ada sejak di dunia dan akan mereka lanjutkan ketika mereka berada di akhirat, sebagaimana firman Alloh
يُخَادِعُوْنَ الله وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
.....
Mereka menipu Alloh dan orang-orang beriman [albaqoroh : 9]
Kalau kepada Alloh saja mereka berani melakukan kebohongan, lalu bagaimana kepada kita ?
Maroji’ : Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 383
وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيْعاً ثُمَّ نَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ أشْرَكُوْا أيْنَ شُرَكَاءُكُمْ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إلاَّ أنْ قاَلُوْا وَالله رَبِّناَ ماَ كُنَّا مُشْرِكِيْنَ أنْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوْا عَلَى أنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
22. Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik : Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu) kami ?
23. Kemudian Tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan : Demi Allah, Tuhan Kami, Tiadalah Kami mempersekutukan Allah
24. Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta kepada diri mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan [al an’am : 22-24]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : mereka berlepas diri dari perbuatan syirik ketika mereka melihat Alloh mengampuni dosa-dosa orang-orang bertauhid …… orang-orang musyrik berkata : sesungguhnya rob kita mengampuni semua dosa, akan tetapi tidak tidak mengempuni dosa syirik, oleh karena itu marilah kita mengatakan “ Demi Alloh, wahai Rob kami, dulu kami tidak melakukan perbuatan syirik “
Demikianlah karakter kebohongan mereka. Kalau kita gabung maka kita akan menemukan kesimpulan bahwa kebohongan orang kafir sudah ada sejak di dunia dan akan mereka lanjutkan ketika mereka berada di akhirat, sebagaimana firman Alloh
يُخَادِعُوْنَ الله وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
.....
Mereka menipu Alloh dan orang-orang beriman [albaqoroh : 9]
Kalau kepada Alloh saja mereka berani melakukan kebohongan, lalu bagaimana kepada kita ?
Maroji’ : Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 383
Sekali Berbuat Dosa Berlipat
Hal ini tidak aneh dan mudah bagi kita untuk mendapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah hadits menyebutkan :
عَنْ إياَس سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ فَقَالَ كُلْ بِيَمِينِكَ قَالَ لَا أَسْتَطِيعُ قَالَ لَا اسْتَطَعْتَ مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ
Dari Iyash bin Salamah bin Al Akwa' : Bapaknya telah menceritakan kepadanya, bahwa seorang laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan tangan kirinya, Lalu Rasulullah bersabda : Makanlah dengan tangan kananmu ! Dia menjawab; Aku tidak bisa. Beliau bersabda : Apakah kamu tidak bisa ? -dia menolaknya karena sombong. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya. [HR Muslim]
Orang di atas telah melakukan tiga kesalahan dalam satu perbuatan. Pertama : ia minum dengan tangan kiri. Yang kedua : makan dengan tangan kiri di hadapan nabi shollallohu alaihi wasallam. Yang ketiga : ditegur oleh beliau menanggapinya dengan penolakan. Celakanya motivasi dari penolakannya didasari oleh kesombongan.
Pada Kisah Zulaikha kita mendapatkan banyak dosa telah dibawa olehnya sehubungan dengan kisah antara dirinya dengan Yusuf alaihissalam. Pertama : Mengajak Yusuf untuk berzina. Kedua : memaksa Yusuf untuk tetap melayani keinginannya di saat mendapat penolakan dari Yusuf. Ketiga : Menyobek baju Yusuf. Keempat : Di saat kepergok oleh sang suami, Zulaikha menuduh Yusuf akan memperkosa dirinya. Kelima : meminta kepada suami agar Yusuf dipenjara. Keenam : memanggil wanita-wanita Mesir untuk melihat ketampanan Yusuf sehingga tersebut dalam riwayat bahwa tamu undangan terkesima oleh indahnya wajah Yusuf sehingga tanpa terasa tangan mereka terisis oleh pisau yang mereka pegang.
Seorang koruptor di saat beraksi dengan kejahatannya menumpul sekian banyak dosa. Dimulai dari tindakan korupsi yang ia lakukan. Dilanjutkan mengajak orang lain untuk bekerjasama agar tercapai apa yang ia inginkan. Di saat dituduh oleh KPK, mengelak tuduhan. Bahkan balik menuduh kepada penuntut sebagai tindakan pencemaran nama baik. Setelah itu ia hamburkan uang demi menyewa pengacara agar membantunya dalam proses persidangan. Tak jarang terjadilah jual beli putusan hukum.
Ketika Alloh mengajak untuk memberlakukan undang-undangNya maka kita lihat para pemimpin menolak dan mengganti hukum Alloh dengan hukum buatannya. Di lapangan sering kita jumpai para da’i yang berjuang untuk tegaknya aturan Alloh dimusuhi. Yang menyedihkan muncul slogan-slogan yang merendahkan hukum Alloh. Dulu sering kita jumpai kata-kata “ pancasila sumber dari segala sumber hukum “ – “ hukum kishosh bertentangan dengan HAM “ dan seruan-seruan lainnya yang membatalkan tauhid mereka.
عَنْ إياَس سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ فَقَالَ كُلْ بِيَمِينِكَ قَالَ لَا أَسْتَطِيعُ قَالَ لَا اسْتَطَعْتَ مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ
Dari Iyash bin Salamah bin Al Akwa' : Bapaknya telah menceritakan kepadanya, bahwa seorang laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan tangan kirinya, Lalu Rasulullah bersabda : Makanlah dengan tangan kananmu ! Dia menjawab; Aku tidak bisa. Beliau bersabda : Apakah kamu tidak bisa ? -dia menolaknya karena sombong. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya. [HR Muslim]
Orang di atas telah melakukan tiga kesalahan dalam satu perbuatan. Pertama : ia minum dengan tangan kiri. Yang kedua : makan dengan tangan kiri di hadapan nabi shollallohu alaihi wasallam. Yang ketiga : ditegur oleh beliau menanggapinya dengan penolakan. Celakanya motivasi dari penolakannya didasari oleh kesombongan.
Pada Kisah Zulaikha kita mendapatkan banyak dosa telah dibawa olehnya sehubungan dengan kisah antara dirinya dengan Yusuf alaihissalam. Pertama : Mengajak Yusuf untuk berzina. Kedua : memaksa Yusuf untuk tetap melayani keinginannya di saat mendapat penolakan dari Yusuf. Ketiga : Menyobek baju Yusuf. Keempat : Di saat kepergok oleh sang suami, Zulaikha menuduh Yusuf akan memperkosa dirinya. Kelima : meminta kepada suami agar Yusuf dipenjara. Keenam : memanggil wanita-wanita Mesir untuk melihat ketampanan Yusuf sehingga tersebut dalam riwayat bahwa tamu undangan terkesima oleh indahnya wajah Yusuf sehingga tanpa terasa tangan mereka terisis oleh pisau yang mereka pegang.
Seorang koruptor di saat beraksi dengan kejahatannya menumpul sekian banyak dosa. Dimulai dari tindakan korupsi yang ia lakukan. Dilanjutkan mengajak orang lain untuk bekerjasama agar tercapai apa yang ia inginkan. Di saat dituduh oleh KPK, mengelak tuduhan. Bahkan balik menuduh kepada penuntut sebagai tindakan pencemaran nama baik. Setelah itu ia hamburkan uang demi menyewa pengacara agar membantunya dalam proses persidangan. Tak jarang terjadilah jual beli putusan hukum.
Ketika Alloh mengajak untuk memberlakukan undang-undangNya maka kita lihat para pemimpin menolak dan mengganti hukum Alloh dengan hukum buatannya. Di lapangan sering kita jumpai para da’i yang berjuang untuk tegaknya aturan Alloh dimusuhi. Yang menyedihkan muncul slogan-slogan yang merendahkan hukum Alloh. Dulu sering kita jumpai kata-kata “ pancasila sumber dari segala sumber hukum “ – “ hukum kishosh bertentangan dengan HAM “ dan seruan-seruan lainnya yang membatalkan tauhid mereka.
Menganggap Enteng Dosa
Dalam menyikapi dosa, manusia terbagi menjadi dua :
1. Kelompok yang menganggap enteng dosa
Kelompok ini diwakili oleh orang kafir. Dalam beberapa ayat Alloh mengulang kisah sikap remeh para penentang dakwah terhadap para nabi. Salah satu sikap yang mereka tunjukkan adalah meminta agar disegerakan adzab pada diri mereka :
وَإذْ قَالُوْا اللّهُمَّ إنْ كاَنَ هذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْكِرْ عَلَيْناَ حِجَارَةً مِّنَ السَّماَءِ أوِ ائْتِناَ بِعَذَابٍ ألِيْمٍ
Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata : Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, Dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah Kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada Kami azab yang pedih [al anfal : 32]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi menerangkan bahwa tantangan pada ayat ini diucapkan oleh Nadhr bin Harits dan Abu Jahal.
Tidak menutup kemungkinan sikap peremehan terhadap dosa menjangkiti orang beriman. Hal inilah yang disindir oleh Alloh :
إذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَّالَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُوْنَهُ هَيِّناً وَهُوَ عِنْدَ الله عَظِيْمٌ
(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar [annur : 15]
Ngrumpi dan membicarakan keburukan orang lain dianggap oleh sebagian sahabat adalah hal biasa padahal di sisi Alloh dinilai sebagai dosa besar. Demikianlah kebiasaan seperti itu masih dianggap lumrah oleh kebanyakan manusia saat ini, tidak hanya ghibah akan tetapi meliputi dosa-dosa lainnya.
2. Kelompok yang menganggap dosa adalah sesuatu yang besar
Inilah yang terjadi pada diri seorang mukmin yang sudah tertanam kuat kebenciannya terhadap dosa sebagaimana yang Alloh firmankan :
وَلَكِنَّ الله حَبَّبَ إلَيْكُمْ الإِيْماَنَ وَزَيَّنَهُ فِي قلُوْبِكُمْ زَكَرَّهَ إلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْياَنَ أولئِكَ هُمُ الرَّاشِدُوْنَ
Tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus [alhujurot : 7]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : sebesar-besar nikmat atas orang mukmin adalah Alloh tanamkan kecintaan pada dirinya keimanan dan menjadikannya penghias dalam hatinya, selanjutnya Alloh tanamkan kebencian pada dirinya atas kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan hingga ia menjadi orang mukmin yang paling lurus sesudah sahabat rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memperjelas ayat di atas dengan sabdanya :
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْن مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْآخَرُ عَنْ نَفْسِهِ قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
Dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang lain dari dia sendiri, dia berkata; Sesungguhnya orang mukmin melihat dosa-dosanya seperti ia duduk di pangkal gunung, ia khawatir gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang fajir (selalu berbuat dosa) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang menempel di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang [HR Bukhori, Ahmad dan Tirmidzi]
Untuk menambah kejelasan maka mari kita renungkan ungkapan Anas bin Malik sebagai cerminan keumuman sikap para sahabat terhadap dosa :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنْ الشَّعَرِ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمُوبِقَاتِ
Dari Anas radhilayyahu'anhu mengatakan : Sungguh kalian mengerjakan beberapa amalan yang menurut kalian lebih remeh temeh daripada seutas rambut, padahal kami dahulu semasa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganggapnya diantara dosa-dosa besar (penghancur) [HR Bukhori]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : menganggap enteng dosa adalah cerminan sedikitnya rasa takut kepada Alloh, sebaliknya menganggap serius semua perbuatan dosa adalah cerminan sempurnanya rasa takut dan sikap muroqobah (sikap merasa diawasi oleh Alloh). Manusia yang paling alim terhadap Alloh setelah nabi, paling sempurna waro’nya dan paling tinggi rasa takutnya terhadap Alloh adalah para sahabat. Mereka menilai dosa yang diremehkan oleh kaum sesudah mereka sebagai muhlikat (penghancur, dosa besar) hal ini terjadi karena besarnya persaksian mereka dan sempurnanya ma’rifat mereka terhadap Alloh.
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 517 dan 1504
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/79
1. Kelompok yang menganggap enteng dosa
Kelompok ini diwakili oleh orang kafir. Dalam beberapa ayat Alloh mengulang kisah sikap remeh para penentang dakwah terhadap para nabi. Salah satu sikap yang mereka tunjukkan adalah meminta agar disegerakan adzab pada diri mereka :
وَإذْ قَالُوْا اللّهُمَّ إنْ كاَنَ هذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْكِرْ عَلَيْناَ حِجَارَةً مِّنَ السَّماَءِ أوِ ائْتِناَ بِعَذَابٍ ألِيْمٍ
Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata : Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, Dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah Kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada Kami azab yang pedih [al anfal : 32]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi menerangkan bahwa tantangan pada ayat ini diucapkan oleh Nadhr bin Harits dan Abu Jahal.
Tidak menutup kemungkinan sikap peremehan terhadap dosa menjangkiti orang beriman. Hal inilah yang disindir oleh Alloh :
إذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَّالَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُوْنَهُ هَيِّناً وَهُوَ عِنْدَ الله عَظِيْمٌ
(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar [annur : 15]
Ngrumpi dan membicarakan keburukan orang lain dianggap oleh sebagian sahabat adalah hal biasa padahal di sisi Alloh dinilai sebagai dosa besar. Demikianlah kebiasaan seperti itu masih dianggap lumrah oleh kebanyakan manusia saat ini, tidak hanya ghibah akan tetapi meliputi dosa-dosa lainnya.
2. Kelompok yang menganggap dosa adalah sesuatu yang besar
Inilah yang terjadi pada diri seorang mukmin yang sudah tertanam kuat kebenciannya terhadap dosa sebagaimana yang Alloh firmankan :
وَلَكِنَّ الله حَبَّبَ إلَيْكُمْ الإِيْماَنَ وَزَيَّنَهُ فِي قلُوْبِكُمْ زَكَرَّهَ إلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْياَنَ أولئِكَ هُمُ الرَّاشِدُوْنَ
Tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus [alhujurot : 7]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : sebesar-besar nikmat atas orang mukmin adalah Alloh tanamkan kecintaan pada dirinya keimanan dan menjadikannya penghias dalam hatinya, selanjutnya Alloh tanamkan kebencian pada dirinya atas kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan hingga ia menjadi orang mukmin yang paling lurus sesudah sahabat rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memperjelas ayat di atas dengan sabdanya :
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْن مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْآخَرُ عَنْ نَفْسِهِ قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
Dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang lain dari dia sendiri, dia berkata; Sesungguhnya orang mukmin melihat dosa-dosanya seperti ia duduk di pangkal gunung, ia khawatir gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang fajir (selalu berbuat dosa) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang menempel di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang [HR Bukhori, Ahmad dan Tirmidzi]
Untuk menambah kejelasan maka mari kita renungkan ungkapan Anas bin Malik sebagai cerminan keumuman sikap para sahabat terhadap dosa :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنْ الشَّعَرِ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمُوبِقَاتِ
Dari Anas radhilayyahu'anhu mengatakan : Sungguh kalian mengerjakan beberapa amalan yang menurut kalian lebih remeh temeh daripada seutas rambut, padahal kami dahulu semasa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganggapnya diantara dosa-dosa besar (penghancur) [HR Bukhori]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : menganggap enteng dosa adalah cerminan sedikitnya rasa takut kepada Alloh, sebaliknya menganggap serius semua perbuatan dosa adalah cerminan sempurnanya rasa takut dan sikap muroqobah (sikap merasa diawasi oleh Alloh). Manusia yang paling alim terhadap Alloh setelah nabi, paling sempurna waro’nya dan paling tinggi rasa takutnya terhadap Alloh adalah para sahabat. Mereka menilai dosa yang diremehkan oleh kaum sesudah mereka sebagai muhlikat (penghancur, dosa besar) hal ini terjadi karena besarnya persaksian mereka dan sempurnanya ma’rifat mereka terhadap Alloh.
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi hal 517 dan 1504
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/79
Langganan:
Postingan (Atom)